Hasto PDIP Minta Jokowi Respons Dugaan Kekerasan Aparat kepada Warga Gunung Kidul

Reporter

Adil Al Hasan

Editor

Devy Ernis

Jumat, 2 Februari 2024 06:41 WIB

Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Hasto Kristiyanto memberikan keterangan kepada media ketika mengunjungi Rumah Susun Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, pada Ahad, 14 Januari 2024. Dalam kunjungannya itu, Hasto juga membagikan telur kepada warga setempat. Tempo/ Adil Al Hasan

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Hasto Kristiyanto menyerukan agar Presiden Joko Widodo atau Jokowi bisa merespons atau menyatakan sikap atas dugaan kekerasan yang dilakukan aparat kepada masyarakat di Gunung Kidul saat Jokowi berkunjung ke sana.

Menurut dia, ketika rakyat memihak, mereka memiliki hak pilih yang dijamin negara, sedangkan seorang presiden sebagai kepala negara seharusnya tidak terang-terangan menunjukkan keberpihakan karena bisa memicu ketidakadilan dalam penyelenggaraan Pemilu 2024.

"Kalau presiden mau berpihak seperti itu ya buat apa dilaksanakan pemilu, buat apa bicara demokrasi kalau pada akhirnya menjadi demokrasi yang semu," ujar Hasto pada Kamis, 1 Januari 2024 dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Hasto, berbagai ketidakadilan itu terjadi lantaran sikap Presiden Joko Widodo yang terang-terangan menyebut dirinya dan menteri boleh berkampanye.

“Selain intimidasi aparat terhadap rakyat yang berbeda pilihan politik pemerintah bersikap tidak adil dalam pembagian bantuan sosial (Bansos) beras,” kata Hasto.

Advertising
Advertising

Dalam pembagian bansos beras yang terfokus di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Lampung, Hasto menilai sarat indikasi untuk kepentingan elektoral pada Pemilu 2024. Apalagi, kata Hasto, pembagian bansos itu dilakukan langsung oleh Jokowi, bukan Menteri Sosial Tri Rismaharini yang juga kader PDIP itu.

"Sepertinya Indonesia sekarang ini dikerdilkan, seolah-olah Indonesia ini hanya urusan Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, dan Lampung. Padahal Indonesia itu membentang dari Sabang sampai Merauke, yang seharusnya mendapat perhatian pemerintah," ujar Hasto.

Hasto menyampaikan, partainya juga mempertanyakan posisi Tri Rismaharini selaku mensos di kabinet yang dibentuk Jokowi terkait pembagian bansos beras. Menurut dia, yang mengetahui data orang miskin untuk dibagikan Bansos Beras dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah Kementerian Sosial (Kemensos).

Untuk itu, mekanisme pembagiannya seharusnya berada dalam koordinasi dengan Kemensos, meskipun penyalurannya bisa dilakukan oleh lembaga lain seperti Badan Pangan Nasional (BPN), Bulog, dan melibatkan aparat.

"Ketika Bu Risma tidak dilibatkan, maka patut dipertanyakan berdasarkan data apa pembagian bansos oleh presiden? Lagipula orang miskin itu bukan hanya di Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, dan Lampung. Kalau begitu, jelas bansos beras dipakai untuk kepentingan elektoral," ujar Hasto.

Dia juga menyatakan bansos beras dan BLT Pangan yang dibagikan pemerintah mendapat sorotan berbagai kalangan karena ternyata lebih besar dari dana penanganan Covid-10. Hasto Minta Sisa 13 Hari untuk Jokowi Tunjukkan Keteladanan

Menurut dia, sikap tidak netral Jokowi telah mendorong gerakan masyarakat untuk juga secara terang-terangan menunjukkan aspirasi politik mereka, antara lain seperti peristiwa di Gunung Kidul, DIY, ketika masyarakat membentangkan spanduk bertuliskan dukungan kepada calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, saat Jokowi melakukan kunjungan ke daerah tersebut.

