Kesaksian Tim Evakuasi 7 Jenazah Pahlawan Revolusi Korban G30S, Prajurit Sampai Pingsan

Rabu, 4 Oktober 2023 13:01 WIB

Pembantu Letnan Dua Marinir (Purnawirawan) Sugimin, salah seorang pengambil jenazah tujuh pahlawan revolusi di sumur Lubang Buaya, 4 Oktober 1965. TEMPO/Kukuh S.W.

TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa G30S sudah memasuki tahun ke-58. Namun, cerita-ceritanya masih segar di ingatan bangsa Indonesia. Dalam peristiwa berdarah itu, tujuh orang perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) gugur menjadi korban.

Butuh waktu tiga hari untuk menemukan jasad mereka. Pada 4 Oktober 1965, jenazah tujuh perwira TNI AD diangkat dari sumur Lubang Buaya.

Uniknya, proses pengangkatan jenazah tidak dilakukan oleh pasukan TNI AD, melainkan oleh Korps Komando Operasi (KKO) Angkatan Laut. KKO sekarang berubah nama menjadi Korps Marinir.

Pasukan KKO yang ditugaskan untuk mengangkat jenazah perwira TNI AD, yaitu Winarto, M. Sutarto, Sumarno (dokter gigi), Kho Tjioe Liong (dokter tentara), Saparimin, J. Kandouw, A. Sudardjo, Hartono, Samuri, I. Subekti, Baharudin dan Sugimin. Mereka dibawa dengan tiga mobil militer, tiga mobil tersebut sudah termasuk untuk mengangkut peralatan.

Sugimin (tiga dari kanan) saat menarik jenazah enam jenderal dan satu perwira dari sumur Lubang Buaya, 4 Oktober 1965. (Istimewa)

Advertising
Advertising

Dilansir dari tnial.mil.id, sebelum peristiwa 30 September 1965, Pelda KKO (purn) J. Venkandou dan Pelda KKO (purn) Sugimin sudah berada di Ancol, Jakarta Utara. Mereka sedang mempersiapkan acara Hari Ulang Tahun (HUT) TNI yang rencananya akan disaksikan langsung oleh Presiden Sukarno. “Sebelum peristiwa 30 September, kami sedang mempersiapkan Pantai Ancol untuk show of force acara HUT TNI. Kami sudah persiapkan sejak bulan Juli,” ujar Venkandou.

Pada 30 September 1965 malam, Venkandou sudah merasakan situasi yang tak lazim. Pada malam itu, ia melihat banyak sekali tentara yang seperti akan melakukan operasi. “Situasi di daerah Tanjung Priok, banyak tentara seperti mau ada operasi, seperti mau ada perang,” katanya.

Keesokan harinya, 1 Oktober 1965, Venkandou mendengar siaran radio Radio Republik Indonesia (RRI) yang sudah dikuasai oleh Letkol Untung, pimpinan pasukan Cakrabirawa yang menculik tujuh perwira TNI AD. Ketika itu, Letkol Untung mengumumkan lewat RRI bahwa ia adalah ketua dewan revolusi. “Kalau ada yang mau ikut langsung akan dinaikkan pangkat dan tingkat,” ujar Venkandou. Saat itu, Venkandou dan rekan-rekan belum mengetahui maksud dari siaran radio tersebut.

Sejurus setelah itu, peringatan HUT TNI dibatalkan. Pada 3 Oktober 1965 jam 10 malam, Vekandou dan Sugimin beserta rekan-rekan KKO didatangi Kapten Sukendar. Kedatangan Kapten Sukendar adalah untuk meminta bantuan mengangkat jenazah para perwira TNI AD yang terkubur di sumur Lubang Buaya. Sebelum menemui mereka, Kapten Sukendar sempat memastikan lokasi jenazah para perwira TNI AD kepada Mayor Jenderal Soeharto.

Selanjutnya: Kisah tim evakuasi pengangkatan 7 jenazah Perwira TNI AD dari sumur Lubang Buaya

<!--more-->

Akhirnya, pada dinihari sekitar pukul 01.30, tim evakuasi yang terdiri dari 12 orang tersebut diberangkatkan ke Lubang Buaya. Sugimin mengungkapkan mereka malah menuju ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma karena belum tahu lokasi persisnya. Tujuan mereka ke sana adalah untuk bertanya kepada perwira yang berjaga. Namun, ia juga tidak tahu. “Akhirnya, kami bertemu seorang polisi di sekitar Halim, dialah yang menunjukkan jalan ke Lubang Buaya,” terang Sugimin.

Setelah menempuh jarak kurang lebih 3 kilometer dari Halim, tim evakuasi tiba di Lubang Buaya. Namun, lokasi ternyata sudah dijaga ketat oleh pasukan Resumen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). “Kami dilarang masuk oleh pasukan baret merah, harus menunggu Mayor Jenderal Soeharto masuk lebih dulu,” ujar Sugimin.

