PKS Sebut Pilpres 2024 Rawan Polarisasi Politik Jika Hanya 2 Paslon, Apa itu Polarisasi?

Kamis, 14 September 2023 18:25 WIB

Elektabilitas Ganjar Pranowo Saingi Anies dan Prabowo

TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini merebak wacana kontestasi Pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan calon atau Paslon. Partai Keadilan Sejahtera atau PKS beranggapan wacana tersebut berbahaya. Sekjen PKS Aboe Bakar Al-Habsyi mengatakan Pilpres dengan hanya dua Paslon alias head to head dapat menimbulkan polarisasi politik.

“Jangan dua, tiga aja sudahlah. Supaya tidak terjadi polarisasi yang tajam dan keras, dan panas. Kita telah belajar dari Pemilu 2019, dan menurut saya tidak boleh terulang kembali di 2024,” kata Aboe Bakar dalam Forum Diskusi Pemilu yang disiarkan melalui kanal YouTube Kemenko Polhukam RI, Rabu, 13 September 2023

Apa itu polarisasi politik di Pemilu 2019?

Dinukil dari publikasi Opini Publik dalam Polarisasi Politik di Media Sosial, polarisasi politik terjadi ketika masyarakat terbelah dalam preferensi politik yang berbeda. Perbedaan pilihan adalah hal yang wajar. Tetapi dalam konteks polarisasi politik, preferensi ini diikuti dengan anggapan perasaan yang paling benar. Di sisi lain, mereka juga beranggapan bahwa kelompok yang berseberangan memiliki paham yang salah.

Salah satu penyebab terjadinya polarisasi politik adalah suburnya politik identitas. Yaitu politik yang merangkul suatu identitas sebagai bagian dari ideologi politik atau partai. Orang-orang yang merasa memiliki identitas yang sama kemudian melabuhkan preferensi politiknya kepada partai tersebut. Ideologi yang dibawa dari identitas ini bisa berdampak negatif apabila dibarengi dengan sikap fanatik.

Fanatisme identik dengan sikap intoleransi. Mereka yang merasa paling benar beranggapan bahwa preferensi politik yang tak sepaham merupakan sesuatu yang menyimpang. Fenomena ini muncul pada Pilpres 2019 dengan kontestan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto- Sandiaga Uno.

Menukil studi Introduction: The 2018 and 2019 Indonesian Elections–Identity Politics and Regional Perspectives dalam jurnal The 2018 and 2019 Indonesian Elections, Pemilu 2019 merupakan potret kemunduran demokrasi Indonesia.

Advertising
Advertising

Politik identitas dijadikan strategi yang masif oleh kontestan politik merebut suara pemilih. Kondisi ini menciptakan polarisasi politik yang tajam. Efeknya bahkan masih berdampak hingga sekarang.

Dikutip dari publikasi Mengelola Polarisasi Politik dalam Sirkulasi Kekuasaan di Indonesia, perpecahan ini gara-gara yang satu menggandeng kelompok nasionalis, yang lain mengumpulkan kelompok Islam.

Politik identitas ini menimbulkan dua kelompok pendukung yang fanatik. Masih ingat istilah “cebong” dan “kampret”? Istilah cebong ditujukan kepada pendukung Jokowi. Sedangkan julukan kampret merujuk kepada pendukung Prabowo Subianto. Penamaan untuk dua kelompok ini merupakan bukti nyata polarisasi politik Pilpres 2019. Beberapa tahun paska-Pilpres, julukan ini masih muncul saat terjadi peristiwa politik yang sentimental.

Pilpres 2024 menjadi pekerjaan rumah atau PR bagi masyarakat Indonesia. Tak hanya kepada kontestan politik, tapi juga rakyat pemilih. Belakangan narasi anti polarisasi politik terus digaungkan. Salah satu solusinya adalah menghadirkan lebih dari dua pasangan calon. Hal ini diungkapkan oleh Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin. Baginya itu bisa mencegah perselisihan yang sangat tajam.

“Mestinya jangan dua pasangan calon dibentuk. Dibangunlah tiga sampai empat poros agar ada pemecah gelombang,” kata Ujang saat dihubungi, Rabu, 29 Juni 2023 ihwal Pilpres 2024.

HENDRIK KHOIRUL MUHID | MUHAMMAD SYAIFULLOH | M. FAIZ ZAKI
Pilihan editor: Sikap Menghadapi Pilpres 2024, PKS akan Gelar Musyawarah Majelis Syuro Pekan Ini

Berita terkait

Ketua DPRD Jakarta Sebut Sekolah Swasta Bakal Gratis, Dibiayai APBD

2 hari lalu

Ketua DPRD Jakarta Sebut Sekolah Swasta Bakal Gratis, Dibiayai APBD

Ketua DPRD Jakarta Khoirudin memastikan sekolah swasta akan gratis. Dewan sudah melakukan kajian dengan Dinas Pendidikan DKI.

