Survei Charta Politika Bandingkan Jokowi dan Era SBY, Demokrat: Pakai Fakta Bukan Persepsi

Reporter

magang_merdeka

Editor

Juli Hantoro

Minggu, 25 Desember 2022 09:05 WIB

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memamerkan lukisan baru karyanya di acara Malam Silahturahmi dan Kontemplasi Partai Demokrat di Hotel Sultan, Jakarta pada Ahad, 17 April 2022. TEMPO/Dewi Nurita

TEMPO.CO, Jakarta - Survei Charta Politika yang membandingkan kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY mendapat tanggapan keras dari Partai Demokrat.

Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Renanda Bachtar mengungkapkan bahwa perbandingan kinerja Jokowi dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpotensi bias dan menyesatkan.

"Orang lapar itu nyata, orang tidak punya pekerjaan juga nyata. Ini bukan masalah persepsi, tapi fakta yang nyata. Tidak bisa ditanya sekarang lebih baik daripada dulu atau tidak," kata Renanda dalam pernyataan tertulisnya pada Sabtu, 24 Desember 2022.

Baca juga: SBY Bertemu Salim Segaf di Cikeas, Bahas Isu Penundaan Pemilu 2024

Menurutnya, mengukur keberhasilan kinerja pemerintah bukan berdasarkan perkataan seseorang atau via survei, tetapi berdasarkan data.

Advertising
Advertising

"Pakai fakta, bukan persepsi," kata Renanda melanjutkan.

Dia menilai, pengukuran kinerja pemerintah harus berbasis indikator kondisi fundamental ekonomi secara faktual. Seperti berapa pertumbuhan ekonomi, bagaimana angka dan rasio pengangguran, tingkat inflasi, neraca pembayaran, kekuatan fiskal, makro - mikro ekonomi, kekuatan cadangan devisa, debt to GDP ratio, dan lain-lain.

"Sekali lagi, jangan mendagangkan persepsi untuk memuja-muji pemerintah demi tujuan dan kepentingan politik," ujar Renanda.

Kemudian, katanya, jika ingin membandingkan dapat dihitung dengan angka penurunan orang miskin selama 10 tahun era SBY yang tercatat hampir 6 persen poin. Sedangkan era Jokowi, dalam 5 tahun pertama hanya mampu mengurangi 1 persenan poin. Bahkan pada periode ke-2 pemerintahan, penurunan tingkat kemiskinan di era Jokowi makin kedodoran.

"Fakta, bukan persepsi," katanya.

Tidak hanya itu, terdapat juga indikator ekonomi baik makro maupun mikro, seperti APBN pada era SBY yang dapat ditingkatkan 4 kali lipat, dari 400-an triliun saat hand over dari era Megawati, menjadi 1.800-an di era SBY. Dibandingkan era Jokowi, bahkan sebelum pandemi, selama lima tahun memerintah hanya mampu naik 400-an triliun.

"Ini kita pakai angka sebelum pandemi saja, karena kalau setelah pandemi makin jauh jaraknya," ujarnya.

Oleh karena itu, dia mengutarakan bahwa era Pemerintahan SBY jauh lebih baik dalam mengelola ekonomi negeri ini. Jauh lebih baik dalam memastikan kemiskinan dan pengangguran yang turun drastis.

Menurut Renanda, pencapaian kinerja ekonomi nasional era SBY merupakan hasil dari keseriusan kebijakan atau politik anggaran SBY yang berhasil mengelola dan mengkapitalisasi peluang yang ada. Faktanya lagi, SBY berhasil melewati badai krisis ekonomi yang menerpa Indonesia pada 2008 dan situasi ekonomi yang tidak mudah di 2012.

Pada era Jokowi, pemerintah melarang ekspor dan membuat belasan juta petani sawit nasional menderita saat booming harga kelapa sawit dunia.

"Jangan salahkan situasi ekonomi dunia, kalau situasi ekonomi dunia lagi bagus dan bisa menguntungkan kita, tapi pemerintah sekarang malah memilih kebijakan yang merugikan rakyat," tuturnya.

Oleh karena itu, survei yang membandingkan 8 tahun kinerja Jokowi dengan 10 tahun pemerintahan SBY, terlebih dengan basis persepsi, amat sangat berpotensi bias dan menyesatkan.

