Nurul Ghufron Sebut Gugatannya Soal Perpanjangan Masa Jabatan Pimpinan KPK Tidak Politis

Reporter

M Rosseno Aji

Editor

Juli Hantoro

Rabu, 7 Juni 2023 05:47 WIB

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron ditemui usai memberikan keterangan kepada Dewas KPK perihal pemberhentian Endar Priantoro di Gedung Dewas Rabu 12 April 2023. TEMPO/Mirza Bagaskara

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Nurul Ghufron meyakini permohonannya ke Mahkamah Konstitusi perihal masa jabatan pimpinan KPK tidak berkaitan dengan politik. Dia mengatakan gugatannya tersebut murni gugatan terhadap pasal yang ada di Undang-Undang KPK.

“Permohonan saya tidak berkaitan dengan politik, permohonan saya dasarnya berkaitan dengan pasal 34,” kata Ghufron di kantornya, Jakarta, Selasa, 6 Juni 2023.

Ghufron mempersilahkan publik dan media massa untuk berasumsi mengenai putusan MK tersebut. Namun, menurut dia, gugatannya ke MK adalah untuk memastikan desain pembatasan masa pemerintahan berlangsung dalam periode 5 tahunan. “Maka itu harus ditetapkan sebagai model pembatasan waktu di Indonesia,” kata dia.

Menurut Ghufron, masa jabatan 5 tahunan itu tidak hanya mengacu pada jabatan presiden, wakil presiden, gubernur atau bupati. Tetapi, kata dia, masa jabatan itu juga mengacu pada 12 lembaga nonkementerian lainnya.

“Kalau tidak ajeg, tidak konsisten, maka jadi pertanyaan sebenarnya kita berapa, maka permohonan saya sebenarnya untuk memastikan model pembatasan itu linear dan konsisten 5 tahun,” kata dia.

Advertising
Advertising

Sebelumnya, MK mengabulkan seluruh gugatan judicial review yang diajukan oleh Ghufron terhadap dua pasal di UU KPK. Kedua pasal itu adalah pasal mengenai syarat minimal usia calon pimpinan KPK dan pasal mengenai masa jabatan pimpinan KPK.

Dalam putusannya, MK mengubah syarat minimal usia calon pimpinan KPK dengan menambahkan kalimat yang intinya calon yang punya pengalaman menjadi pimpinan KPK dapat maju kendati umurnya masih kurang dari 50 tahun. Sementara untuk masa jabatan, MK menambahkan periode pimpinan dari 4 tahun menjadi 5 tahun.

Banyak pakar hukum tata negara mengkritik putusan ini. Pakar hukum tata negara dari Universitas Andalas Feri Amasari mengatakan mengubah masa jabatan bukanlah wewenang MK, melainkan pembuat UU yakni DPR. Selain itu, dia juga menduga bahwa perpanjangan masa jabatan pimpinan KPK menjadi 5 tahun berkaitan dengan kepentingan Pemilihan Presiden 2024.

Pilihan Editor: 5 Sekawan Hakim MK yang Setuju Perpanjangan Masa Jabatan Pimpinan KPK, Ini Rekam Jejaknya

Berita terkait

Kala Sistem Noken dalam Pileg 2024 di Papua Tengah Dirundung Masalah

38 menit lalu

Kala Sistem Noken dalam Pileg 2024 di Papua Tengah Dirundung Masalah

Hakim MK kembali menegur KPU RI karena tidak membawa bukti berupa hasil noken atau formulir C Hasil Ikat Papua Tengah.

Baca Selengkapnya

Hakim MK Tegur KPU karena Tak Bawa Hasil Noken di Sidang Sengketa Pileg Papua Tengah

1 jam lalu

Hakim MK Tegur KPU karena Tak Bawa Hasil Noken di Sidang Sengketa Pileg Papua Tengah

Hakim MK Enny Nurbaningsih menegur KPU RI karena tidak membawa bukti berupa hasil noken atau formulir C Hasil Ikat Papua Tengah.

Baca Selengkapnya

Hakim MK Tegur Anggota Bawaslu Papua Tengah yang Datang Terlambat di Sidang Sengketa Pileg

2 jam lalu

Hakim MK Tegur Anggota Bawaslu Papua Tengah yang Datang Terlambat di Sidang Sengketa Pileg

Hakim MK Arief Hidayat menegur anggota Bawaslu Papua Tengah yang datang terlambat dalam sidang sengketa Pileg 2024 di panel 3, hari ini

Baca Selengkapnya

Hari Ini MK Gelar Sidang Lanjutan Pemeriksaan Sengketa Pileg, Ada 55 Perkara

4 jam lalu

Hari Ini MK Gelar Sidang Lanjutan Pemeriksaan Sengketa Pileg, Ada 55 Perkara

MK kembali menggelar sidang sengketa Pemohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum hasil Pemilihan Legislatif 2024, Senin, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Isi Kuliah Umum di Binus, Ketua MK Beberkan Soal Pengujian Undang-undang hingga Peran Mahkamah

23 jam lalu

Isi Kuliah Umum di Binus, Ketua MK Beberkan Soal Pengujian Undang-undang hingga Peran Mahkamah

Dalam kuliah umum, Suhartoyo memberikan pembekalan mengenai berbagai aspek MK, termasuk proses beracara, persidangan pengujian undang-undang, kewenangan MK dalam menyelesaikan sengketa, dan manfaat putusan MK.

Baca Selengkapnya

Nurul Ghufron Seret Alexander Marwata, Yudi Purnomo: Harus Didalami

1 hari lalu

Nurul Ghufron Seret Alexander Marwata, Yudi Purnomo: Harus Didalami

Yudi Purnomo menilai sidang etik terhadap Nurul Ghufron bisa membuka fakta baru soal apakah Alexander Marwata terlibat atau tidak.

Baca Selengkapnya

Sidang Etik Nurul Ghufron 14 Mei, Dewas KPK Pastikan Tak Akan Ditunda Lagi

1 hari lalu

Sidang Etik Nurul Ghufron 14 Mei, Dewas KPK Pastikan Tak Akan Ditunda Lagi

Dewas KPK memastikan tak akan menunda lagi sidang etik terhadap Nurul Ghufron.

Baca Selengkapnya

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

1 hari lalu

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

Ahli politik dan pemerintahan dari UGM, Abdul Gaffar Karim mengungkapkan sidang sengketa pilpres di MK membantu meredam suhu pemilu.

Baca Selengkapnya

Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

1 hari lalu

Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

Eks penyidik KPK, Yudi Purnomo Harahap, menilai Nurul Ghufron seharusnya berani hadir di sidang etik Dewas KPK jika merasa tak bersalah

Baca Selengkapnya

Pakar Ulas Sengketa Pilpres: MK Seharusnya Tidak Berhukum secara Kaku

1 hari lalu

Pakar Ulas Sengketa Pilpres: MK Seharusnya Tidak Berhukum secara Kaku

Ahli Konstitusi UII Yogyakarta, Ni'matul Huda, menilai putusan MK mengenai sengketa pilpres dihasilkan dari pendekatan formal legalistik yang kaku.

Baca Selengkapnya