Anies Sebut Hampir Tidak Ada Oposisi di Era Jokowi

Rabu, 13 Maret 2024 13:27 WIB

Calon Presiden Koalisi Perubahan Anies Baswedan ditemui di Masjid Agung Bintaro, kawasan Tangerang Selatan, Jumat, 8 Maret 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri

TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden nomor urut 01, Anies Baswedan menilai, hampir tidak ada partai oposisi yang bertahan di era pemerintahan presiden Jokowi. Partai oposisi banyak mendapatkan tekanan sehingga tidak kuat.

"Akhirnya ikut pemerintah," kata Anies saat ditemui di Jakarta, Rabu 13 Maret 2024.

Menurut Anies, oposisi harusnya diberi ruang bukan diberi tekanan. Sebab, dalam iklim demokrasi, oposisi penting dalam fungsi penyeimbang. Oposisi, kata dia, merupakan salah satu indikator sistem demokrasi berjalan. Indikator lain yakni kebebasan berekspresi dan pemilu yang jujur bebas, dan adil.

Untuk kebebasan berekspresi, Anies menilai, masih banyak kritik yang dibungkam. Kritik itu jusrru dibalas dengan penegakan hukum. "Banyak yang diperiksa karena mengkritik," kata Anies.

Sedangkan, Anies juga mempertanyakan pelaksanaan Pemilu yang jujur, bebas, dan adil. Adapun Anies masih menunggu KPU mengumumkan hasil resmi Pilpres 2024.

Sebelumnya, kader Partai Keadilan Sejahtera atau PKS Sumatera Barat mengharapkan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar berserta partai pendukungnya menjadi oposisi pasca Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024. Hal tersebut disampaikan Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) Sumbar Irsyad Syafar.

"Ya kami bersama masyarakat Sumatera Barat yang telah berjuang memenangkan Anies dan Cak Imin berharap berada di barisan oposisi " katanya saat dihubungi Tempo pada Selasa 20 Februari 2024.

Advertising
Advertising

Irsyad menjelaskan, jika sebuah pemerintahan harus ada penyeimbangnya. Jika tidak ada oposisi tentu roda pemerintahan tidak akan berjalan dengan baik. "Pemerintah harus ada oposisinya, kalau tidak, bakal seperti sekarang tidak ada yang mengkritik," ucapnya.

Selain berharap Anies dan Cak Imin berada di barisan oposisi, Irsyad juga ingin semua partai pendukungnya di DPR untuk menjadi penyeimbang pemerintah.

Karena partai punya anggota DPR yang bisa mengawasi roda pemerintahan. "Sekarang saya melihat banyak kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan keinginan rakyat seperti Undang-undang Cipta Kerja, namun lolos juga. Penyebabnya karena tidak ada oposisi tadi," katanya.

Menurut Irsyad, dalam kondisi saat ini juga belum pantas membahas perihal bergabung atau tidaknya sebuah koalisi. Sebab perhitungan suara di Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum selesai. "Tentu diselesaikan dahulu perhitungan suara, baru bicara bergabung atau tidaknya. Kalau sekarang tidak etis," ucapnya.


PIlihan Editor: Begini Respons PDIP Ketika NasDem Sarankan Partai Banteng Jadi Oposisi

Berita terkait

Kaesang Pangarep: Tanggapan Jokowi Soal Pilkada 2024 hingga Respons PSI

48 menit lalu

Kaesang Pangarep: Tanggapan Jokowi Soal Pilkada 2024 hingga Respons PSI

Belakangan nama Kaesang Pangarep disoroti, karena Relawan Nasional Pro Prabowo-Gibran mendorong anak bungsu Jokowi itu maju Pilkada Kota Bekasi

Baca Selengkapnya

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

51 menit lalu

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

Anggota Majelis Nasional Korea Selatan Kim Gi-Hyeon menilai Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) adalah sosok revolusioner

Baca Selengkapnya

Freeport Indonesia, Kritik Pengamat Ekonomi UGM hingga Perpanjangan Kontrak

1 jam lalu

Freeport Indonesia, Kritik Pengamat Ekonomi UGM hingga Perpanjangan Kontrak

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengkritik perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Jokowi Berlakukan Kelas Standar BPJS Kesehatan, Muhammadiyah Tanggapi Bagi-bagi Izin Tambang Ala Bahlil

1 jam lalu

Terpopuler: Jokowi Berlakukan Kelas Standar BPJS Kesehatan, Muhammadiyah Tanggapi Bagi-bagi Izin Tambang Ala Bahlil

Terpopuler: Jokowi memberlakukan kelas standar untuk rawat inap pasien BPJS Kesehatan, Muhammadiyah tanggapi bagi-bagi izin tambang untuk Orman.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Sebut Duet Ahok-Anies Sebagai Dream Team, tapi Terganjal UU

10 jam lalu

Sandiaga Sebut Duet Ahok-Anies Sebagai Dream Team, tapi Terganjal UU

Ahok-Anies santer disebut bakal disandingkan dalam Pilgub DKI. Namun, duet keduanya bakal melanggar UU Pilkada.

Baca Selengkapnya

Jokowi Berlakukan Kelas Rawat Inap Standar BPJS Kesehatan, Rumah Sakit Diklaim Sudah Siap

10 jam lalu

Jokowi Berlakukan Kelas Rawat Inap Standar BPJS Kesehatan, Rumah Sakit Diklaim Sudah Siap

Presiden Jokowi menerapkan kelas standar untuk rawat inap pasien BPJS Kesehatan. Dirut BPJS Kesehatan klaim pihak rumah sakit sudah siap.

Baca Selengkapnya

Profil Nahdlatul Wathan, Organisasi Massa Islam Pertama Bangun Ekosistem di IKN

11 jam lalu

Profil Nahdlatul Wathan, Organisasi Massa Islam Pertama Bangun Ekosistem di IKN

Nahdlatul Wathan (NW) menjadi organisasi massa Islam pertama yang membangun ekosistem di Ibu Kota Nusantara (IKN). Begini profilnya?

Baca Selengkapnya

Jokowi Beri Sinyal Bansos Beras Dilanjutkan sampai Desember 2024

14 jam lalu

Jokowi Beri Sinyal Bansos Beras Dilanjutkan sampai Desember 2024

Dalam Pilpres 2024, pemberian bansos beras oleh Jokowi dikritik lawan politik hingga kelompok sipil sebagai upaya cawe-cawe.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Jadi Ujian Terakhir Presiden Jokowi, Memperbaiki atau Merusak?

14 jam lalu

Pansel KPK Jadi Ujian Terakhir Presiden Jokowi, Memperbaiki atau Merusak?

Sejumlah pihak menyatakan pembentukan Pansel KPK menjadi ujian terakhir bagi pemerintahan Presiden Jokowi. Pemberantasan korupsi semakin suram?

Baca Selengkapnya

Ahok-Anies Mustahil Bersama di Pilgub Jakarta 2024, Ini Aturannya

16 jam lalu

Ahok-Anies Mustahil Bersama di Pilgub Jakarta 2024, Ini Aturannya

Ini aturan yang menghambat duet Ahok-Anies di Pilgub Jakarta

Baca Selengkapnya