Salahkan Lima Negara di Asia Perihal Sampah, LSM Lingkungan Internasional Minta Maaf

Jumat, 30 Desember 2022 08:00 WIB

Asap muncul dari api yang membakar sampah di sekitar aliran Kali Jambe, Perumahan Satria Jaya Permai, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat, 1 November 2019. Warga sengaja membakar tumpukan sampah tersebut karena kesal dengan respon lambat yang dilakukan oleh pihak terkait untuk membersihkan sampah yang memenuhi Kali Jambe sepanjang 300 meter itu. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

INFO NASIONAL --Ocean Conservancy mencabut laporannya bertajuk “Stemming The Tide” yang menyalahkan negara-negara di Asia Timur dan Tenggara atas polusi sampah plastik di lautan. Demikian dilaporkan The Guardian pada 15 September 2022. LSM lingkungan asal Amerika Serikat itu juga meminta maaf atas “narasi salah” yang mereka buat berdasarkan riset peneliti dari Universitas Georgia, Jenna Jambeck.

Penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Science pada 12 Februari 2015 itu menjadi perbincangan hangat di kalangan pemerintah dan LSM lingkungan di Indonesia. Ini karena Jambeck memasukkan Indonesia ke dalam lima besar penyumbang sampah plastik terbesar ke lautan dengan urutan Tiongkok, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Srilanka.

Jambeck sempat diundang oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Indonesia pada Juni 2017 untuk menyosialisasikan hasil penelitiannya. Selama di Indonesia, Jambeck berbicara kepada sejumlah LSM lingkungan, seperti Walhi, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), BaliFokus Foundation, serta Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), para akademisi, dan media.

Penelitian Jambeck itulah yang dipromosikan dan dikampanyekan oleh Ocean Conservancy melalui laporan “Stemming The Tide”. Laporan itu juga menjadikan insinerasi dan teknologi “limbah menjadi energi” (waste-to-energy) sebagai “solusi” untuk mengatasi krisis sampah plastik. Diterbitkan pada September 2015, “Stemming The Tide” dikecam dengan julukan “kolonialisme sampah” oleh ratusan kelompok keadilan lingkungan, kesehatan, dan sosial di seluruh Asia.

Pada 10 Juli 2022, dalam siaran pers di situs webnya, Ocean Conservancy secara terbuka meminta maaf karena telah berlaku tidak adil kepada lima negara itu. Mereka mengakui “narasi” bahwa kelima negara di Asia itu bertanggung jawab atas produksi sampah plastik di lautan telah mengabaikan peran negara-negara maju untuk kelebihan produksi plastik dan ekspor limbahnya ke negara-negara berkembang dengan kedok perdagangan.

Advertising
Advertising

“Pencabutan laporan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini adalah kesempatan untuk menghentikan kolonialisme limbah yang sudah berlangsung berdekade-dekade,” kata Froilan Grate, koordinator Asia-Pasifik Gaia, aliansi dari 800 kelompok pengurangan limbah di 90 negara.

Menurut Grate, laporan tersebut tidak hanya “keliru menyalahkan” lima negara tersebut atas sebagian besar polusi plastik, tetapi juga telah “menyesatkan” pemerintah dan masyarakat selama bertahun-tahun untuk berpikir bahwa membakar sampah plastik adalah solusi masalah ini. Ocean Conservancy, menurutnya, juga telah meremehkan dampak dari pembakaran sampah plastik dalam kaitan dengan iklim dan kesehatan masyarakat.

“Stemming the Tide”, menurut The Guardian, ditulis oleh perusahaan konsultan global McKinsey dengan arahan dari sejumlah lembaga dan perusahaan. Laporan ini pun sering dikutip oleh anggota parlemen dan badan federal Amerika Serikat, seperti Environmental Protection Agency (EPA).

Padahal, Amerika Serikat termasuk negara yang harus bertanggung jawab atas limbah plastik di negara-negara berkembang karena ikut mengekspor limbah mereka dengan dalih ‘perdagangan’. Dalam siaran persnya, Ocean Conservancy mengakui telah gagal melihat akar penyebab sampah plastik. “Dengan berfokus secara sempit pada satu kawasan di dunia (Asia Timur dan Tenggara), kami membuat narasi tentang siapa yang bertanggung jawab atas krisis polusi plastik di laut, dan gagal mengakui peran besar negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat, yang telah berperan dan terus berperan besar dalam menghasilkan dan mengekspor sampah plastik ke wilayah ini. Ini salah.”

