Buru Fredy Pratama si Escobar Indonesia, Bareskrim Perluas Operasi Hingga ke Thailand
Reporter
Eka Yudha Saputra
Editor
Febriyan
Jumat, 15 September 2023 08:27 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri memperluas operasi perburuan bos narkoba Fredy Pratama yang dianggap sebagai Escobar Indonesia hingga ke Thailand. Sebelumnya, Bareskrim, sempat menangkap ratusan kaki tangan Fredy di Indonesia.
Wakil Direktur Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Komisaris Besar Jayadi mengatakan pihaknya terus bekerja sama dengan kepolisian luar negeri melalui Interpol untuk mencari Fredy. Saat ini, mereka menduga Fredy berada di Thailand.
“Prioritas pertama Thailand, berikutnya negara-negara tetangga. Dugaan sementara di sekitar Thailand. Tetapi juga kita tidak fokus wilayah itu, negara lain juga akan terus komunikasi,” kata Jayadi saat dihubungi pada Kamis, 14 September 2023.
Ratusan anak buah Fredy sudah ditangkap
Bareskrim Polri membongkar operasi jaringan narkoba yang dikendalikan oleh seseorang bernama Fredy Pratama alias Miming alias Cassanova. Kepala Bareskrim Polri, Komisaris Jenderal Polisi Wahyu Widada, menyatakan mereka telah membentuk tim khusus untuk mengungkap jaringan tersebut sejak 2020 lalu.
Wahyu menyatakan bahwa Polri telah memburu jaringan ini sejak 2020-2023. Total ada 408 laporan polisi yang diungkap dengan jumlah tersangka sebanyak 884 orang. Sedangkan 39 tersangka yang ditangkap dalam operasi Escobar Indonesia dimulai dari periode Mei 2023.
Atas perbuatannya, semua tersangka dijerat Undang-undang Tahun 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dan Undang-UNdang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
Jaringan Fredy Pratama disebut penyalur narkoba terbesar di Indonesia
Wahyu menyatakan bahwa Fredy Pratama termasuk dalam salah satu sindikat penyalur narkoba terbesar di Indonesia, berdasarkan barang bukti yang disita, yaitu sebanyak 10,2 ton sabu dari tahun 2020-2023. Menurut Wahyu, hal ini juga sejalan dengan temuan analisis Direktorat Tindak Pidana Narkoba menunjukkan bahwa sebagian besar narkoba di Indonesia terkait dengan jaringan Fredy Pratama.
Ia menyatakan sindikat Fredy dapat menyelundupkan sabu dan ekstasi ke Indonesia setiap bulan dalam jumlah mulai dari 100-500 kilogram, menggunakan modus operandi menyamarkannya dalam kemasan teh.
Wahyu mengatakan bahwa tim khusus untuk memburu Fredy tersebut tidak hanya terdiri dari penyidik Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim, tetapi juga dari petugas polisi dari berbagai wilayah di mana Fredy memiliki jaringan, seperti Polda Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Polda Metro Jaya, Lampung, dan Bali.
Selain itu, Wahyu mengatakan bahwa polisi juga bekerja sama dengan Kepolisian Kerajaan Thailand, Kepolisian Kerajaan Malaysia, dan didukung pula polisi khusus narkoba Amerika Serikat, DEA.
Selanjutnya, jaringan Fredy bergerak sangat rapi dan memiliki pembagian tugas
<!--more-->
Wahyu menyebut cara kerja sindikat kasus narkoba jaringan internasional Fredy Pratama sangat rapi, terstruktur, dan terorganisir. Ia menyatakan bahwa setiap anggota sindikat memiliki tugasnya masing-masing. Misalnya, beberapa orang ditugaskan untuk membuat identitas palsu dan yang lain hanya mengambil uang.
Di samping itu cara kerja sindikat lainnya juga sulit dilacak, yaitu menggunakan aplikasi komunikasi yang tidak biasa digunakan oleh masyarakat umum. Menurut Wahyu, aplikasi seperti Wire dan Blackberry Messenger (BBM) adalah contoh aplikasi yang digunakan oleh sindikat Fredy Pratama yang sangat terorganisir dan terstruktur.
Fredy sudah jadi buronan nyaris 1 dekade
Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Polisi Mukti Juharsa, mengatakan Fredy merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berasal dari Kalimantan Selatan. Dia menyatakan bahwa Fredy sudah beroperasi selama sekitar satu dekade terakhir. Bareskrim bahkan telah menetapkan Fredy sebagai buronan sejak 2014.
Dia menduga Fredy telah melakukan operasi plastik untuk menghindar dari buruan polisi. Selain itu, Fredy juga diduga memiliki banyak dokumen identitas palsu untuk mengelabui petugas.
"Ya ada kemungkinan dia mengubah wajahnya. Ya mau operasi plastik, kami tidak tahu, dia mengubah identitasnya," kata Mukti. "Jadi, 39 orang ini lengkap perannya. Tinggal tangkap dedengkotnya aja, Fredy Pratama."
Fredy Pratama mendapatkan julukan Escobar Indonesia tak lain karena sepak terjangnya sebagai bandar narkoba besar dan juga jaringannya yang rapi. Escobar sendiri mengacu pada gembong narkoba asal Kolombia, Pablo Escobar. Dia adalah Kartel Medellin yang beroperasi pada era 1980 hingga 1990-an di Amerika Selatan. Escobar disebut sebagai otak dari penyelundupan dan perdagangan kokain terbesar di Amerika Serikat.
EKA YUDHA SAPUTRA | GUSTI AYU PUTU PUSPASARI | FEBRIYAN