Begini Paparan Ahli Farmokologi tentang Risiko BPA pada Tubuh
Kamis, 18 Juli 2024 11:49 WIB
INFO NASIONAL – Produsen air minum dalam kemasan atau AMDK di Indonesia telah diwajibkan mencantumkan label peringatan label peringatan “berpotensi mengandung Bisfenol A (BPA)”. Terutama kemasan yang menggunakan bahan plastik jenis polikarbonat.
Kepastian ini tertuang dalam Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan. Peraturan ini telah sah digulirkan sejak 1 April 2024.
Isu pelabelan BPA telah berlangsung sejak bertahun-tahun dan menjadi polemik di masyarakat. Sebagian kalangan menilai sumber masalah akibat persaingan antara produsen. Kendati demikian, berbagai penelitian menunjukkan keterkaitan Bisfenol A dengan kesehatan masyarakat.
Ahli Farmokologi dari Universitas Airlangga, Profesor Junaidi Khotib, menjabarkan hal tersebut melalui penuturannya berikut ini ketika menjawab pertanyaan Info Tempo.
Apa dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh paparan BPA dalam jangka panjang?
Bisphenol-A merupakan senyawa kimia sintesis yang telah diketahui secara luas sebagai pengganggu fungsional endokrin (endocrine disrupting compound). Senyawa tersebut menyerupai senyawa endokrin dalam tubuh termasuk beberapa hormone yang dapat membentuk ikatan pada reseptor hormon. Ikatan endokrin dengan reseptornya akan menjamin fungsi fisiologis terjadi dengan baik. Namun jika senyawa endokrin diganggu fungsinya oleh BPA maka keadaan fisiologis ini akan bergeser pada keadaan patofisiologi.
Apakah sudah dibuktikan secara ilmiah?
Dalam kajian tim, kami telah mengevaluasi dampak paparan BPA pada kesehatan mental baik penelitian di laboratorium maupun epidemiologi. Dalam penelitian di laboratorium pada hewan coba menunjukkan paparan BPA dengan berbagai kadar pada jangka waktu lama dapat menimbulkan gangguan perilaku hewan coba berupa kemampuan motorik dan aktivitas gerak, keseimbangan serta daya ingat (learning memory).
Perubahan perilaku ini disebabkan adanya perubahan struktur, kemampuan deferensiasi dan proses pematangan sel syaraf serta produksi neuro-transmitternya. Pada studi epidemiologi menunjukkan bahwa kadar BPA dalam darah atau urin pada anak usia pertumbuhan berkorelasi erat dengan gangguan perilaku, kecemasan dan depresi.
Bagaimana mekanisme kerja BPA di dalam tubuh manusia?
Kemasan air minum isi ulang polikarbonat merupakan polimer bisfenol A polikarbonat yang kita kenal dengan material plastik dibentuk sebagai hasil reaksi BPA dengan difenil karbonat.
Komponen BPA pada pada polimer plastik tersebut akan mampu mempertahankan bentuk plastik dan menjaga agar tidak mudah mengalami kerusakkan. Dengan demikian keberadaan BPA pada kemasan dapat terlepaskan pada makanan atau air minum yang dikemas tersebut. Migrasi ini dapat berasal dari residu pereaksi pada proses pembentukan polimer ataupun adanya pelepasan BPA dari polimernya.
Jumlah BPA yang bermigrasi dari polimer sangat tergantung pada tingkat keasaman cairan yang dikemas, suhu penyimpanan (distribusi dan penyimpanan retail) dan paparan sinar matahari. Dengan demikian migrasi BPA ke dalam air minum sangat perlu diwaspadai.
Jika air minum yang mengandung BPA masuk ke dalam tubuh maka akan berkorelasi dengan kadarnya dalam darah dan urin. Dilihat waktu paruh dalam tubuh yang singkat tentu setelah masuk dalam tubuh akan dimetabolisme dan diekskresikan dengan cepat. Namun demikian kebutuhan air minum mengandung BPA yang besar (minimum 2.5 L per hari) dan terus menerus maka peluang terjadinya akumulasi ataupun peningkatan kadar akan terjadi. Data penelitian epidemiologi tahun 2024 menunjukkan korelasi kadar BPA dalam darah dan urin berkaitan dengan konsumsi air yang terpapar BPA.
Bagaimana menjelaskan 'dosis' migrasi BPA dalam air minum kemasan dibandingkan dengan batas aman yang ditetapkan BPOM?
Jumlah BPA yang bermigrasi dari polimer polikarbonat sangat tergantung pada tingkat keasaman cairan yang dikemas, suhu penyimpanan (distribusi dan penyimpanan retail) dan paparan sinar matahari.
