Cerita Lebaran Komunitas Transpuan di Yogyakarta, Kesepian Jauh dari Keluarga

Jumat, 12 April 2024 20:22 WIB

Suasana open house di sekretariat Yayasan Keluarga Besar Waria Yogyakarta atau Kebaya pada hari pertama Idul Fitri, Rabu, 10 April 2024 (TEMPO/Shinta Maharani)

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sedih karena tak bisa berkumpul bersama keluarga saat Idul Fitri, itulah yang dirasakan oleh para transpuan di Yogyakarta. Mereka adalah transpuan dari berbagai daerah yang merantau di kota gudeg ini.

Sebagian dari mereka merayakan lebaran di jalanan dengan mengamen, memulung sampah, dan menjual makanan ringan seperti keripik. Mayoritas keluarga menganggap transpuan dan ragam identitas gender lainnya sebagai aib sehingga mereka tersingkir.

Untuk mengobati kerinduan terhadap keluarga yang menolak mereka karena pilihan identitas gender, komunitas transpuan menggelar halal bihalal di sekretariat Keluarga Besar Waria Yogyakarta atau Kebaya di Jalan Gowongan Lor pada hari pertama Lebaran. Halah bihalal atau open house digagas Pendiri Yayasan Keluarga Besar Waria atau Kebaya, Vinolia Wakijo.

Lebaran di kantor Kebaya menjadi cara mengatasi kesedihan transpuan karena tak bisa berkumpul bersama keluarga. Sejak 18 tahun lalu, Vinolia menggelar open house untuk merayakan Lebaran bersama seluruh anggota komunitas transpuan. Acara itu tidak hanya untuk transpuan dan beragam identitas gender lainnya, melainkan juga anak jalanan hingga orang dengan HIV/AIDSatau ODHA.

Pada Rabu siang, 10 April 2024, mereka menyantap soto intil khas racikan Mami Vin, sapaan akrab Vinolia. Orang Jawa mengenal intil sebagai kotoran kambing. Soto itu berisikan kentang yang dibentuk bulat seperti kotoran kambing, irisan daging ayam, telur burung puyuh, kubis, kecambah beserta daun seledri.

Advertising
Advertising

“Sudah jadi tradisi supaya transpuan tak merasa sendirian,” ujar Mami Vin ditemui Tempo di sekretariat Kebaya, Rabu.

Suasana open house di sekretariat Yayasan Keluarga Besar Waria Yogyakarta atau Kebaya pada hari pertama Idul Fitri, Rabu, 10 April 2024 (TEMPO/Shinta Maharani)

Vinolia merupakan pegiat hak kelompok minoritas yang fokus merawat ODHA. Dalam berbagai kesempatan di komunitas maupun seminar-seminar, transpuan sepuh ini aktif menyuarakan pentingnya melawan diskriminasi terhadap ODHA. Dia juga mengkampanyekan pentingnya seks aman menggunakan kondom untuk mencegah penyakit HIV AIDS.

Vinolia yang dibantu sejumlah relawan merawat 14 orang yang berasal dari Jember, Yogyakarta, Magelang, Medan, dan Palembang. Tak semua penghuni Yayasan Kebaya adalah ODHA. Sebagian dari mereka merupakan anak jalanan dan transpuan yang terlantar dan mengalami pengusiran dari keluarga dan lingkungannya.

Mami Vin, sapaan akrab Vinolia menjadi ibu bagi semua transpuan, orang dengan ragam identitas gender lainnya, dan anak jalanan. Halal bihalal itu berlangsung akrab. Sejumlah anggota komunitas transpuan sungkem kepada Mami Vin dan saling bermaafan.

Mami Vin menyebutkan open house ini bagian dari mendekatkan komunitas dengan masyarakat dan mengumpulkan transpuan yang tidak mudik ke kampung halamannya. Open house sempat berhenti selama tiga tahun karena Pandemi Covid-19.

Warga yang datang ke sekretariat yang penuh jendela lebar-lebar itu berasal dati tiga rukun tetangga di Jalan Gowongan Lor yakni RT 11, RT 09, dan RT 08. Sejak sore hari menjelang malam takbir, Mak Sarinah membantu Mami Vin menyiapkan bumbu soto dan semua bahan masakan. Mami Vin juga menyiapkan bingkisan lebaran dan angpao untuk transpuan yang berkunjung.

Menurut Mami Vin, ongkos open house berasal dari para donatur yang selalu datang menjelang Lebaran. Bagi Mami Vin, open house menjadi penawar rasa rindu para transpuan terhadap keluarga yang mujarab.

"Ada yang nangis terharu. Mereka saya anggap sebagai anak," ujar Mami Vin.

Di Kebaya pagi itu terlihat sejumlah tokoh transpuan yang punya peran penting mengadvokasi hak mereka seperti pengurusan Kartu Tanda Penduduk, kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS, melindungi transpuan dari berbagai kekerasan, dan mengadvokasi anak jalanan. Dua tokoh transpuan itu, yakni Rully Malay dan Tata. Rully Malay merupakan Koordinator Waria Crisis Center yang merawat waria lanjut usia. Tata aktif sebagai Wakil Ikatan Waria Yogyakarta yang membantu anak jalanan.