Baca Selengkapnya

Dilantik Jadi Ketua DPRD Jakarta, Khoirudin Sebut Takdir Sang Pencipta

2 hari lalu

Dilantik Jadi Ketua DPRD Jakarta, Khoirudin Sebut Takdir Sang Pencipta

Khoirudin mengatakan, penunjukan dirinya sebagai pimpinan DPRD Jakarta sudah ditakdirkan oleh sang pencipta.

Baca Selengkapnya

Panas Dingin Hubungan Megawati dan Prabowo: Pernah Berpasangan di Pilpres, Perjanjian Batu Tulis, Jokowi di Antara Mereka

2 hari lalu

Panas Dingin Hubungan Megawati dan Prabowo: Pernah Berpasangan di Pilpres, Perjanjian Batu Tulis, Jokowi di Antara Mereka

Rencana pertemuan Megawati dan Prabowo menjadi peristiwa politik yang ditunggu belangan ini, Hubungan keduanya naik-turun selama ini.

Baca Selengkapnya

5 Pimpinan DPRD Jakarta Dilantik, Khoirudin PKS Jadi Ketua

2 hari lalu

5 Pimpinan DPRD Jakarta Dilantik, Khoirudin PKS Jadi Ketua

DPRD Jakarta menggelar rapat paripurna pengucapan sumpah dan janji pimpinan DPRD Jakarta periode 2024-2029. Khoirudin dari PKS pimpin DPRD Jakarta.

Baca Selengkapnya

Ribka Tjiptaning Laporkan Desy Ratnasari ke DKPP, Heddy Lugito Bilang Begini

2 hari lalu

Ribka Tjiptaning Laporkan Desy Ratnasari ke DKPP, Heddy Lugito Bilang Begini

Ribka Tjiptaning dan Desy Ratnasari sama-sama bertarung di Dapil Jawa Barat IV yang meliputi Kabupaten dan Kota Sukabumi.

Baca Selengkapnya

KPU DKI Larang Gunakan Istilah Tak Familier Saat Debat Pilkada Jakarta, Ingat Gibran Pernah Lontarkan SGIE dan Greenflation?

2 hari lalu

KPU DKI Larang Gunakan Istilah Tak Familier Saat Debat Pilkada Jakarta, Ingat Gibran Pernah Lontarkan SGIE dan Greenflation?

KPU DKI larang paslon gunakan istilah kurang familier dalam debat Pilkada. Ingat Gibran saat debat capres-cawapres kerap gunakan istilah asing?

Baca Selengkapnya

Kasus Pencabulan Anak di Singkawang, Kuasa Hukum Herman Mengaku Belum Terima Surat Pemecatan dari DPP PKS

3 hari lalu

Kasus Pencabulan Anak di Singkawang, Kuasa Hukum Herman Mengaku Belum Terima Surat Pemecatan dari DPP PKS

Politikus PKS yang juga anggota DPRD H. Herman menjadi tersangka pencabulan anak di Singkawang. DPP telah menyampaikan surat pemecatan.

Baca Selengkapnya

Peneliti Politik TII Kritik Program Magrib Mengaji Ridwan Kamil-Suswono: Tidak Inklusif

3 hari lalu

Peneliti Politik TII Kritik Program Magrib Mengaji Ridwan Kamil-Suswono: Tidak Inklusif

Peneliti Bidang Politik di The Indonesia Institute, Felia Primaresti, mengomentari program Magrib Mengaji yang diusulkan oleh pasangan nomor urut 1 di Pilkada Jakarta, Ridwan Kamil-Suswono.

Baca Selengkapnya

Elektabilitas Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan Tembus 70 Persen, Ahmad Syaikhu Yakin Menang

3 hari lalu

Elektabilitas Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan Tembus 70 Persen, Ahmad Syaikhu Yakin Menang

Ahmad Syaikhu mengatakan masih ada waktu dua bulan untuk mengejar Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan.

Baca Selengkapnya

Relawan Anies Anggap Gerakan Coblos Tiga Paslon di Pilkada Jakarta Hak Politik Masing-masing

3 hari lalu

Relawan Anies Anggap Gerakan Coblos Tiga Paslon di Pilkada Jakarta Hak Politik Masing-masing

Menurut La Ode, gerakan untuk memilih seluruh pasangan calon tidak memiliki dampak apa pun terhadap Pilkada Jakarta.

Baca Selengkapnya