Dari data tiga kali pemeriksaan pada fasilitas produksi dengan metode yang sahih selama 2 tahun (2021-2022) didapatkan kadar BPA yang bermigrasi pada air minum lebih dari 0,6 ppm mengalami peningkatan berturut turut 3,13 persen, 3,45 persen, dan 4,58 persen.
Sementara hasil pengujian migrasi BPA sebesar 0,05-0,6 ppm dari kemasan polikarbonat juga mengalami berturut turut 28,12 persen, 49,56 persen dan 50,98 persen. Pada sarana distribusi dan peredaran menunjukkan hasil uji migrasi (>0,6 ppm) meningkat dari 0 persen menjadi 12,99 persen; dan hasil uji migrasi 0,05-0,6 ppm meningkat berturut turut 30,00 persen, 33,33 persen dan 41,56 persen.
Dengan demikian siklus penggunaan kemasan isi ulang galon polikarbonat juga mempengaruhi tingginya kadar BPA.
Seperti apa studi epidemiologi yang menunjukkan efek nyata dari BPA?
Penelitian di China telah menunjukkan bahwa paparan BPA dikaitkan dengan attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) selama perkembangan remaja. Sebuah studi case-control design dilakukan pada anak-anak berusia 6-12 tahun di Guangzhou. 215 anak didiagnosis dengan ADHD dan 253 anak sehat dari Guangzhou direkrut sebagai masing-masing sebagai kelompok kasus dan kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi BPA urin untuk kelompok kasus secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (3,44 vs 1,70 g/L; 4,63 vs 1,71 g/g Crt. p <.001).
Peningkatan bertahap dalam rasio odds untuk ADHD diamati dengan peningkatan kuartil BPA urin anak-anak (kuartil pertama: kategori referensi; kuartil kedua disesuaikan OR: 1,79, 95% CI: 0,95-3,37; kuartil ketiga disesuaikan OR: 7,44, 95% CI: 3,91-14,1; penyesuaian kuartil keempat OR: 9,41, 95% CI: 4,91-18,1).
Ketika tingkat BPA dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, kemungkinan ADHD di antara anak laki-laki dan perempuan meningkat secara signifikan dengan konsentrasi BPA urin (disesuaikan OR: 4,58, 95% CI: 2,84-7,37; disesuaikan OR: 2,83, 95% CI: 1,17-6,84). Konsentrasi 8-OHdG urin pada anak-anak ADHD secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selanjutnya, hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paparan BPA dan kadar 8-OHdG (R = 0,257, p < .001).
Temuan kami memberikan bukti langsung bahwa paparan BPA masa kanak-kanak mungkin terkait dengan ADHD dan konsentrasi 8-OHdG untuk anak-anak. Selain itu, paparan BPA dapat meningkatkan kejadian ADHD yang lebih tinggi untuk anak laki-laki daripada anak perempuan (Li et al, 2018).
Adakah studi lainnya?
Studi epidemiologi pada tahun 2004 menunjukkan BPA cepat dimetabolisme dan dihilangkan dari tubuh. Penelitian ini melibatkan 77 mahasiswa berusia 18-22 yang menjalani washout selama seminggu untuk meminimalkan beban BPA yang sudah ada sebelumnya yang dapat timbul dari penggunaan botol minum polikarbonat.
Selama periode washout, peserta mengonsumsi minuman dingin dalam botol stainless steel dan menghindari air minum dari dispenser polikarbonat. Setelah itu, subyek menggunakan minuman dingin dari dua botol polikarbonat baru yang disediakan peneliti selama satu minggu.
Sampel urin yang dikumpulkan selama penelitian menunjukkan bahwa subyek yang minum dari botol polikarbonat selama satu minggu didapati konsentrasi BPA urin rata-rata meningkat lebih dari dua pertiga, dari 2,1 g/L,menjadi 2,6 g/L. Peneliti juga mendapati konsentrasi BPA urin yang lebih tinggi dihasilkan dari minum minuman panas yang disimpan dalam botol polikarbonat.
Jadi, bagaimana pandangan Anda terhadap Peraturan BPOM No.6/2024?
Saya berkeyakinan bahwa dengan berbagi informasi saat ini yang berkembang terkait dengan pelepasan BPA dari kemasan polikarbonat serta adanya regulasi BPOM terkait pelabelan maka akan membuka ruang edukasi yang memadai pada masyarakat. Masyarakat akan dapat memilih produk yang dapat menjamin kesehatan dan mencegah potensi timbulnya penyakit yang berhubungan dengan endokrin. (*)