Serangan TPNPB-OPM, Anggota Komisi I DPR Sebut Jumlah Korban TNI 6 Orang dan 21 Masih Hilang
Reporter
M Rosseno Aji
Editor
Febriyan
Selasa, 18 April 2023 00:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI Yan Permenas Mandenas mengatakan mendapatkan kabar bahwa ada 6 personel TNI yang tewas akibat serangan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) di Mugi-Mam, Nduga, Papua Pegunungan. Dia juga mendengar kabar 21 tentara lainnya masih belum ditemukan.
“Saya menyampaikan duka cita yang mendalam atas jatuhnya korban dari anggota TNI kurang lebih 6 meninggal dunia dan 21 orang belum diketahui,” kata dia dalam keterangannya, Senin, 17 April 2023.
Politikus Partai Gerindra itu mengatakan mendapatkan informasi tersebut dari pesan teks yang dikirimkan oleh petinggi TNI di Papua. Politikus asal Papua Tengah itu melontarkan ucapan belasungkawa itu sebagai respons atas serangan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB) terhadap satuan tugas dari Batalyon Infanteri Raider 321/Galuh Taruna.
Perbedaan data soal korban yang jatuh
Serangan tersebut terjadi ketika satgas tersebut sedang berupaya mencari Pilot Susi Air, Philips Max Marthens yang disandera KKB sejak Februari lalu. Jumlah korban dalam peristiwa ini masih simpang siur.
Kepala Staf Umum TNI Letnan Jenderal Bambang Ismawan mengatakan hanya ada satu korban meninggal dari pihak TNI, yakni Pratu Miftahul Arifin. Dia mengatakan Arifin tewas tertembak lalu jatuh ke dalam jurang. Upaya evakuasi terhadap jasad korban hingga sore tadi masih terkendala cuaca buruk.
Bambang mengatakan sempat ada 9 personelnya yang hilang setelah peristiwa tersebut. Akan tetapi, 4 personel telah ditemukan dalam kondisi selamat, sementara 5 personel lainnya masih dalam proses pencarian.
Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengklaim pihaknya berhasil menembak 9 anggota TNI dalam serangan itu. Mereka juga menyatakan telah merampas 9 pucuk senjata dari para prajurit TNI tersebut.
Selanjutnya, TNI diminta tak korbankan rakyat sipil
<!--more-->
Di luar simpang siur soal jumlah korban tersebut, Yan berharap aparat TNI dan Polri mengedepankan kehati-hatian dalam menjalankan operasi di Papua. Dia mengatakan jangan sampai rakyat sipil ikut menjadi korban dari operasi di Papua.
“Saya melihat ada rakyat sipil yang dikorbankan dari kegiatan penyisiran oleh aparat TNI,” kata dia.
Menurut dia, situasi penyisiran yang mengorbankan rakyat sipil hanya akan menimbulkan dendam. Hal itu, kata dia, hanya akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan. “Pasti akan terus menerus bergejolak,” kata dia.
Menurut Yan, TNI harus lebih selektif dan punya tujuan jelas dalam melakukan penyisiran ke rumah-rumah warga. Dia mencontohkan jangan hanya karena menemukan bintang kejora lantas personel TNI melakukan penindakan kepada warga tersebut.
“Saya kira perlu dibedakan kalau mendapatkan indikasi bahwa masyarakat menyimpan bintang kejora sebagai simbol perjuangan lebih baik diserahkan pada proses hukum,” tutur dia.
TPNPB-OPM menyandera Pilot Susi Air, Kapten Philips Max Mehrtens sejak 7 Februari 2023. Kelompok pimpinan Egianus Kogoya itu menyampaikan tuntutan agar Indonesia mengakui kemerdekaan mereka.