Alasan Presiden BJ Habibie Kembalikan Nama Makassar Hari Ini 25 Tahun Lalu

Minggu, 13 Oktober 2024 13:26 WIB

Rakyat Indonesia berduka karena meninggalnya Presiden RI ketiga BJ Habibie pada 11 September 2019. Bapak Teknologi Indonesia itu tutup usia setelah mendapatkan perawatan di RSPAD Gatot Subroto karena penyakit penyakit gagal jantung. dok.TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 13 Oktober 1999, atau 25 Tahun silam, Presiden BJ Habibie secara resmi menetapkan pengembalian nama Ujung Pandang menjadi Makassar melalui Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999.

Keputusan ini mencerminkan harapan masyarakat yang mendambakan pemulihan identitas sejarah dan budaya kota yang telah lama dikenal dengan nama Makassar. Nama Ujung Pandang telah digunakan sejak tahun 1971, namun perubahan ini tidak sepenuhnya diterima oleh masyarakat, terutama para budayawan, sejarawan, dan seniman.

Dilansir dari laman makassarkota.go.id, Makassar adalah kota besar dengan luas wilayah sekitar 199,26 km² dan jumlah penduduk lebih dari 1,6 juta jiwa, menjadikannya kota terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.

Kota ini juga dikenal sebagai pusat perdagangan di Indonesia Timur dan merupakan rumah bagi berbagai suku bangsa seperti Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa, yang menjadikannya kota multi-etnik dan multi-kultur.

Alasan di Balik Penetapan oleh Presiden BJ Habibie

Beberapa alasan utama mengapa mendiang Presiden BJ Habibie mengembalikan nama Makassar adalah:

1. Sejarah dan Budaya yang Kuat
Makassar memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan dan kekuasaan di Indonesia Timur. Nama Makassar sendiri telah dikenal sejak abad ke-14, ketika disebutkan dalam kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca. Kembalinya nama Makassar mengembalikan jati diri kota sebagai pusat peradaban dan perdagangan yang dihormati di Asia Tenggara.

Daftar tempat wisata di Makassar yang populer, di antaranya Pantai Losari, Fort Rotterdam, hingga Pulau Khayangan. Berikut ini informasi lokasinya. Foto: canva

Advertising
Advertising

2. Permintaan Masyarakat
Perubahan nama dari Makassar menjadi Ujung Pandang pada tahun 1971 banyak menuai protes dari masyarakat lokal. Tokoh-tokoh terkemuka seperti Prof. Dr. Andi Zainal Abidin Farid, Prof. Dr. Mattulada, dan Drs. H.D. Mangemba bahkan meluncurkan "Petisi Makassar" yang menuntut pengembalian nama asli kota tersebut. Penolakan atas nama Ujung Pandang terus disuarakan melalui seminar, diskusi, dan lokakarya sepanjang dekade 1980-an dan 1990-an.

3. Identitas Etnik yang Lebih Inklusif
Salah satu alasan perubahan nama menjadi Ujung Pandang pada tahun 1971 adalah untuk menghindari penonjolan satu suku etnis, yaitu Makassar, di tengah populasi yang beragam. Namun, masyarakat merasakan bahwa nama Makassar tidak hanya mewakili etnis Makassar, tetapi juga merupakan simbol keterbukaan dan keadilan bagi seluruh penduduknya, sebagaimana diartikan dalam bahasa lokal "Mangkasarak" (yang bersifat terbuka).

4. Dukungan Pemerintah dan DPRD
Proses pengembalian nama ini juga didukung oleh DPRD Ujung Pandang, sehingga perubahan ini sejalan dengan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa perubahan nama daerah harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Habibie, yang lahir di Sulawesi Selatan, memahami pentingnya identitas lokal, dan tanpa proses yang panjang, ia menyetujui pengembalian nama Makassar sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan keinginan masyarakat.

Nama Makassar telah lama tercatat dalam sejarah Nusantara. Pada abad ke-16, kota ini berkembang pesat di bawah kepemimpinan Raja Gowa ke-9, Tumaparisi Kallonna, yang memindahkan pusat kerajaan ke tepi pantai dan mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang. Pada masa itu, Makassar menjadi pusat perdagangan dominan di Indonesia Timur dan salah satu kota terbesar di Asia Tenggara. Kebijakan perdagangan bebas dan toleransi agama yang diterapkan oleh raja-raja Gowa membuat kota ini menjadi tempat penting bagi pedagang Melayu, Arab, Eropa, dan penduduk lokal.

Meskipun Belanda berhasil menguasai Makassar pada 1669 melalui Perjanjian Bongaya, dan mengganti nama benteng Ujung Pandang menjadi Fort Rotterdam, kota ini tetap mempertahankan perannya sebagai pusat perdagangan hingga abad ke-20.

Pada 31 Agustus 1971, nama Makassar diubah menjadi Ujung Pandang berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1971, seiring dengan pemekaran wilayah kota. Nama Ujung Pandang berasal dari sebuah kampung di dekat Benteng Ujung Pandang, yang kini dikenal sebagai Fort Rotterdam.

