Perjalanan Wamenkominfo Nezar Patria sebagai Aktivis Antikediktatoran dan Jurnalis
Reporter
Tempo.co
Editor
Kukuh S. Wibowo
Senin, 17 Juli 2023 17:42 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo melantik Nezar Patria sebagai Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika di Istana Negara, Senin, 17 Juli 2023. Pria kelahiran 5 Oktober 1970 itu dikenal sebagai aktivis gerakan reformasi 1998, aktivis kebebasan pers dan cukup lama malang melintang sebagai jurnalis. Dalam kesehariannya Nezar terkesan pendiam dan serius. Namun sesungguhnya dia juga punya selera humor yang baik.
Putra tokoh pers Aceh Sjamsul Kahar pemilik surat kabar Serambi Indonesia itu meraih gelar sarjana filsafat dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada 1997 dan Magister Sejarah Hubungan Internasional London School Economic Universitas London. Namanya mulai dikenal setelah menjadi Sekretaris Jenderal Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) dan salah seorang korban penculikan Tim Mawar Kopassus.
Dalam testimoninya di Majalah Tempo edisi Senin 4 Februari 2008, dan dituangkan dalam artikel bejudul Di Kuil Penyiksaan Orde Baru, Nezar antara lain mengisahkan penangkapan yang dialami pada 13 Maret 1998 di rumah susun Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur. Nezar heran aparat menemukan jejaknya karena baru 10 hari ia tinggal di tempat tersebut bersama Aan Rusdianto, Petrus Bima Anugerah dan Mugiyanto.
Nezar selanjutnya dinaikkan mobil, matanya ditutup kain hitam. Kepalanya diselubungi seibo. Selama perjalanan seisi mobil bungkam. Lagu house music diputar berdebam-debam. Sejam kemudian mobil berhenti. Nezar dan kawan-kawan diturunkan lalu digiring ke dalam ruangan. Suhu rendah penyejuk ruangan terasa dingin menusuk tulang.
Di situlah Nezar diintimidasi, disiksa dengan pukulan dan tendangan bertubi-tubi. Ia juga distrum pada bagian paha dan dada. Dua hari tiga malam ia disekap di tempat tersebut. Penculik menanyakan keberadaan Ketua Umum SMID Andi Arief.
Terdengar suara Aan meraung-raung. Nezar Patria menilai tempat itu kuil penyiksaan sejati, tempat ritus kekerasan berlaku tiap menit. Alarm dibunyikan tiap kali, bersama tongkat listrik yang suara setrumannya seperti lecutan cambuk. Nezar juga mendengar jeritan Mugiyanto. Rupanya, dia “dijemput” sejam setelah mereka ditangkap. Hatinya berdebar mendengar dia dihajar bertubi-tubi. Sekali lagi, mereka ingin tahu apa betul kami terlibat konspirasi rencana penggulingan Soeharto.
Menurut Nezar penculik menempelkan pistol terkokang di pelipisnya. “Sudah siap mati?” bisik si penculik. Nezar memperkirakan matahari di luar gedung sudah terbenam. “Sana berdoa!” ucap penculik itu. Nezar merasa ajalnya sudah dekat. Ia pasrah dan hanya berdoa agar jalan akhir kematiannya tidak menyakitkan.
Tapi eksekusi itu batal. Hanya ada ancaman bahwa para penculik akan memantau mereka di mana pun berada. Akhirnya Nezar dibawa ke suatu tempat. Terjadi serah terima antara penculik dengan instansi lain. Belakangan Nezar tahu ia diserahkan ke Polda Metro Jaya. Di markas polisi itu ia bertiga dimasukkan sel isolasi. Satu sel untuk tiap orang dengan lampu lima belas watt, tanpa matahari dan senam pagi.
Hari pertama di sel, trauma itu begitu membekas. Nezar takut melihat pintu angin di sel itu. Ia cemas,kalau si penculik masih berada di luar, dan bisa menembak dari lubang angin itu. Ternyata semua kawannya merasakan hal sama.
Sepekan kemudian, Andi Arief diculik di Lampung. Setelah disekap di tempat “X”, dia terdampar juga di Polda Metro Jaya. Peritiwa itu menjadi mimpi buruk bagi Nezar dan rekan-rekannya, terutama mengenang sejumlah kawannya yang hilang dan tak pernah pulang. Mereka adalah Herman Hendrawan, Bima Petrus, Suyat, dan Wiji Thukul.
Lengsernya Soeharto membuka jalan Nezar Patria memulai karirnya di dunia pers. Ia menjadi wartawan Majalah Tempo pada 1999-2008. Setelah keluar dari Tempo, bersama beberapa kawannya Nezar mendirikan situs berita Vivanews.com pada 2008-2014 sekaligus menjabat redaktur pelaksana. Pada 2014-2016 Nezar beralih sebagai wakil pemimpin redaksi CNN Indonesia digital.
Karir Nezar terakhir di dunia jurnalistik saat ia menjadi Pemimpin Redaksi The Jakarta Post pada 2015 sebelum ditunjuk pemerintah menjadi Direktur Kelembagaan PT Pos Indonesia lima tahun berikutnya. Selanjutnya ia memegang jabatan sebagai Komisaris Utama PT Dapensi Trio Usaha (31 November 2021 – 13 Juni 2022), Komisaris Independen PT Pegadaian (25 April 2022 – sekarang) dan Staf Khusus Bidang Komunikasi Menteri BUMN (7 Juni 2022 – 17 Juli 2023).
Sebagai aktivis kebebasan pers, Nezar menjadi anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan terpilih sebagai ketua umum organisasi tersebut pada 2008-2011. Di bawan Nezar AJI makin berkembang dan solid. Ia saat ini juga aktif sebagai Anggota Dewan Etik Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI). Nezar tercapat juga kerap kali mempublikasikan artikel ilmiahnya.
Nezar ditetapkan sebagai anggota Dewan Pers periode Maret 2016-Juni 2019. Penetapan itu penugasannya kali kedua setelah menjadi anggota Dewan Pers dari unsur wartawan dan menjabat sebagai Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Luar Negeri, periode 2013-2016. Sebagai Wamenkominfo Nezar Patria menapaki perjalanannya yang kian tinggi dan tentu makin berat.
TEMPO
Pilihan Editor: Jokowi Beberkan Alasan Tunjuk Nezar Patria jadi Wamenkominfo: Pengalaman di Media, Pernah di BUMN..