Candi Kotomahligai Muarojambi Hampir Selesai Dipugar
Reporter
Savina Rizky Hamida
Editor
Hisyam Luthfiana
Senin, 5 Agustus 2024 11:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Candi Kotomahligai Muarajambi yang berada di desa Danau Lamo, Muarajambi, Jambi saat ini menunjukkan hasil hampir rampung setelah dipugar selama beberapa waktu. Dilansir dari Antara per tanggal 31 Juli lalu pemugaran candi ini telah mencapai 80 persen. Rencananya penyusunan batu bata candi ini akan rampung pada Oktober mendatang.
Sebenarnya candi Kotomahligai merupakan bagian dari kawasan Kompleks Candi Muarojambi yang letaknya sekitar 900 meter ke arah barat laut dari kelompok Candi Kedaton. Proses renovasi yang dilakukan disebut untuk menata ulang bentuk candi sekaligus mengetahui bentuk yang mendekati aslinya. Kelak candi ini rencananya akan didaftarkan sebagai situs warisan dunia di UNESCO. Kawasan candi ini juga akan dijadikan sebagai tempat wisata yang dibuka untuk umum. Apalagi sebentar lagi pemugaran akan segera selesai.
Berikut fakta-fakta tentang candi ini:
1. Pusat Pendidikan Agama Budha pada Masanya
Dikutip dari laman pemerintah Provinsi Jambi, Candi Kotomahligai merupakan tempat ibadah sekaligus salah satu pusat peradaban agama Buddha terbesar di dunia. Arsitekturnya di desain seperti candi dengan corak budha dengan beberapa arca di dalamnya. Candi ini dikelilingi oleh tembok berukuran 97,5 x 120 meter yang termasuk luas sebagai perlindungan terhadap bangunan suci di dalamnya.
Diperkirakan juga para biksu agama Budha di seluruh dunia datang ke tempat itu untuk belajar agama Budha. Tak hanya itu, para murid asli dari sana juga dikirim untuk mengajar agama Budha di beberapa tempat.
2. Ditemukan Sejak Tahun 1823
Kompleks percandian Muarajambi pertama kali dilaporkan ditemukan tahun 1823 oleh seorang letnan asal Inggris bernama S.C. Crooke. Ceritanya saat itu dirinya sedang mengamati daerah aliran sungai untuk kemudian dipetakan demi kepentingan militer.
Setelah tahun 1975, kompleks candi di Muarajambi diambil alih pemerintah untuk dilakukan pemugaran di dipimpin R. Soekmono. Situs tersebut diperkirakan dibangun berkisar dari abad ke 9-12 Masehi. Di beberapa lempeng yang ditemukan disana terdapat tulisan yang diperkirakan ditulis pada abad 9-12 M. Setelah itu, pemugaran dilakukan secara bertahap dengan bekerja sama dengan para arkeolog untuk menyusun bagian-bagian candi.
Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar, semuanya bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.
3. Ditemukan Dua Patung Arca Gajah
Dilansir dari situs Kemendikbud, dalam lingkungan halaman candi ditemukan dua arca gajah, 16 fragmen arca batu, dan fragmen genting yang berglasir warna hijau. Arca gajah yang ditemukan bentuknya hampir sama dengan arca gajah dari Candi Gedong I. Temuan-temuan tersebut menjadi bukti jika candi ini dibangung ketika masa kerajaan dan aliran agama Budha.
Melihat gaya pakaiannya dari seni patungnya, kemungkinan arca-arca tersebut berasal dari abad ke-7–8 Masehi. Hal ini didasarkan atas perbandingan gaya, arca Buddha dari Muarojambi tampil dalam gaya seperti arca Buddha yang ditemukan di Vieng Sa, sebelah utara Semenanjung Tanah Melayu, dan juga seperti arca-arca Buddha yang berasal dari India Utara. Pendapat Schnitger dapat diperkuat dengan melihat secara khusus, yaitu dari gaya pakaian arca Buddha dari Muarojambi yang digambarkan menyerupai gaya pakaian arca-arca Buddha di India Utara.
SAVINA RIZKY HAMIDA| ANTARA | SYAIPUL BAKHORI
Pilihan Editor: Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Lumpuh oleh Banjir