"Kumpul dan makan bareng membuat kami menyatu seperti sebuah keluarga," kata Bunda Rully, panggilan akrab Rully Malay.

Cerita selengkapnya di Lebaran Transpuan Yogyakarta

Pilihan Editor: PDIP Respons Wacana Pertemuan Jokowi - Megawati dalam Suasana Lebaran

Berita terkait

Cara Pemkot Yogyakarta Biasakan Pedagang Pasar Lansia Bayar Retribusi secara Digital

1 jam lalu

Cara Pemkot Yogyakarta Biasakan Pedagang Pasar Lansia Bayar Retribusi secara Digital

Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki cara khusus agar pedagang pasar tradisional terutama yang Lansia terbiasa membayar retribusi secara digital.

Baca Selengkapnya

Pemda Yogyakarta Tetapkan Kasus Gondongan sebagai Kejadian Luar Biasa, Warga Diimbau Tak Terjebak Mitos

4 jam lalu

Pemda Yogyakarta Tetapkan Kasus Gondongan sebagai Kejadian Luar Biasa, Warga Diimbau Tak Terjebak Mitos

Sebagian warga lokal percaya gondongan bisa diobati bila pasiennya memakai kalung buah mengkudu.

Baca Selengkapnya

Intensitas Hujan Meningkat, Yogyakarta Tetapkan Siaga Darurat Hidrometeorologi Basah

19 jam lalu

Intensitas Hujan Meningkat, Yogyakarta Tetapkan Siaga Darurat Hidrometeorologi Basah

Masyarakat dan juga kalangan wisatawan yang mempersiapkan rencana liburan ke Yogyakarta perlu mewaspadai potensi akibat cuaca buruk seiring meningkatnya intensitas hujan awal November 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Larang Aksi Ngamen Online di Ruang Publik, Dinilai Ganggu Pejalan Kaki

21 jam lalu

Yogyakarta Larang Aksi Ngamen Online di Ruang Publik, Dinilai Ganggu Pejalan Kaki

Satpol PP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tengah mengawasi maraknya aksi mengamen secara online yang dilakukan sejumlah orang di kawasan ruang publik belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Kasus Gondongan Meningkat Drastis di Yogyakarta, Siswa Tertular Dilarang Masuk Sekolah

1 hari lalu

Kasus Gondongan Meningkat Drastis di Yogyakarta, Siswa Tertular Dilarang Masuk Sekolah

Kasus penyakit gondongan atau parotitis tengah menjadi perhatian di Kota Yogyakarta sepanjang periode Oktober hingga awal November 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Pemda DIY Ingin Akhiri Penularan HIV pada 2030, Dorong Masyarakat Ikuti Deteksi Dini Gratis

1 hari lalu

Pemda DIY Ingin Akhiri Penularan HIV pada 2030, Dorong Masyarakat Ikuti Deteksi Dini Gratis

Pengecekan atau deteksi dini HIV bisa dilakukan di 18 Puskesmas dan 13 rumah sakit di Yogyakarta. Layanan ini bahkan dibuka beberapa puskesmas.

Baca Selengkapnya

Branding City Of Festival, Jurus Yogyakarta Kukuhkan Jadi Destinasi Wisata Utama

4 hari lalu

Branding City Of Festival, Jurus Yogyakarta Kukuhkan Jadi Destinasi Wisata Utama

Meski tak memiliki destinasi alam, Kota Yogyakarta tiap tahun sukses menjadi tujuan wisata utama.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dorong Warganya Bersedia Daftarkan Koleksi Naskah Kuno, Ini Alasannya

4 hari lalu

Yogyakarta Dorong Warganya Bersedia Daftarkan Koleksi Naskah Kuno, Ini Alasannya

Pemerintah Kota Yogyakarta mendorong warganya yang memiliki koleksi naskah kuno didaftarkan ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Pasca Ricuh Prawirotaman Yogya, Belasan Outlet hingga Kafe Penjual Miras Ditutup

4 hari lalu

Pasca Ricuh Prawirotaman Yogya, Belasan Outlet hingga Kafe Penjual Miras Ditutup

Sejumlah kafe outlet, hingga toko yang menjual minuman beralkohol atau minuman keras (miras) di Yogyakarta mulai ditutup satuan polisi pamong praja (Satpol PP) Kamis 31 Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Bersih Miras, Sultan HB X Tenggat Kabupaten-Kota Lakukan Ini Dalam 2 Pekan

4 hari lalu

Yogyakarta Bersih Miras, Sultan HB X Tenggat Kabupaten-Kota Lakukan Ini Dalam 2 Pekan

Upaya Yogyakarta mewujudkan kenyamanan dan keamanan sebagai Kota Wisata, Kota Budaya, dan Kota Pelajar dari pengaruh buruk minuman keras atau miras kian ditindaklanjuti serius

Baca Selengkapnya