Viral Kasus Cuci Darah Anak, Ini Penjelasan Pakar Kesehatan UM Surabaya

Reporter

Tempo.co

Editor

Devy Ernis

Selasa, 30 Juli 2024 12:00 WIB

Monalisa Theresia mempersiapkan peralatan untuk melakukan cuci darah menggunakan proses Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysys (CAPD) di RSCM Salemba, Jakarta, (28/3). Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus gangguan ginjal pada anak hingga harus menjalani tindakan cuci darah banyak ditemukan di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sebelum divonis gangguan ginjal, kebanyakan dari anak-anak yang dirawat di rumah sakit rujukan nasional ini banyak mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan.

Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya Ira Purnamasari menjelaskan, ginjal merupakan organ yang berfungsi dalam proses penyaringan hasil metabolisme dan akan membuang zat-zat yang tidak diperlukan tubuh melalui proses pembentukan urine.

“Gagal ginjal merupakan kondisi saat terjadi penurunan fungsi ginjal dalam menyaring limbah hasil metabolisme dan membuang racun. Sisa-sisa metabolisme yang seharusnya dikeluarkan oleh sistem kemih akhirnya menumpuk di ginjal, yang dalam jangka panjang akan mengakibatkan gagal ginjal,”ujar Ira dilansir dari situs UM Surabaya pada Selasa, 30 Juli 2024.

Ira yang juga dosen di Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) mengatakan, kebanyakan penyebab kasus gagal ginjal yang terjadi pada anak-anak yang menjalani cuci darah adalah kelainan kongenital atau kelainan bawaan sejak lahir. Pemicu paling banyak adalah sindrom nefrotik, dan bentuk ginjal yang abnormal seperti bentuk ginjal yang kecil dan kista ginjal.

“Selain karena kelainan bawaan, gagal ginjal pada anak juga bisa disebabkan karena obesitas. Obesitas bisa disebabkan karena gaya hidup salah satunya pola makan tidak sehat. Sering mengkonsumsi minuman manis berkemasan, makanan cepat saji, dan makanan berkalori tinggi,”imbuh Ira.

Advertising
Advertising

Ia menjelaskan, selain pola makan tidak sehat, penyebab lain obesitas adalah kurangnya aktivitas pada anak. Apalagi penggunaan gadget menyebabkan anak malas untuk bergerak. Kurangnya gerak pada anak menyebabkan kalori yang masuk ke tubuh lebih banyak dibandingkan kalori yang dibakar.

“Penumpukan kalori secara terus menerus dapat menyebabkan anak mengalami obesitas,” katanya.

Ia mengatakan, penanganan pada anak yang mengalami gangguan ginjal terminal adalah dengan cuci darah. Beda dialisis dan hemodialisis adalah dialisis merupakan proses penyaringan darah menggunakan lapisan perut bagian dalam (peritoneum). Sedangkan hemodialisis adalah proses penyaringan darah menggunakan mesin yang fungsinya seperti ginjal.

Untuk menjaga ginjal anak tetap sehat, pertama perbanyak konsumsi air putih. Air merupakan komponen penting dalam tubuh. Selain berfungsi mencegah terjadinya dehidrasi, air juga berfungsi dalam proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme melalui urine. Mengkonsumsi air putih dengan cukup menjaga tubuh anak agar tetap terhidrasi dengan baik.

Jika tubuh kekurangan air, maka tubuh akan mengalami dehidrasi, dehidrasi secara otomatis akan menyebabkan penurunan volume urine. Volume urine yang menurun menyebabkan limbah sisa metabolisme yang seharusnya dikeluarkan melalui urine tidak bisa secara maksimal di buang, yang akhirnya limbah tersebut mengendap dan menumpuk dalam jangka panjang. Buntutnya, akan mengakibatkan batu ginjal hingga gagal ginjal.

Kedua, hindari makanan dan minuman manis maupun soda. Makanan dan minuman manis mengandung tinggi kalori yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan anak hingga mengalami obesitas. Tingginya kadar gula dalam darah juga dapat menyebabkan anak terkena diabetes. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah termasuk pembuluh darah yang ada di ginjal.

Ketiga, batasi konsumsi garam. Beberapa makanan yang mengandung tinggi garam seperti makanan cepat saji dan makanan kaleng atau kemasan. Mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam secara berlebih dapat menyebabkan ginjal menurunkan pengeluaran air ke dalam urine.

Kondisi ini menyebabkan retensi cairan (penumpukan air dalam tubuh) yang akhirnya mengakibatkan kenaikan tekanan darah (hipertensi). Beberapa penelitian juga menjelaskan bahwa konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan proses peradangan dan kerusakan pada ginjal.

