Kata Pengamat Soal Penunjukan Muhammad Herindra sebagai Kepala BIN
Reporter
Antara
Editor
Sapto Yunus
Kamis, 17 Oktober 2024 11:19 WIB
Menurut dia, seorang kepala BIN harus memiliki kemampuan dalam membaca dan merespons perkembangan lingkungan baik secara global, regional, maupun nasional. Seorang kepala BIN, kata dia, juga harus membaca arah politik dunia dan mendeteksi adanya ancaman untuk negara.
Ngasiman menilai Herindra memiliki seluruh kriteria tersebut karena telah malang melintang di dunia militer, terlebih dia merupakan mantan anggota pasukan elite Kopassus.
Pria yang akrab disapa Simon menambahkan Herindra memiliki kedekatan dengan Prabowo lantaran telah bersama-sama memimpin Kementerian Pertahanan. Hal tersebut merupakan keuntungan bagi Herindra lantaran akan mudah berkoordinasi dengan Prabowo.
“Karena akan terjadi proses komunikasi yang lebih efektif, cepat, dan responsif dalam mengolah informasi intelijen oleh kepala negara,” ujarnya.
Proses koordinasi antara Herindra dan Prabowo harus terjalin dengan baik demi menyelesaikan beragam tantangan yang ada di depan mata BIN. Ngasiman menilai, saat ini, BIN sedang menghadapi tantangan internal dan eksternal. Secara internal, dia menilai Herindra harus memperkuat koordinasi di internal BIN demi terciptanya kinerja yang efektif dan berdampak kepada pemerintah.
“Ini supaya terjadi keberimbangan dalam melakukan analisis-analisis intelijen di dalam tubuh BIN itu sendiri,” kata Ngasiman.
Sementara dari sisi eksternal, kata dia, BIN dihadapkan pada tantangan terbesar arus teknologi informasi yang berpotensi pada terjadinya serangan siber terhadap negara. “Dengan adanya intelijen siber, diharapkan hal-hal seperti ini dapat dideteksi dan diantisipasi,” tuturnya.
Dengan adanya sinergisme antara Herindra dan Prabowo, dia yakin BIN akan dapat menghadapi seluruh tantangan tersebut.
Pilihan editor: Rencana Ma'ruf Amin setelah Purnatugas sebagai Wapres: Urus Pesantren dan Bangun PKB