Hal ini juga harus diukur dengan pencapaian kinerja Jokowi pada 2023 dan 2024 nanti. Dengan kondisi fundamental ekonomi negara yang tidak menggembirakan saat ini, situasi ekonomi bisa semakin memburuk ke depan.

"Walhasil, capaian kinerja Jokowi bisa semakin terpaut jauh dengan pencapaian di era SBY. Proyek penggiringan opini ini juga harus dihentikan. Jangan dijadikan pembenaran dari ketidakbecusan pemerintah mengelola ekonomi," ujarnya.

Sebelumnya, lembaga survei Charta Politika merilis hasil survei terkait pandangan publik terhadap kinerja pemerintahan Presiden Jokowi dengan era SBY. Hasilnya, 47,5% responden menganggap pemerintahan Jokowi lebih baik ketimbang era SBY.

Survei yang digelar pada 8-16 Desember 2022 itu dilakukan dengan wawancara tatap muka secara langsung menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel sebanyak 1.220 responden yang tersebar di 34 provinsi. Sampel dipilih menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error ± 2,83% pada tingkat kepercayaan 95%.

Baca juga: Pilpres 2024, Koalisi Perubahan Cari Pendamping Anies Baswedan

NESA AQILA

Berita terkait

Apa itu Skandal Watergate yang Menyeret Presiden AS Richard Nixon Berujung Mundur?

48 menit lalu

Apa itu Skandal Watergate yang Menyeret Presiden AS Richard Nixon Berujung Mundur?

Skandal Watergate adalah salah satu peristiwa kelam dalam politik tingkat tinggi di Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

1 jam lalu

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

Presiden Jokowi sampai memimpin rapat khusus sebelum diterbitkannya revisi ketiga Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag 36/2023.

Baca Selengkapnya

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

2 jam lalu

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

3 jam lalu

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sampai Pimpin Rapat Revisi Ketiga Permendag 36/2023, Ada Apa?

3 jam lalu

Jokowi Sampai Pimpin Rapat Revisi Ketiga Permendag 36/2023, Ada Apa?

Presiden Jokowi memimpin rapat khusus sebelum diterbitkannya revisi ketiga Permendag 36/2023tentang larangan pembatasan barang impor.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDIP, Pengamat Sebut Hukuman Politik

8 jam lalu

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDIP, Pengamat Sebut Hukuman Politik

Djarot mengatakan Jokowi dan Ma'ruf tidak diundang ke Rakernas PDIP lantaran keduanya sedang sibuk dan menyibukkan diri.

Baca Selengkapnya

Jokowi Revisi Aturan Impor agar Ribuan Kontainer Barang Tak Menumpuk di Pelabuhan, Ini Poin-poin Ketentuannya

8 jam lalu

Jokowi Revisi Aturan Impor agar Ribuan Kontainer Barang Tak Menumpuk di Pelabuhan, Ini Poin-poin Ketentuannya

Menteri Airlangga mengatakan ada beberapa poin dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8 Tahun 2024 yang direvisi oleh Peresiden Jokowi. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Bos BPJS Kesehatan soal Penerapan Perbedaan Kelas Saat Ini: Mau-maunya Rumah Sakit Sendiri

9 jam lalu

Bos BPJS Kesehatan soal Penerapan Perbedaan Kelas Saat Ini: Mau-maunya Rumah Sakit Sendiri

Dirut BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menjelaskan empat pengertian dari KRIS yang masih dibahas bersama dengan DPR dan lembaga terkait.

Baca Selengkapnya

Reaksi Istana hingga KSP Soal PDIP Tak Undang Jokowi dan Ma'ruf Amin ke Rakernas

9 jam lalu

Reaksi Istana hingga KSP Soal PDIP Tak Undang Jokowi dan Ma'ruf Amin ke Rakernas

Ali Ngabalin mengatakan Presiden Jokowi disibukkan dengan seabrek jadwal.

Baca Selengkapnya

Bahas RUU Kementerian Negara Bersama Pemerintah, DPR Tunggu Surpres Jokowi

16 jam lalu

Bahas RUU Kementerian Negara Bersama Pemerintah, DPR Tunggu Surpres Jokowi

Baleg DPR siapa menteri yang ditunjuk presiden untuk membahas RUU Kementerian Negara.

Baca Selengkapnya