"Mohon Presiden Jokowi bisa menunjukkan keteladanan, semoga berkenan menyatakan sikapnya agar aparat negara bisa bersikap netral," ungkap Hasto.

Pilihan Editor: Luhut Perintahkan Pilpres Satu Putaran, Ini Strategi yang Dilakukan Pandawa Lima

Berita terkait

Asal Mula Muncul Wacana Jokowi Jadi Penasihat Prabowo

23 menit lalu

Asal Mula Muncul Wacana Jokowi Jadi Penasihat Prabowo

Muncul wacana Jokowi menjadi penasihat Prabowo. Ini respons Jokowi dan asal mula munculnya wacana tersebut.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Hapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan YLKI Pertanyakan Alasannya, Bea Cukai Banyak Disorot Sri Mulyani Rapat Internal

23 menit lalu

Terkini: Jokowi Hapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan YLKI Pertanyakan Alasannya, Bea Cukai Banyak Disorot Sri Mulyani Rapat Internal

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI mempertanyakan alasan pemerintah menerapkan sistem Kelas Rawat Inap Standar dalam layanan BPJS Kesehatan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Harap RI jadi Anggota OECD: Supaya Mudah Akses Investasi

26 menit lalu

Jokowi Harap RI jadi Anggota OECD: Supaya Mudah Akses Investasi

Presiden Jokowi meyakini OECD akan memberikan manfaat yang konkret bagi Indonesia terutama supaya tidak terjebak dalam middle income trap

Baca Selengkapnya

Sistem Kelas Rawat Inap Standar BPJS, Berapa Bayar Iuran Bulanannya ?

30 menit lalu

Sistem Kelas Rawat Inap Standar BPJS, Berapa Bayar Iuran Bulanannya ?

Presiden Jokowi mengapus sistem kelas di BPJS Kesehatan, diganti dengan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang mulai berlaku Juni 2025.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ingin Turun Langsung ke Lokasi Banjir Lahar Dingin di Sumatera Barat

53 menit lalu

Jokowi Ingin Turun Langsung ke Lokasi Banjir Lahar Dingin di Sumatera Barat

Jokowi telah memerintahkan Kepala BNPB untuk segera mendatangi area yang terkena dampak untuk mengkoordinasikan upaya bantuan dan pemulihan.

Baca Selengkapnya

Jokowi akan Gelar Rapat Khusus Bereskan Segudang Masalah Bea Cukai

57 menit lalu

Jokowi akan Gelar Rapat Khusus Bereskan Segudang Masalah Bea Cukai

Bea Cukai saat ini tengah ramai disorot imbas beragam masalah penindakan barang impor.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Menkes Klarifikasi soal Hapus Sistem Kelas BPJS

1 jam lalu

Jokowi dan Menkes Klarifikasi soal Hapus Sistem Kelas BPJS

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengklarifikasi soal kebijakan penghapusan sistem kelas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Baca Selengkapnya

Respons Jokowi Soal Potensi Jadi Penasihat Prabowo

1 jam lalu

Respons Jokowi Soal Potensi Jadi Penasihat Prabowo

Belakangan ini muncul wacana Jokowi menjadi penasihat Prabowo yang dimungkinkan melalui pengaktifan kembali lembaga Dewan Pertimbangan Agung.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Bendungan Ameroro Senilai Rp 1,57 Triliun di Konawe Sultra

1 jam lalu

Jokowi Resmikan Bendungan Ameroro Senilai Rp 1,57 Triliun di Konawe Sultra

Presiden Jokowi mengharapkan pembangunan bendungan Ameroro dapat bermanfaat mencegah krisis air hingga mereduksi banjir.

Baca Selengkapnya

Jokowi Menghapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan, Dipertanyakan YLKI hingga Ditanggapi Direktur BPJS

2 jam lalu

Jokowi Menghapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan, Dipertanyakan YLKI hingga Ditanggapi Direktur BPJS

Jokowi akan menerapkan sistem Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) sebagai pengganti sistem kelas 1, 2, 3 BPJS

Baca Selengkapnya