Tim evakuasi tertahan di akses jalan menuju sumur Lubang Buaya sampai pagi menuju siang. Barulah sekitar pukul 11.00, rombongan Mayor Jenderal Soeharto datang. Setelah itu, tim evakuasi dipersilakan masuk. Sesampainya di sana, tim evakuasi langsung bekerja. Pada awalnya, terdapat kendala teknis karena sumur cukup dalam dan diameter sangat sempit. Bahkan, beberapa prajurit pingsan karena terpapar gas beracun dari dalam sumur Lubang Buaya.

Dari situ, dilakukanlah proses orientasi untuk mengetahui metode yang tepat untuk mengangkat seluruh jenazah. Terdapat tiga opsi pengangkatan. Pertama, mengangkat langsung. Kedua, memperlebar sumur. Ketiga, menggunakan tali. Atas keputusan Kho Tjioe Liang dan Kapten Sumarno, akhirnya dipilihlah opsi ketiga.

Proses evakuasi memakan waktu 4 jam, dari pukul 11.00 hingga sekitar 15.00. Ketujuh Jenazah perwira TNI AD korban G30S dimakamkan pada 5 Oktober 1965 di Taman Makam Pahlawan.


ANANDA RIDHO SULISTYA | KUKUH S. WIBOWO | M. RIZQI AKBAR

Pilihan Editor: G30S: 58 Tahun Lalu, Begini Proses Evakuasi 7 Jasad Pahlawan Revolusi dari Sumur Lubang Buaya

Berita terkait

Sosok Dian Andriani Anggota Korps Wanita TNI AD Pertama Berpangkat Mayjen

2 jam lalu

Sosok Dian Andriani Anggota Korps Wanita TNI AD Pertama Berpangkat Mayjen

Dian Andriani merupakan perempuan pertama yang mencapai pangkat Mayjen TNI AD di Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad).

Baca Selengkapnya

Satgas Yonif 509 Kostrad Lakukan Koteka Barbershop di Wilayah Intan Jaya Papua, Apa Tugas dan Fungsi Utama Kostrad?

1 hari lalu

Satgas Yonif 509 Kostrad Lakukan Koteka Barbershop di Wilayah Intan Jaya Papua, Apa Tugas dan Fungsi Utama Kostrad?

Calon suami Ayu Ting Ting dan Satgas Yonif 509 Kostrad melakukan program Koteka Barbershop. Apa tugas dan fungsi utama Kostrad?

Baca Selengkapnya

Catatan Jual-Beli Amunisi Anggota TNI-Polri dan KKB di Papua

2 hari lalu

Catatan Jual-Beli Amunisi Anggota TNI-Polri dan KKB di Papua

Kepala Operasi Damai Cartenz, Kombes Faizal Ramadhani akui ada anggota TNI-Polri jual amunisi ke KKB. Berikut beberapa kasusnya.

Baca Selengkapnya

Berakhirnya Kerusuhan Mei 1998, Lengsernya Soeharto Lahirnya Reformasi

2 hari lalu

Berakhirnya Kerusuhan Mei 1998, Lengsernya Soeharto Lahirnya Reformasi

Pada Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dari kursi kepresidenan, menjadi tanda mulainya era reformasi.

Baca Selengkapnya

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

3 hari lalu

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL memulai latihan militer bersama bernama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2024

Baca Selengkapnya

Menolak Lupa Tragedi Trisakti 1998, Mereka Tewas Ditembak di Dalam Kampus

3 hari lalu

Menolak Lupa Tragedi Trisakti 1998, Mereka Tewas Ditembak di Dalam Kampus

Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 merupakan peristiwa berdarah menjelang reformasi. Empat mahasiswa Trisakti tewas ditembak di dalam kampus.

Baca Selengkapnya

TNI AL Terjunkan Anggota Bantu Evakuasi Korban Banjir Bandang di Sumatera Barat

4 hari lalu

TNI AL Terjunkan Anggota Bantu Evakuasi Korban Banjir Bandang di Sumatera Barat

TNI AL membantu pencarian dan penyelamatan korban bencana banjir bandang lahar dingin di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Baca Selengkapnya

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

5 hari lalu

15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

15 tokoh Sumbar dinobatkan sebagai pahlawan nasional, antara lain Proklamator Mohamad Hatta, Imam Bonjol, Rohana Kudus, Rasuna Said, hingga AK Gani.

Baca Selengkapnya

Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

5 hari lalu

Napak Tilas Reformasi 1998: Aksi Mahasiswa UI Tolak Pidato Presiden, Tragedi Trisakti, sampai Soeharto Lengser

Aksi mahasiswa UI menolak pidato pertanggung jawaban Presiden Soeharto. Berikut berbagai peristiwa mengiringi Reformasi 1998.

Baca Selengkapnya

Hari-hari Usai 12 Mei 1998, Tragedi Trisakti yang Berujung Reformasi

5 hari lalu

Hari-hari Usai 12 Mei 1998, Tragedi Trisakti yang Berujung Reformasi

Lahirnya reformasi 21 Mei 1998 tidak terlepas dari serangkaian peristiwa yang terjadi sebelumnya yang diwarnai darah tumpah termasuk Tragedi Trisakti.

Baca Selengkapnya