Deretan Fakta Menjelang Reformasi Mei 1998 dan Soeharto Lengser

Rabu, 22 Mei 2024 17:20 WIB

Suasana kegembiraan meliputi kalangan mahasiswa di depan pesawat televisi di gedung MPR/DPR RI ketika Presiden Soeharto menyatakan berhenti sebagai presiden RI, di Jakarta, Kamis, 21 Mei 1988. Wapres BJ Habibie selanjutnya menjadi presiden ketiga RI. ANTARA/Saptono

TEMPO.CO, Jakarta - Pada Mei 1998 menjadi bulan yang punya sejumlah peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Pada saat itu, gelombang demonstrasi mahasiswa mulai merebak di berbagai kota besar di Indonesia, menuntut reformasi dan Soeharto lengser. Respons represif dari aparat keamanan hanya memperburuk situasi, memicu kemarahan publik. Tragedi Trisakti, di mana empat mahasiswa tewas ditembak selama demonstrasi, semakin memperhebat ketegangan.

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada waktu itu menjadi pemicu utama peristiwa tersebut. Nilai tukar rupiah anjlok, inflasi meroket, dan banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Kondisi ekonomi yang memburuk ini memperbesar ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun.

Namun, di balik keadaan genting ini, terdapat beberapa fakta yang kurang terkenal. Apa saja hal-hal tersebut?

1. Amerika Tau Soeharto akan Mundur

Dalam bukunya "Dari Gestapu ke Reformasi: Rangkaian Kesaksian" (2013), Salim Said menceritakan peristiwa lengsernya Soeharto. Dia mengklaim bahwa ia tidak mengetahui bahwa Soeharto akan mundur lebih cepat pada tanggal 21 Mei. Kabar tersebut justru diperolehnya dari rekannya di Columbus, Ohio, Amerika Serikat, yaitu Profesor William Liddle. Said menerima panggilan telepon internasional sebelum subuh tiba, yang mengganggu tidurnya. Namun, di Amerika Serikat bagian timur, waktu masih sore, sekitar pukul 4 sore.

"Salim, apakah Soeharto benar-benar mundur? Di sini sudah tersebar berita bahwa Pak Harto akan mengundurkan diri pagi ini," tulis Salim Said menuturkan kembali percakapan dengan Liddle.

Advertising
Advertising

2. Soeharto ke Kairo Saat Krisis

Dampak dari ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Soeharto mulai muncul pada awal Mei. Pada 2 Mei 1998, mahasiswa di beberapa wilayah melakukan demonstrasi untuk menuntut reformasi. Namun, sejumlah protes tersebut berujung pada bentrokan karena ditanggapi secara keras oleh aparat keamanan.

Pada 4 Mei 1998, kerusuhan kembali meletus di Medan, Sumatera Utara, yang menyebabkan setidaknya 6 orang meninggal dunia. Selanjutnya, pada tanggal 7 Mei, terjadi Peristiwa Cimanggis di mana aksi demonstrasi mahasiswa kembali dihadapi dengan kekerasan oleh aparat. Sehari setelahnya, pada tanggal 8 Mei 1998, terjadi Peristiwa Gejayan atau Tragedi Yogyakarta. Peristiwa ini dimulai ketika mahasiswa meminta Soeharto untuk mundur, tetapi berakhir dengan kejadian berdarah.

Di tengah keadaan genting itu, pada tanggal 9 Mei 1998, Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir, untuk menghadiri pertemuan KTT G-15. Situasi di Indonesia saat itu digambarkan sebagai delman yang ditinggalkan kusir, dengan kusirnya, Soeharto, pergi ke Kairo, Mesir. Kepulangannya dari Kairo menjadi perjalanan terakhirnya ke luar negeri sebagai kepala negara.

3. BJ Habibie Sempat Diragukan Kewibawaannya sebagai Presiden

Saat krisis melanda dan Monas ditutup dari segala penjuru, Salim Said menerima telepon dari staf Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono. Ia diminta hadir pada tanggal 20 Mei pukul 19.00 dalam sebuah rapat di Gedung Urip Sumohardjo di Kompleks Departemen Pertahanan dan Keamanan di Jalan Merdeka Barat.

Dalam rapat tersebut, dibahas kemungkinan Soeharto mundur dan siapa yang akan menggantikannya. Berdasarkan peraturan perundang-undangan, Wakil Presiden B.J. Habibie harus naik menjadi presiden. Dalam tulisannya, Salim Said menyebutkan bahwa B.J Habibie sempat diragukan kewibawaannya sebagai seorang Presiden. Meskipun begitu, aturan tetap harus diikuti.

4. Usai Lengser Soeharto Mengurung Diri di Cendana

Pada Senin, 4 Februari 2008, setelah lengser dari jabatannya sebagai Presiden, Soeharto lebih sering menyendiri di kediamannya di Cendana. Ia jarang sekali menerima tamu, meskipun banyak petinggi militer dan kerabat berusaha untuk menemuinya. Soeharto tampaknya memilih untuk menarik diri dari kehidupan publik, menghabiskan waktu dalam kesendirian di rumahnya. Keadaan ini mencerminkan perubahan besar dalam kehidupan seorang mantan pemimpin yang dulu memiliki kekuasaan absolut dan menjadi pusat perhatian.

