Realisasi Produksi Gula Jawa Tengah Gagal Tercapai
Selasa, 12 Januari 2010 12:42 WIB
TEMPO Interaktif, Semarang - Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Tengah Fathuddin menyatakan realisasi produksi gula di Jawa Tengah selama 2009 gagal tercapai.
"Dari rencana 270 ribu ton selama 2009 tapi hanya bisa berproduksi 227 ribu ton," kata Fathuddin saat rapat koordinasi dengan Komisi B DPRD Jawa Tengah, Selasa (12/1). Fathuddin menyatakan ada berbagai sebab kenapa produksi itu gagal tercapai. "Kendalanya sangat banyak, mulai dari cuaca, petani bibit tebunya hingga sarana dan prasarana pertanian," kata Fathuddin. Fathuddin mencontohkan, lahan untuk menanam dari tahun ke tahun juga menyusut.
Apalagi, saat ini Jawa tengah juga menggenjot produksi padi sehingga lahan untuk tanam tebu juga berkurang. Selain itu, petani tebu di Jawa Tengah sebanyak 70 persennya menanam di lahan kering dan 30 persen di lahan basah atau sawah. Parahnya lagi, para petani hanya mengandalkan tadah hujan karena kurangnya lahan yang ada irigasinya.
Fathuddin menilai, perhatian pemerintah terhadap petani tebu juga sangat minim. Ia mencontohkan, alokasi anggaran APBD untuk pertanian di kabupaten/kota rata-rata hanya lima hingga sepuluh persen dari APBD. Akibatnya, para petani tebu juga sangat sulit untuk memperoleh berbagai fasilitas maupun modal untuk pengembagan tebu. Karena realisasi produksi gula di Jawa Tengah tidak tercapai maka APTRI setuju saja jika pemerintah melakukan impor gula.
Amin Boediono dari PT Pakis Semarang menyatakan saat ini harga bibit tebu juga naik terus. Jika sebelumnya hanya Rp 25 ribu per kwintal tapi saat ini sudah mencapai Rp 60 ribu per kwintal. Ditambah lagi, harga sewa lahan untuk tanam tebu juga sangat mahal. "Saat ini, harganya antara Rp 10 juta hingga Rp 13 juta per tahun per hektare," kata Amin.
ROFIUDDIN