BNPB Kunjungi Korban Letusan Gunung Lewotobi NTT, Berikan Kaki Palsu dan Bantuan Obat
Reporter
Alif Ilham Fajriadi
Editor
Eko Ari Wibowo
Kamis, 7 November 2024 07:29 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, mengunjungi korban yang dirawat akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Sebanyak lima orang masih dirawat di RSUD Hendrikus Fernandez Larantuka, satu di antaranya menderita luka berat yang mengharuskan kakinya diamputasi.
"Kami meninjau pasien yang masih dirawat, per hari ini ada lima orang. Rata-rata kondisinya sudah baik, sadar semua, kecuali ada satu yang luka berat harus diamputasi kakinya," kata Suharyanto dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis, 7 November 2024.
Kunjungan Suharyanto itu dilakukan pada Rabu, 6 November 2024. Dia memberikan kaki palsu untuk korban yang harus diamputasi. Selain itu, BNPB juga menyiapkan bantuan obat-obatan untuk semua pasien yang dirawat di RSUD Hendrikus Fernandez Larantuka.
Adapun letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki terjadi pada Senin dini hari, 4 November 2024. Bencana itu menyebabkan 10 warga meninggal, dan sekitar 10.000 korban mengungsi serta empat bandara tidak bisa beroperasi. Untuk dampak erupsinya menyasar hingga ke enam desa di Kecamatan Wulanggitang, yakni Desa Klatanlo, Hokeng Jaya, Nawokote, Boru, Boru Kedang dan Pululera serta satu desa di Kecamatan Ile Bura yakni Dulipali.
Pemerintah Kabupaten Flores Timur juga sudah menetapkan status tanggap darurat pascaerupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kecamatan Wulanggitang yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan pada rumah dan gedung di daerah itu.
Suharyanto menyebut letusan gunung itu bakal menjadi pengalaman berharga bagi masyarakat untuk selalu waspada terhadap kejadian erupsi. Untuk selanjutnya, masyarakat diharapkannya bisa selalu mematuhi dan mendengarkan instruksi dari BNPB maupun Badan Geologi untuk mitigasinya.
"Erupsi di gunung itu terakhir terjadi pada 2002 sehingga mungkin masyarakat menganggap dalam waktu 20 tahun tidak ada apa-apa, namun terjadi kali ini. Ini menjadi catatan agar masyarakat untuk tidak bisa lagi tinggal di bawah radius 7 kilometer,” ujar Suharyanto.
Pilihan Editor: Badan Geologi Pelajari Perubahan Karakteristik Gunung Lewotobi Menyusul Letusan Besar 3 November