Namun, sejarah panjang dan identitas kuat kota sebagai Makassar terus menginspirasi masyarakat untuk memperjuangkan kembalinya nama asli kota. Setelah melalui banyak diskusi dan perdebatan, akhirnya di bawah kepemimpinan Presiden BJ Habibie, nama Makassar kembali diresmikan, mengembalikan kebanggaan sejarah dan budaya bagi seluruh masyarakat.

Seiring dengan pengembalian nama, pemerintah menetapkan Hari Jadi Kota Makassar pada 9 November 1607, mengacu pada berdirinya kerajaan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Alauddin sebagai kerajaan Islam pertama di Sulawesi Selatan. Perayaan pertama Hari Jadi Makassar ke-393 diadakan pada 9 November 2000, menandai babak baru bagi kota yang kembali ke identitas aslinya sebagai Makassar.

MYESHA FATINA RACHMAN I MUTIARA ROUDHATUL JANNAH
Pilihan editor: Petani Sayuran di Garut Curhat Kurang Teknologi ke Ilham Habibie

Berita terkait

Survei Indikator: Duet Munafri dan Aliyah Teratas di Pilkada Makassar

20 jam lalu

Survei Indikator: Duet Munafri dan Aliyah Teratas di Pilkada Makassar

Pasangan Munafri dan Aliyah unggul dari tiga pasangan calon lain di Pilkada Makassar. Elektabilitas Munafri-Aliyah mencapai 36,7 persen

Baca Selengkapnya

Istri dan Anaknya Meninggal dalam Kecelakaan di Jalan Tol Reformasi, Suami Pemilik Rumah Makan Pallubasa Jadi Tersangka

1 hari lalu

Istri dan Anaknya Meninggal dalam Kecelakaan di Jalan Tol Reformasi, Suami Pemilik Rumah Makan Pallubasa Jadi Tersangka

Polrestabes Makassar menetapkan suami pemilik Rumah Makan Pallubasa sebagai tersangka dalam kecelakaan di Jalan Tol Reformasi.

Baca Selengkapnya

Lowongan Kerja Jadi Awak Kabin Garuda Indonesia, Hanya Dibuka sampai Besok

6 hari lalu

Lowongan Kerja Jadi Awak Kabin Garuda Indonesia, Hanya Dibuka sampai Besok

Periode registrasi lowongan kerja awak kabin Garuda Indonesia ini hanya dibuka untuk lima hari sejak Kamis, 3 Oktober.

Baca Selengkapnya

Ziarah Nasional HUT ke-79 TNI, Panglima TNI Tabur Bunga di Makam Ahmad Yani hingga BJ Habibie

9 hari lalu

Ziarah Nasional HUT ke-79 TNI, Panglima TNI Tabur Bunga di Makam Ahmad Yani hingga BJ Habibie

Peletakan karangan bunga itu dalam rangka Ziarah Nasional menyambut HUT ke-79 TNI.

Baca Selengkapnya

Scoot Tambah Frekuensi Penerbangan ke Chiang Mai, Balikpapan hingga Makassar

10 hari lalu

Scoot Tambah Frekuensi Penerbangan ke Chiang Mai, Balikpapan hingga Makassar

Scoot mengumumkan penyesuaian frekuensi penerbangan untuk mengantisipasi permintaan selama musim dingin di wilayah utara

Baca Selengkapnya

Letak Makam Ade Irma Suryani, Putri AH Nasution yang Jadi Korban G30S

12 hari lalu

Letak Makam Ade Irma Suryani, Putri AH Nasution yang Jadi Korban G30S

Ade Irma Suryani meninggal akibat tembakan oleh pasukan Cakrabirawa yang kala itu memburu ayahnya, AH Nasution pada peristiwa G30S 1965.

Baca Selengkapnya

Wali Kota Makassar Danny Pomanto Terima Penghargaan dari Kompas TV

31 hari lalu

Wali Kota Makassar Danny Pomanto Terima Penghargaan dari Kompas TV

Danny Pomanto menerima penghargaan dari Kompas TV untuk kategori Pelayanan dan Keterbukaan Informasi Publik terbaik. Apresiasi diberikan Menteri PAN/RB Azwar Anas.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Rumah Sakit Terbesar di Makassar Buatan PT. Adhi Karya

34 hari lalu

Jokowi Resmikan Rumah Sakit Terbesar di Makassar Buatan PT. Adhi Karya

Presiden Joko Widodo meresmikan Rumah Sakit (RS) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dibangun oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), di Makassar, pada Jumat, 6 September 2024. RS Kemenkes ini menjadi pusat pelayanan kesehatan modern, khususnya di wilayah timur Indonesia seperti Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

Baca Selengkapnya

Duta Besar Australia untuk Indonesia Kunjungan Kerja ke Makassar

36 hari lalu

Duta Besar Australia untuk Indonesia Kunjungan Kerja ke Makassar

Duta Besar Australia untuk Indonesia ke Makassar sebagai bagian dari perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Australia-Indonesia,

Baca Selengkapnya

Agen BRILink Mariyati Daeng Ngintang, Tokoh Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar

37 hari lalu

Agen BRILink Mariyati Daeng Ngintang, Tokoh Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar

Penduduk di Pulau Lae-lae Kecamatan. Ujung Pandang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, merasakan manfaat keberadaan agen BRILink.

Baca Selengkapnya