Berdasarkan sejumlah data, Amerika Serikat ironisnya menempati urutan ketiga di antara negara-negara yang berkontribusi terhadap polusi plastik di lautan. Ini berlawanan dengan kampanye luas bahwa Amerika Serikat telah berhasil mengelola limbah plastiknya, sekaligus menggarisbawahi jejak limbah Negeri Paman Sam itu ke negara-negara berkembang.

Berita terkait

Satu Kenangan, Kopi Nusantara Bergaya Italian Roast

25 menit lalu

Satu Kenangan, Kopi Nusantara Bergaya Italian Roast

Satu Kenangan merupakan produk dari Kenangan Brands. Membuka kesempatan masyarakat menjadi mitra.

Baca Selengkapnya

Bank Mandiri Imbau Nasabah Waspadai Modus Penipuan Berkedok Undian

2 jam lalu

Bank Mandiri Imbau Nasabah Waspadai Modus Penipuan Berkedok Undian

Bank Mandiri mengimbau kepada para nasabah untuk mewaspadai kejahatan pembobolan rekening dengan modus penipuan berkedok undian berhadiah yang mengatasnamakan Bank Mandiri.

Baca Selengkapnya

Tiga Aspek Membangun Pendidikan Ala Marten Taha

3 jam lalu

Tiga Aspek Membangun Pendidikan Ala Marten Taha

Pembangunan sumber daya manusia menjadi prioritas Wali Kota Gorontalo Marten Taha. Program serba gratis sejak lahir hingga meninggal, dari sekolah sampai kesehatan.

Baca Selengkapnya

PLN Bantu Nelayan Bangka Belitung Pangkas Biaya Operasional Lewat Electrifying Marine

3 jam lalu

PLN Bantu Nelayan Bangka Belitung Pangkas Biaya Operasional Lewat Electrifying Marine

PT PLN (Persero) menyalurkan bantuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) lewat program Electrifiying Marine kepada nelayan di Desa Suak Gual.

Baca Selengkapnya

Dirut PLN Paparkan Kesiapan Ekosistem Kendaraan Listrik

4 jam lalu

Dirut PLN Paparkan Kesiapan Ekosistem Kendaraan Listrik

PLN mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di tanah air

Baca Selengkapnya

KKP Apresiasi Stakeholder Pemanfaatan Ruang Laut

20 jam lalu

KKP Apresiasi Stakeholder Pemanfaatan Ruang Laut

Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas kepatuhan dan peran aktif mitra Ditjen PKRL dalam penyelenggaraan KKPRL sekaligus sebagai wujud nyata dukungan terhadap keberlanjutan pemanfaatan ruang laut.

Baca Selengkapnya

Safari Silaturahmi, Golkar Banten Bertemu Empat Parpol

20 jam lalu

Safari Silaturahmi, Golkar Banten Bertemu Empat Parpol

Golkar Banten diperintahkan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) agar melakukan silaturahmi dengan seluruh parpol di Banten.

Baca Selengkapnya

NMC Deklarasikan Dukungan untuk Nikson Cagub Gubsu

21 jam lalu

NMC Deklarasikan Dukungan untuk Nikson Cagub Gubsu

Nikson Nababan merupakan simbol perubahan. Selain itu, sebagai perwujudan dari konsep pluralisme Sumatera Utara. Dia juga dipandang sebagai pemimpin yang berasal dari kalangan rakyat dan mengalami proses dari bawah.

Baca Selengkapnya

Bersiap Maju Pilkada, Bupati Petahana Buru Selatan Ambil Formulir ke Partai

1 hari lalu

Bersiap Maju Pilkada, Bupati Petahana Buru Selatan Ambil Formulir ke Partai

Pengambilan formulir ke PKB, Nasdem, hingga PSI.

Baca Selengkapnya

Bank Mandiri Pastikan Komitmen Keberlanjutan melalui BMSG on Preference

2 hari lalu

Bank Mandiri Pastikan Komitmen Keberlanjutan melalui BMSG on Preference

Acara ini bertujuan meningkatkan kesadaran, serta peran pegawai Mandiri untuk menerapkan ESG dalam operasional perseroan.

Baca Selengkapnya