Mengapa Anak Megawati, Prananda Prabowo Tak Tampak di Rakernas PDIP ke-5?
Reporter
Michelle Gabriela
Editor
S. Dian Andryanto
Senin, 27 Mei 2024 18:53 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menegaskan bahwa tidak ada persaingan antara Puan Maharani dan Prananda Prabowo untuk menggantikan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum partai. Struktur kepemimpinan partai ini akan dibahas dalam kongres pada 2025.
“Tidak ada persaingan dalam Keluarga Teuku Umar,” kata Bendahara PDIP Olly Dondokambey kepada Tempo pada Sabtu, 25 Mei 2024. Gubernur Sulawesi Utara ini mengatakan PDIP saat ini masih masih konsolidasi internal untuk pemilihan kepala daerah.
Tidak hadirnya Prananda Prabowo pada hari pertama Rakernas PDIP ke-5 lalu memicu spekulasi tentang adanya persaingan dalam keluarga Teuku Umar, mengingat Megawati lebih sering memproyeksikan Puan Maharani sebagai penerusnya. Pada pidato pembukaan Rakernas di Ancol pada Jumat, 24 Mei 2024, Megawati mengisyaratkan Puan akan menjadi Ketua Umum PDIP dengan bercanda bahwa ia ingin bertukar posisi dengan Puan yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPR.
Prananda adalah anak kedua Megawati dari pernikahannya dengan Lettu Pnb Surindro Supjarso. Pada hari pertama Rakernas V, hanya dua anggota keluarga Megawati yang hadir, yaitu kakaknya Guntur Soekarnoputra dan putrinya Puan Maharani.
Melalui pesan singkat pada Sabtu, Bendahara Umum PDIP Olly Dondokambey menyangkal ketidakhadiran Prananda dalam pembukaan Rakernas PDIP ke-5 ada kaitannya dengan perebutan kursi Ketua Umum PDIP. “Prananda sedang keluar kota. Anaknya baru wisuda,” kata dia.
Pengamat dinasti politik, Yoes Kenawas, menjelaskan bahwa Puan dan Prananda selama ini berbagi peran di depan dan belakang PDIP. Menurut Yoes, Megawati akan mempertimbangkan dengan matang siapa penerus ketua umum PDIP. Meskipun Puan dianggap lebih siap dan memiliki pendidikan yang memadai untuk menjadi ketua umum, Yoes menilai ketidakhadiran Prananda dalam pembukaan Rakernas tidak perlu dibesar-besarkan.
Profil Prananda Prabowo
Muhammad Pranada Prabowo lahir pada 23 April 1970 adalah cucu Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Prananda merupakan putra kedua Megawati Soekarnoputri dari suami pertamanya, Lettu Pnb Surindro Supjarso.
Ia memiliki seorang kakak kandung bernama Mohamad Rizki Pratama dan seorang adik tiri yang juga terjun di dunia politik, Puan Maharani. Pada 23 Oktober 2000, Prananda menikah dengan Nancy Prananda dan mereka dikaruniai dua anak, yaitu M. Prabhaswara Pranakarno dan Diah Safira Octaliakasih.
Prananda berasal dari keluarga politikus dan aktif di dunia politik. Ia dikenal sebagai ideolog serta memiliki minat besar terhadap teknologi komunikasi dan informasi. Presiden Joko Widodo pernah memuji potensi Prananda, menyatakan bahwa cara Prananda dalam mengorganisasi dan berkomunikasi sangat baik. Banyak pengikut Marhaenisme melihat Prananda sebagai penerus ideologis Soekarno yang paling pantas menggantikan Megawati.
Diketahui, Prananda pernah menjadi konseptor beberapa pidato politik Megawati. Salah satu pidato yang menampilkan pandangan politiknya menyisipkan nasihat dari Kitab Bhagavad Gita, berbunyi "karmanye vadhikaraste ma phaleshu kada chana," yang berarti "kerjakan seluruh kewajibanmu dengan sungguh-sungguh tanpa menghitung untung dan rugi." Pidato tersebut, dibacakan saat pembukaan Kongres III PDIP 2010, menerima pujian luas.
Dalam internal PDIP, Prananda dikenal sebagai "kamus berjalan Sukarno," selalu memastikan bahwa hasil rapat internal partai sesuai dengan pemikiran Sukarno. Prananda menjabat sebagai Kepala Ruang Pengendali dan Analisis Situasi DPP PDIP, di mana ia berhubungan langsung dengan ketua umum, memastikan tidak ada penyimpangan dari keputusan kongres, mengecek persiapan kegiatan Megawati, serta melaporkan perkembangan internal partai, baik di pilkada, pencalegan, maupun perilaku kader eksekutif dan legislatif, langsung kepada ketua umum.
Di luar politik, Prananda juga memiliki ketertarikan besar pada musik dan dikenal mahir bermain bass. Keprihatinannya terhadap menurunnya rasa nasionalisme di kalangan anak muda mendorongnya membentuk band bernama Rodinda (Romantika, Dinamika, dan Dialektika), yang mengusung prinsip-prinsip revolusi yang sering diucapkan oleh Bung Karno.
MICHELLE GABRIELA | DANIEL A.FAJRI | NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI | RACHEL FARAHDIBA REGAR
Pilihan Editor: Megawati Kritisi RUU MK dan RUU Penyiaran di Rakernas PDIP: Sepertinya Menyembunyikan Sesuatu