Respons Budi Santoso Usai Dicopot dari Jabatan Dekan FK Unair
Reporter
Aisyah Amira Wakang
Editor
Andry Triyanto Tjitra
Kamis, 4 Juli 2024 17:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rektorat Universitas Airlangga (Unair) memberhentikan Budi Santoso dari jabatannya sebagai Dekan Fakultas Kedokteran (FK) pada Rabu kemarin, 3 Juli 2024. Pemberhentian itu disebut-sebut karena Budi menolak terhadap program pemerintah untuk mendatangkan dokter asing ke Indonesia.
Ihwal pencopotan berawal dari pernyataan Budi yang beredar di WhatsApp Group (WAG) Dosen FK Unair, Rabu 3 Juli 2024. Di sana, ia berpamitan kepada sekitar 300 anggota dalam grup.
"Per hari ini saya diberhentikan sebagai Dekan FK Unair. Saya menerima dengan lapang dada dan ikhlas. Mohon maaf selama saya memimpin FK Unair ada salah dan khilaf, mari terus kita perjuangkan FK Unair tercinta untuk terus maju dan berkembang," demikian petikan pernyataan Budi dalam WAG tersebut.
Saat dikonfirmasi, Budi membenarkan pernyataannya itu sebagai bentuk kewajiban dirinya untuk berpamitan dengan para dosen maupun senior.
Saat ditanya apakah hal itu berkaitan dengan pernyataan dirinya bahwa ia menolak program dokter asing di Indonesia, Budi Santoso membenarkan hal itu.
Dalam pernyataan pribadinya kepada wartawan di Surabaya, Kamis, 27 Juni 2024, Budi mengatakan, tidak setuju dengan program dokter asing di Indonesia.
"Secara pribadi dan institusi, kami dari fakultas kedokteran tidak setuju," katanya dikutip dari Antara, Kamis, 4 Juli 2024.
Budi meyakini bahwa 92 FK di Indonesia mampu meluluskan dokter-dokter yang berkualitas. Bahkan, kualitasnya tidak kalah dengan dokter-dokter asing.
Ketua Pusat Komunikasi dan Informasi Publik (PKIP) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Martha Kurnia Kusumawardani, membenarkan adanya pemberhentian Budi dari jabatan dekan FK. Namun, ia tidak mengungkap secara jelas alasan pemberhentian itu.
"Alasan atau pertimbangan pimpinan Universitas Airlangga terkait pemberhentian ini adalah merupakan kebijakan internal untuk menerapkan tata kelola yang lebih baik guna penguatan kelembagaan khususnya di lingkungan FK Unair," ucapnya saat dikonfirmasi Tempo, Kamis, 4 Juli 2024.
Martha mengatakan, seluruh civitas akademika Unair mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Budi atas pengabdiannya. FK Unair, kata dia, berharap dapat menjadi fakultas kedokteran yang mampu berkontrribusi positif bagi bangsa dan negara.
“Kami menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. dr. Budi Santoso Sp.OG.(K) atas semua pengabdian dan jasa-jasanya selama memangku jabatan tersebut," ujarnya.
<!--more-->
Respons Kemenkes
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menolak keterlibatannya dengan putusan Rektorat Unair yang memberhentikan Budi sebagai Dekan FK.
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan, Kemenkes tidak membawahi Unair, sehingga tidak punya kewenangan untuk mengatur bahkan turut serta mengambil kebijakan.
“Informasi yang mengatakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengontak Rektor Unair Mohammad Nasih untuk meminta memberhentikan Dekan FK Budi Santoso merupakan fitnah dan hoax,” kata dia melalui keterangan resmi pada Kamis, 4 Juli 2024.
Ia juga mengklarifikasi bahwa informasi soal Kemenkes yang akan mendatangkan 6.000 dokter warga negara asing atau WNA tidak benar.
Kemenkes, kata dia, menghadirkan dokter WNA yang mendapatkan publikasi luas dari tim Arab Saudi. Mereka akan bertugas di Rumah Sakit (RS) Adam Malik, Medan, Sumatra Utara.
Dokter WNA itu bertugas untuk melakukan operasi jantung kompleks udemi menyelamatkan nyawa 30 anak warga Sumatra Utara secara gratis.
“Kegiatan tersebut merupakan tindakan operasi jantung untuk anak yang pertama kali dilakukan di Pulau Sumatra,” ucapnya.
Menurut dia, selama ini anak yang mengalami gangguan jantung kompleks selalu mendapat rujukan ke Jakarta, sehingga memberatkan keluarga secara finansial.
“Ini dikarenakan memang dokter spesialisnya tidak tersedia di sana,” kata Syahril.
Oleh karena itu, Kemenkes menyesalkan aksi protes di Jawa yang menghadirkan tim dokter dari Arab Saudi tersebut.
“Padahal mereka hadir untuk menyelamatkan nyawa manusia, nyawa anak-anak kita. Bukan untuk mengambil lahan para dokter-dokter tersebut kedepannya,” tutur Syahril.
AISYAH AMIRA WAKANG | ANTARA
Pilihan Editor: Budi Santoso Dipecat Buntut Kritik Kedatangan Dokter Asing, KIKA dan SPK: Rektor Unair Lakukan Maladministrasi