Polemik Dugaan Suap dalam Operasi Pembebasan Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens
Reporter
Andi Adam Faturahman
Editor
Andry Triyanto Tjitra
Rabu, 25 September 2024 08:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dugaan suap dalam operasi pembebasan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, menuai polemik. Berikut tudingan dan bantahan dari berbagai pihak atas dugaan suap dalam pembebasan Philip.
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM Sebby Sambom menuduh Panglima TPNPB-OPM dari Komando Daerah Pertahanan III Ndugama-Derakma, Egianus Kogoya, dan kelompoknya menerima suap agar membebaskan Philip di luar rencana proposal 17 September.
Sebby mengatakan, proposal 17 September 2024 itu berdasarkan kesepakatan markas pusat TPNPB-OPM dengan Kogoya. Namun, kata Sebby, Kogoya membebaskan Philip dengan cara lain dan menuduhnya menerima suap dari pemerintah Indonesia.
“Maka kami TPNPB Komando Markas Pusat tidak akan percaya lagi kepada Egianus Kogoya dan kelompoknya,” kata Sebby lewat pesan tertulis kepada Tempo, Senin, 23 September 2024.
Sebby mengatakan, proposal pembebasan Philip merupakan itikad TPNPB-OPM. Namun, Kogoya dan kelompoknya justru menyerahkan Philip kepada Penjabat Bupati Nduga Edison Gwijangge. Philip kemudian diserahkan ke pihak TNI-Polri.
“Ini adalah kekeliruan besar,” kata Sebby.
Sebby juga mengatakan keberadaan Edison sebetulnya tidak berpengaruh signifikan dalam operasi pembebasan Philip. Sebab, katanya, TPNPB telah memiliki niat dan rencana untuk membebaskan pilot berpaspor Selandia Baru tersebut pada September 2024.
"Kami sudah umumkan proposal dan Kogoya juga sepakat. Sehingga tinggal bebaskan sandera pilot saja," kata Sebby melalui pesan suara singkat.
Sebby menyebut, Kogoya melakukan pengkhianatan terhadap markas pusat TPNPB-OPM dengan mempercepat pembebasan pilot tanpa melakukan koordinasi.
Menurut Sebby, pada 11 September lalu markas pusat TPNPB telah menerbitkan proposal pembebasan, yang pada salah satu poinnya meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pegiat hak asasi manusia internasional, serta Indonesia untuk menjadi fasilitator.
"Tetapi Kogoya khianati kami, dia menyerah pada TNI-Polri dengan serahkan pilot kepada Edison," ujar Sebby.
Selanjutnya: Bantahan Kogoya
<!--more-->
Bantahan Kogoya
Adapun Kogoya kemudian menepis tudingan menerima suap dalam pembebasan Philip. Dalam rekaman video yang diperoleh Tempo, Kogoya mengatakan bahwa pembebasan Philip dilakukan milisi TPNPB atas dasar nilai dan prinsip kemanusiaan.
"Kami bebaskan pilot melalui misi kemanusiaan," kata Kogoya dalam rekaman video, dilihat Tempo pada Selasa, 24 September 2024.
Masih dalam rekaman video berdurasi 5 menit 18 detik tersebut, Kogoya mengimbau agar pembebasan Philip tidak dikaitkan dengan hal apa pun yang dapat memicu provokasi.
"Tidak ada kepentingan pribadi karena kami bebaskan pilot memalui misi kemanusiaan," ujar dia.
Sementara itu, Edison Gwijangge belum berkenan menjawab konfirmasi Tempo ihwal tudingan markas pusat TPNPB-OPM yang menyebut perannya sarat kepentingan politik jelang pemilihan kepala daerah atau pilkada.
Saat ditemui Tempo di bilangan kompleks Kartika Chandra Jakarta, Edison beralasan ingin beristirahat terlebih dahulu usai bertemu dengan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian pada Senin malam, 23 September 2024.
Kepala Operasional Satuan Tugas Damai Cartenz, Brigadir Jenderal Faizal Ramadhan, juga membantah klaim adanya pemberian uang dan kepentingan politik Edison dalam operasi pembebasan Philip.
"Tudingan tersebut tidak memiliki bukti yang dapat dipertanggungjawabkan," kata Faizal.
Sebelumnya Philip disandera milisi TPNPB setelah mendaratkan pesawat Susi Air dengan kode registrasi PK-BVY di lapangan terbang Paro, Nduga pada 7 Februari 2023. Saat itu, TPNPB berkeinginan menukar pembebasan Philip dengan pengakuan kemerdekaan Papua dari Wellington dan Jakarta.
Setelah hampir dua puluh bulan menjadi sandera, kini Philip telah berada kembali bersama keluarganya. Ia diterbangkan dari Nduga menuju markas korps kepolisian Brigade Mobil Batalyon B/Timika untuk menjalani pemeriksaan medis dan psikologis sebelum diterbangkan menuju Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta pada Sabtu, 21 September 2024.
Pilihan Editor: Media Asing Soroti Pembebasan Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens, Apa Kata Mereka?