“Terakhir tingkatkan aktivitas fisik pada anak, karena hal tersebut dapat membakar kalori yang tersimpan dalam tubuh,”pungkas Ira.

Pilihan Editor:Jokowi Sahkan PP Kesehatan, Izinkan Aborsi Bersyarat hingga Pengendalian Iklan Rokok

Berita terkait

Tekan Kasus Kematian Kanker, Bio Farma Luncurkan Fasilitas Produksi Radiofarmaka

7 hari lalu

Tekan Kasus Kematian Kanker, Bio Farma Luncurkan Fasilitas Produksi Radiofarmaka

Dengan Bio Farma melakukan inisiatif ini, Menkes bilang rumah sakit tinggal beli PET Scan-nya saja.

Baca Selengkapnya

Waktu yang Tepat Pemasangan Akses Cuci Darah Menurut Pakar

12 hari lalu

Waktu yang Tepat Pemasangan Akses Cuci Darah Menurut Pakar

Berikut waktu yang tepat bagi pasien gagal ginjal untuk memasang akses hemodialisis atau cuci darah menurut pakar.

Baca Selengkapnya

Menkes Puji Keberhasilan Bedah Telerobotik Pasien Pertama di Indonesia

17 hari lalu

Menkes Puji Keberhasilan Bedah Telerobotik Pasien Pertama di Indonesia

Operasi bedah telerobotik kista ginjal berhasil dilakukan tim dokter di Bali atas pasien di Jakarta. Ada peran jaringan internet 5G di baliknya.

Baca Selengkapnya

Fakhruri Ayah Mahasiswi FK Undip dr Aulia Risma Meninggal, Ini Kronologi Kematian Sang Anak Akibat Bullying

19 hari lalu

Fakhruri Ayah Mahasiswi FK Undip dr Aulia Risma Meninggal, Ini Kronologi Kematian Sang Anak Akibat Bullying

Fakhruri, ayah dr Aulia Risma Lestari meninggal setelah sang anak, dokter Aulia Risma Lestari diduga bunuh diri akibat bullying di FK Undip.

Baca Selengkapnya

Risiko Obesitas Akibat Minuman Berpemanis, Ini Pesan Ahli Gizi

38 hari lalu

Risiko Obesitas Akibat Minuman Berpemanis, Ini Pesan Ahli Gizi

Ahli gizi mengingatkan risiko obesitas akibat minum minuman berpemanis setiap hari secara terus-menerus.

Baca Selengkapnya

Marak Pasien Anak Cuci Darah, Menkes: Orang Indonesia Suka Gula

45 hari lalu

Marak Pasien Anak Cuci Darah, Menkes: Orang Indonesia Suka Gula

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan fenomena kasus ginjal pada anak terkait dengan tren konsumsi gula yang tinggi.

Baca Selengkapnya

Viral Anak Cuci Darah, Menkes Soroti Konsumsi Gula Tinggi

45 hari lalu

Viral Anak Cuci Darah, Menkes Soroti Konsumsi Gula Tinggi

Banyaknya konsumsi gula pada makanan dan minuman dikaitkan dengan kasus anak yang harus menjalani cuci darah karena mengalami gagal ginjal.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog Tegaskan Puluhan 'Bocil' Pasien Gagal Ginjal Bukan Imbas Vaksin Covid-19

45 hari lalu

Epidemiolog Tegaskan Puluhan 'Bocil' Pasien Gagal Ginjal Bukan Imbas Vaksin Covid-19

Gagal ginjal pada anak malahan bisa dipicu oleh infeksi Covid-19 sebagai bentuk efek jangka panjangnya. Bagaimana itu bisa terjadi?

Baca Selengkapnya

Anak Jalani Cuci Darah Akibat Junk Food? Ini Kata Praktisi Kesehatan RSHS Bandung

46 hari lalu

Anak Jalani Cuci Darah Akibat Junk Food? Ini Kata Praktisi Kesehatan RSHS Bandung

Tenaga Kesehatan RSHS Bandung menilai ada salah persepsi di masyarakat soal anak yang harus menjalani cuci darah akibat junk food.

Baca Selengkapnya

Banjir Pasien Penyakit Ginjal Anak di RSHS Bandung, Kebutuhan Cuci Darah Meningkat

47 hari lalu

Banjir Pasien Penyakit Ginjal Anak di RSHS Bandung, Kebutuhan Cuci Darah Meningkat

RSHS Bandung menangani puluhan pasien ginjal berusia 4-6 tahun setiap bulannya. Ada dua jenis penyakit ginjal kronik yang membutuhkan cuci darah.

Baca Selengkapnya