Terbentuknya Jaringan Gusdurian, Merawat Perjuangan dan Pemikiran Gus Dur

Senin, 30 Oktober 2023 18:12 WIB

Ilustrasi Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid). (Foto Antara)

TEMPO.CO, Jakarta - Suara simpatisan Presiden RI Keempat Abdurahman Wahid atau Gus Dur yang disebut Jaringan Gusdurian dinilai punya bobot dalam memenangkan Pemilu. Tak ayal para kandidat kemudian berlomba untuk mendapatkan dukungan mereka, termasuk dalam Pilpres 2024.

Gusdurian merupakan kelompok beranggotakan individu, komunitas, atau lembaga yang sama-sama memiliki pemikiran untuk meneruskan perjuangan Gus Dur. Fokus gerakan ini adalah pada isu-isu tertentu. Di antaranya ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, kesatriaan, maupun kearifan tradisi.

Sejarah berdirinya Jaringan Gusdurian

Dinukil dari Majalah Tempo edisi awal Januari 2020, tak lama setelah Gus Dur berpulang pada 2009, para pengagum dan muridnya menyelenggarakan berbagai acara untuk mengenangnya. Putri-putri Gus Dur berbagi tugas mendatangi sejumlah kota. Alissa Wahid misalnya, bertandang ke Manado, Bandung, serta Jombang dan Malang. Alissa menangkap kegelisahan, terutama dari kelompok-kelompok minoritas. “Kalau kami ada apa-apa, kepada siapa kami mengadu,” demikian curhat yang didengar Alissa.

Sebuah pertanyaan lalu muncul di kepala Alissa. Bagaimana cara merawat warisan Gus Dur? Alissa berdiskusi dengan penulis buku biografi Gus Dur, Gregorius James Barton; aktivis Wahid Institute, Ahmad Suaedy; aktivis muda Nahdlatul Ulama, Savic Ali; serta sejumlah sahabat Gus Dur di Jawa Timur. Kesimpulan diskusi itu: nama besar Gus Dur adalah modal untuk merawat keindonesiaan. “Kami harus memperbanyak agen penggerak dan melanjutkan tradisi dialog,” kata Alissa.

Advertising
Advertising

Pada Februari 2010, terjadi peristiwa penyerangan jemaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Peristiwa itu kemudian menjadi pemantik organisasi yang mewadahi para pendukung Gus Dur. Menurut Savic Ali, para murid Gus Dur berkumpul di kantor Wahid Institute di Menteng, Jakarta Pusat, mendiskusikan persoalan tersebut. Acara kongko itu menjadi rutin digelar pada Jumat pertama saban bulan. Mereka mengatur strategi advokasi kelompok marginal dan minoritas. Diskusi ini berlanjut di kota-kota lain.

Namun Alissa masih gamang. Hatinya masih luka gara-gara kejatuhan Gus Dur dari kursi kepresidenan pada 2001. Sejak itu ia memilih menjauh dari hiruk-pikuk politik, menjadi psikolog dan mengelola lembaga pendidikan untuk anak usia dini bernama Fast Track di Yogyakarta serta menjalankan bisnis properti. Apalagi, keluarga Gus Dur harus membayar gaji karyawan di Ciganjur, yang bertambah banyak sejak Gus Dur menjadi presiden. “Kami bukan keluarga kaya yang memiliki mesin ekonomi,” ujarnya.

Di sisi lain, Alissa merasa bersalah jika “warisan” Gus Dur tentang merawat toleransi dan menghancurkan diskriminasi tak dilanjutkan. Akhirnya, Alissa memutuskan nyemplung total membesarkan gerakan ini. Setelah Jaringan Gusdurian mengkristal, para sahabat Gus Dur menggelar simposium pada November 2011 merumuskan nilai-nilai yang hendak diperjuangkan.

Savic menjelaskan, salah satu nilai yang dipegang Gus Dur adalah pembelaan kepada yang tertindas. Karenanya, Jaringan Gusdurian kerap berada di garis terdepan manakala kasus diskriminasi berbasis keagamaan meruak. Misalnya dalam kasus Syiah di Sampang dan persekusi terhadap kelompok Ahmadiyah. Alissa menuturkan, Gus Dur mungkin tak sepenuhnya sepakat dengan nilai keagamaan Ahmadiyah. “Tapi beliau akan membela hak kaum Ahmadiyah menjalankan keyakinannya,” kata Alissa.

Kini Jaringan Gusdurian telah terbentuk di lebih dari seratus kota. Aktivisnya juga masuk ke lembaga formal negara. Setelah Jaringan Gusdurian terbentuk, hidup Alissa pun berubah. Dari awalnya menutup hidup rapat-rapat, kini Alissa rajin berkeliling Indonesia untuk menemui beragam kelompok dan mendengarkan keluh-kesah mereka. “Barangkali dengan cara ini saya bisa meneruskan perjuangan Gus Dur,” kata Alissa.

HENDRIK KHOIRUL MUHID | FRANCISCA CHRISTY ROSANA | MAJALAH TEMPO

Pilihan Editor: Yenny Wahid dan Suaminya, Dhogir Farisi Beda Pilihan Capres-Cawapres di Pilpres 2024

Berita terkait

PPP Sebut Achmad Baidowi Cocok Dampingi Khofifah di Pilgub Jawa Timur, Ini Profilnya

2 hari lalu

PPP Sebut Achmad Baidowi Cocok Dampingi Khofifah di Pilgub Jawa Timur, Ini Profilnya

PPP sodorkan Achmad Baidow mendampingi Khofifah Indar Parawansa yang maju untuk periode kedua Pilgub Jawa Timur. Begini sosoknya?

Baca Selengkapnya

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

5 hari lalu

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

Ahli politik dan pemerintahan dari UGM, Abdul Gaffar Karim mengungkapkan sidang sengketa pilpres di MK membantu meredam suhu pemilu.

Baca Selengkapnya

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

7 hari lalu

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

Hakim MK Arief Hidayat menegur komisioner KPU yang tak hadir dalam sidang PHPU Pileg Panel III. Arief menilai KPU tak menganggap serius sidang itu.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

8 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

Istilah KKB Jadi OPM, Alissa Wahid: Pemerintah Jakarta Gunakan Pendekatan Nasionalis Sempit

10 hari lalu

Istilah KKB Jadi OPM, Alissa Wahid: Pemerintah Jakarta Gunakan Pendekatan Nasionalis Sempit

Alissa Wahid menduga TNI kembali menyebut OPM itu karena sudah kewalahan mengatasi kelompok pro-kemerdekaan Papua.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

10 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

10 hari lalu

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

13 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

13 hari lalu

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Junimart Girsang mengatakan, badan Adhoc Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), harus diseleksi lebih ketat dan terbuka untuk menghindari politik transaksional.

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

13 hari lalu

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

Pakar Hukum Universitas Andalas atau Unand memberikan tanggapan soal putusan MK dan dissenting opinion.

Baca Selengkapnya