5. Juli 1998 Soeharto Mengumpulkan keluarga Cendana

Pada Juli 1998, Soeharto mengumpulkan keluarganya di Puri Retno, Anyer, Banten. Setelah makan di pinggir pantai, Soeharto meminta anak-anak, menantu, dan cucunya untuk menerima situasi yang sulit dengan tabah. Ia menjelaskan bahwa ini adalah konsekuensi dari pengunduran dirinya sebagai presiden. Soeharto menekankan bahwa pengunduran diri tidak berarti bahwa hujatan akan mereda, justru sebaliknya. Ia meminta agar anak-anaknya tidak menanggapi situasi tersebut.

"Biarlah sejarah yang mencatat, dengan hati bersih saya sudah memimpin dan memajukan negeri ini. Kalau masih ada hujatan, mari diterima dengan ikhlas. Mudah-mudahan ini mengurangi beban saya di akhirat," kata Soeharto.


SHARISYA KUSUMA RAHMANDA I HENDRIK KHOIRUL MUHID

Pilihan Editor: Langkah-langkah Sebelum Soeharto Lengser, Apa Saja yang Dilakukannya?

Berita terkait

Alasan MPR Menghapus Nama Soeharto dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998

1 hari lalu

Alasan MPR Menghapus Nama Soeharto dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998

MPR mencabut nama Soeharto dalam TAP MPR Nomor 11 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Survei: Dukungan untuk Presiden Yoon Suk Yeol di Level Terendah

15 hari lalu

Survei: Dukungan untuk Presiden Yoon Suk Yeol di Level Terendah

Dukungan publik terhadap Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dititik terendah sejak dia menjabat sebagai orang nomor satu di Korea

Baca Selengkapnya

Nawawi Pomolango Tolak Anggapan KPK Anak Kandung Pemerintahan Megawati

15 hari lalu

Nawawi Pomolango Tolak Anggapan KPK Anak Kandung Pemerintahan Megawati

Nawawi Pomolango mengatakan seharusnya KPK lahir pada Agustus 2001, namun, KPK tak kunjung dibentuk karena banyak pihak tak menginginkannya.

Baca Selengkapnya

Kairo hingga Bali, Ini Destinasi yang Sulit Dijelajahi dengan Berjalan Kaki

21 hari lalu

Kairo hingga Bali, Ini Destinasi yang Sulit Dijelajahi dengan Berjalan Kaki

Berjalan kaki memberikan pengalaman tersendiri saat menjelajahi suatu destinasi, tapi tidak semuanya ramah pejalan kaki

Baca Selengkapnya

Mesir Bangun Ibu Kota Baru, Megah dan Luasnya Sebesar Singapura

23 hari lalu

Mesir Bangun Ibu Kota Baru, Megah dan Luasnya Sebesar Singapura

Mesir memindahkan ibu kotanya dari Kairo. Ibu kota baru itu menghabiskan biaya miliaran dolar AS.

Baca Selengkapnya

Terkini: Faisal Basri dalam Kenangan Anies Baswedan, Chatib Basri, dan Goenawan Mohamad; Jokowi Terima Bos Vale Indonesia di Istana

23 hari lalu

Terkini: Faisal Basri dalam Kenangan Anies Baswedan, Chatib Basri, dan Goenawan Mohamad; Jokowi Terima Bos Vale Indonesia di Istana

Kepergian Faisal Basri meninggalkan duka, bukan hanya bagi keluarga, tapi dari sejumlah tokoh di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Cerita Adik Faisal Basri soal Rencana Kateterisasi Jantung Pagi Ini: Tapi Ternyata Subuh Sudah Tidak Ada

23 hari lalu

Cerita Adik Faisal Basri soal Rencana Kateterisasi Jantung Pagi Ini: Tapi Ternyata Subuh Sudah Tidak Ada

Ramdan Malik menceritakan rencana tindakan kateterisasi yang akan dijalankan pada jantung kakaknya, Faisal Basri, pada pagi hari ini.

Baca Selengkapnya

Goenawan Mohamad Kenang Faisal Basri: Tubuhnya Tambah Kurus, Suaranya Makin Lantang

23 hari lalu

Goenawan Mohamad Kenang Faisal Basri: Tubuhnya Tambah Kurus, Suaranya Makin Lantang

Goenawan Mohamad mengenang sosok Faisal Basri. GM menyebutkan ekonom senior itu tak lelah melontarkan kritik untuk cita-cita reformasi.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Deflasi 4 Bulan Berturut-turut Pernah Terjadi Saat Krisis Moneter 1998 dan Krisis Ekonomi 2008

23 hari lalu

BPS Sebut Deflasi 4 Bulan Berturut-turut Pernah Terjadi Saat Krisis Moneter 1998 dan Krisis Ekonomi 2008

Fenomena deflasi selama empat bulan berturut-turut tahun ini bukanlah hal yang baru, pernah terjadi pada krisis moneter 1998 dan krisis ekonomi 2008.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Tekankan Urgensi Reformasi Partai Politik Indonesia

24 hari lalu

Bamsoet Tekankan Urgensi Reformasi Partai Politik Indonesia

Dalam kuliah pascasarjana bertajuk "Politik Indonesia Dalam dan Luar Negeri" di Universitas Pertahanan RI (UNHAN), Ketua MPR RI ke-16 Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengingatkan pentingnya perbaikan partai politik (parpol) sebagai tulang punggung demokrasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya