Anwar Hafid Raih Gelar Doktor, Tawarkan Integrasi Nilai Religius dan Kearifan Lokal
Kamis, 13 April 2023 22:00 WIB
INFO NASIONAL – Anggota DPR RI Periode 2019 - 2024 Anwar Hafid berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan para penguji dari Sekolah Pascasarjana Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jakarta, Kamis 13 April 2023. Disertasi dengan judul ‘Penerapan Nilai-Nilai Religius dan Kearifan Lokal dalam Kepemimpinan Pemerintahan di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah’ itu berhasil memboyong Anwar mendapatkan gelar Doktor dengan nilai Sangat Memuaskan.
Hadir sebagai pimpinan sidang penguji Rektor IPDN Dr. Hadi Prabowo, M.M., Prof. Dr. Wirman Syafri, M.Si selaku Direktur Sekolah Pascasarjana IPDN, Dr. Mansyur Achmad, M.A., selaku Ketua Program Studi Doktor Ilmu Pemerintahan IPDN. Serta promotor yaitu Prof.Dr. Drs. H. Ermaya Suradinata, S.H., M.H., M.S., lalu Prof. Dr. H. Khasan Effendi, M.Pd., dan DR. Sampara Lukman, M.A., selaku Co-Promotor. Sementara tim penguji di antaranya terdapat Dr Ahmad Averus Toana, Dr. Drs. Muhadam Labolo, M.Si., Prof. Hyronimus Rowa, Dr. H Andi Jamaro Dulung M.Si., Prof Muhammad Ilham M.Si.
“Saya ucapkan terima kasih kepada Rektor, Direktur Sekolah Pascasarjana IPDN, ketua program, tim promotor, peneliti, penelaah internal, dan rasa syukur kehadirat Allah SWT,” kata kader dari Partai Demokrat itu.
Anwar menceritakan dalam penyusunan disertasi itu mengalami hari-hari yang cukup berat. “Imam Ghazali mengingatkan kepada saya hanya orang-orang yang tidak bersyukur yang kalah, dan hanya mereka yang kurang mengerti yang akan putus asa. Sebab itulah saya di sini merasa bersyukur atas kemenangan dan optimisme yang baru terhadap semua pencapaian akademik yang baru. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih, semoga Allah SWT membalas dengan setimpal,” ujar dia.
Menurut dia, disertasi itu juga buah dari kesabaran. “Saya percaya kesabaran itu dapat mengalahkan hari-hari terberat sekalipun. Kita semua tentu paham, Allah SWT tidak mengatakan jalan hidup itu akan mudah tetapi mengatakan ‘Aku akan bersama mereka orang-orang yang bersabar’. Disertasi ini buah dari kesabaran,” tambah dia.
Dengan judul disertasi yang dia angkat, dia pun memulai dengan semangat sekaligus kegelisahan. “Semangat untuk merubah kepemimpinan di masa depan, dan kehendak merealisasikan pengalaman yang diperoleh bila dipercaya menjadi pemimpin berikutnya. Kegelisahan menjadi pendorong untuk berusaha mengabdi mengubah realitas masyarakat dari yang belum baik menjadi lebih baik,” kata Anwar yang siap maju sebagai calon gubernur (cagub) Sulawesi Tengah pada Pilkada 2024 mendatang.
Anwar memaparkan, Kabupaten Morowali merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Poso yang disahkan melalui Undang-undang No.51 Tahun 1999. Sejak tahun 2007 – 2013, Kabupaten Morowali melewati masa transisi melalui kepemimpinan daerah dengan hambatan dan tantangan cukup berat. Gambaran birokrasi yang buruk diduga berkorelasi kuat dengan kepemimpinan yang jauh dari nilai-nilai religi seperti siddiq, tabligh, Amanah, dan fathonah.
Berbagai kebijakan Pemerintah Morowali diarahkan untuk perbaikan di bidang ekonomi yang bertujuan meningkatkan ketersediaan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga daya beli penduduk meningkat. Demikian pula dengan nilai-nilai kearifan lokal yang saling menguatkan dan mempersatukan sebagai modal awal membangun kabupaten Morowali.
Nilai kearifan lokal kemudian tidak hanya dipakai di dalam masyarakat tetapi juga diadopsi di dalam dunia pemerintahan di Kabupaten Morowali. “Tepe Asa Moroso merupakan salah satu semboyan atau nilai kearifan lokal yang sering digunakan oleh masyarakat Kabupaten Morowali.” Tepe Asa Moroso adalah Bersatu dengan erat atau Bersatu untuk kuat.
Strategi dan kebijakan Kabupaten Morowali kemudian mengacu pada Tahapan Rencana Strategi (Renstra) Kabupaten Morowali Tahap ke-tiga. Renstra kata Anwar, ditujukan untuk mencapai Morowali sejahtera yang bertumpu pada nilai religious dan nilai kearifan lokal. “Sehingga agama tidak hanya hadir sebagai ritualitas pada individu, akan tetapi memiliki dampak yang jauh lebih luas yakni meningkatkan performa penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui perangkat-perangkat yang ada,” papar dia.
Gagasan “Morowali Berjama’ah”, kata Anwar, menjadi strategi guna memobilisasi sumber daya aparatur menjadi lebih disiplin dan bertanggungjawab. “Formalisasi salah satu syariat dalam Agama Islam yaitu Sholat Berjamaah dipandang mampu menyatukan birokrat muslim dan masyarakat pada umumnya.”
Menurutnya kata berjama’ah itu tak hanya digunakan masyarakat muslim namun juga oleh agama-agama lainnya di Indonesia. “Di Nasrani ada sebutan Jemaat, Hindu ada perkumpulan, dan lainnya. Di Sulawesi Selatan masyarakatnya sangat religious, bukan karena satu agama namun karena masyarakatnya sangat toleran,” ujar dia.
Anwar menuturkan, model kepemimpinan yang ditawarkan yaitu kepemimpinan berjama’ah, berkolaborasi. Sama-sama bekerja. Tak hanya berjama’ah karena beragama Islam, namun juga agama lainnya dapat berkumpul membicarakan masalah agama dan lainnya. “Intinya bukan ritualnya, namun aktivitasnya. Konsepnya kolaborasi.”
Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono mengatakan bangga karena terdapat kader Partai Demokrat yang kembali meraih jenjang Doktor. “Hal ini menambah spirit dan amunisi,” kata dia yang menghadiri penyerahan gelar Doktor Anwar Hafid.
Anwar Hafid berhasil lulus sangat memuaskan, lelaki yang kerap disapa Ibas itu berharap pendidikan tertinggi yang diraih Anwar dapat bermanfaat tidak hanya kepada ilmu pendidikan tetapi juga bagi masyarakat baik masyarakat Sulawesi dan juga masyarakat Indonesia. “Inna Ma’al Usri Yusro, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Di saat orang berduka diminta untuk bersabar. Ini bentuk kesabaran untuk menjadi seorang pemimpin yang diimpikan. InshaAllah disertasi ini bisa diterapkan,” kata dia.
Sementara itu, cucu raja terakhir dari Kerajaan Bungku MI Ridwan mengatakan, apa yang dipresentasikan Anwar sudah berjalan di Morowali. Dia pun menyambut baik peran Anwar yang mampu membuka Kerajaan Bungku hingga saat ini. “Saya anggap ini sebuah start,” ujar dia. Ridwan pun berharap, ke depan Sulawesi Tengah akan terdapat perubahan. “Tentunya tergantung pemimpinnya,” ujar dia. (*)