Jokowi Ingatakan Dunia Menuju Neraka Iklim: Ini Harus Diantisipasi
Reporter
Daniel A. Fajri
Editor
Ninis Chairunnisa
Jumat, 14 Juni 2024 10:44 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan bahwa dunia menuju neraka iklim. Suhu dunia bakal mencapai titik tertinggi dan ini harus diantisipasi.
Jokowi menyitir ucapan Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa, Antonio Guterres dalam pidato utama di New York awal bulan ini. Guterres menyinggung data baru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang menunjukkan ada kemungkinan 80 persen planet bumi akan menembus 1,5 derajat Celcius (2,7 derajat Fahrenheit) dalam pemanasan di atas masa pra-industri, setidaknya dalam satu dari lima tahun kalender berikutnya.
Suhu global rata-rata 1,63 derajat Celcius (2,9 derajat Fahrenheit) lebih tinggi dari rata-rata pra-industri dari Juni 2023 hingga Mei tahun ini, menurut sistem pemantauan Copernicus Uni Eropa.
"Hati-hati. Satu tahun terakhir ini kita rasakan betul adanya gelombang panas, periode terpanas. Di India bahkan sampe 50 derajat, di Myanmar 45,8 derajat, panas sekali," kata Jokowi dalam rapat inflasi di Istana Negara, Jakarta pada Jumat, 14 Juni 2024.
Jokowi menyoroti utamanya dampak iklim ini pada pangan. Pemerintah melakukan pompanisasi lebih dari 20 ribu ke setiap daerah terutama kepada sawah yang bisa memproduksi beras.
"Ini yang harus direncanakan, diantisipasi sejak mulai sekarang. Karena diperkirakan 50 juta petani akan kekurangan air. Nggak ada air. Dan akan masuk pada tadi. kekurangan air," kata Jokowi.
Dalam sambutan yang sama, pemerintah mengumumkan inflasi Indonesia berada di 2,84 persen. Presiden mengungkit pada tahun 1998 inflasi berada di angka 9,6 persen. "Berkat kerja keras semua pihak," kata Jokowi.
Pemerintah memproyeksikan Perekonomian Indonesia pada tahun 2024 di atas 5 persen dan didukung inflasi yang tetap terkendali. Pencapaian inflasi Indonesia di 2023 tercatat sebesar 2,61 persen (yoy), terjaga stabil dalam rentang sasaran target 3,1 persen.
Tahun lalu, untuk Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) terkendali, namun inflasi volatile food (VF) masih cukup tinggi. Sedangkan inflasi inti dan administered price (AP) menurun. Komoditas pangan yang menjadi penyumbang utama inflasi tahun lalu yakni beras 0,53 persen dan cabai merah 0,24 persen.
Pilihan Editor: Jokowi Bagikan Sapi Kurban ke Setiap Provinsi, termasuk IKN