Ratusan Hektare Sawah di Kabupaten Lumajang Kekeringan, Ini Saran Khofifah Indar Parawansa
Reporter
David Priyasidarta (Kontributor)
Editor
Febriyan
Rabu, 20 September 2023 19:04 WIB
TEMPO.CO, Lumajang - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta gabungan kelompok tani di Kabupaten Lumajang untuk studi banding di wilayah Mataraman untuk mencari referensi dalam menangani persoalan kekeringan lahan pertanian. Hal itu diungkapkan Khofifah di sela meresmikan Jembatan Mujur II Desa Kloposawit Kecamatan Candipuro, Rabu siang, 20 September 2023.
"Kekeringan yang terjadi di banyak kampung desa dan persawahan beda treatment-nya (penanganannya). Kami sebetulnya sudah membuat pembangunan pengeboran sumur hidrolis cukup banyak. Dari alat yang ada terus muter," kata Khofifah menjawab pertanyaan TEMPO.
Jawa Timur masih surplus beras
Ia juga mengatakan dalam menangani tanah persawahan, pemerintah memang harus mengantisipasi betul kekeringan karena El Nino ini. Dia pun berharap produksi padi di kawasan Jawa Timur tetap produktif.
"Sebenarnya year on year kita surplus 9,23 persen per September," ujarnya.
Khofifah Indar Parawansa mengatakan saat ini banyak petani di berbagai daerah menggunakan sumur pompa untuk mengairi sawahnya. DIa menyatakan hal itu sudah banyak dilakukan di daerah Mataraman seperti Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Magetan..
"Mereka menggunakan sumur pompa, sekarang Jombang sudah cukup masif," kata Khofifah.
Karena itu, dia menyarankan agar gabungan kelompok tani (Gapoktan) di Kabupaten Lumajang melakukan studi banding ke wilayah yang telah dia sebutkan itu. Studi banding itu, menurut dia, bertujuan agar para petani di Lumajang memiliki referensi bagaimana tetap bisa mengairi sawah mereka di saat musim kemarau kering dan cenderung panjang ini.
Ratusan hektare sawah di Lumajang alami kekeringan
Seperti diberitakan, di Kabupaten Lumajang sendiri terutama di Desa Boreng, Blukon dan Kelurahan Rogotrunan, lebih 350 hektare sawah mengalami kekeringan. Hal ini mengakibatkan sebagian besar lahan persawahan di sana tidak ditanami padi.
Kesulitan air ini sebenarnya sudah berlangsung sejak tiga tahun terakhir, Khususnya setelah Bendungan Gambiran ambrol dihantam air bah lahar hujan. Sayangnya upaya penanganan yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan petani. Dari pembuatan rumah pompa, perpipaan hingga bronjong batu itu tak kunjung membuat 350 hektare sawah di tiga desa dan kelurahan itu terairi.
Bencana kekeringan memang tengah melanda Indonesia sejak beberapa bulan lalu. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kekeringan tersebut tak lepas dari fenomena alam El Nino. BMKG pun memprediksi Indonesia baru akan mengalami musim hujan pada November mendatang.
Kabupaten Lumajang memang tidak dikenal sebagai salah satu daerah penghasil beras terbesar di Jawa Timur. Meskipun demikian, Bupati Lumajang, Thoriqul Haq pada Februari lalu menyatakan daerahnya memiliki surplus beras mencapai 4.400 ton.