TEMPO Interaktif, Jakarta:Pengelola Gedung Merdeka dan Museum Konferensi Asia-Afrika Bandung ikut resah dengan pembongkaran bangunan tua, khususnya di kawasan Jalan Braga. Jika terus merembet, bangunan bersejarah yang terkait dengan Konferensi Asia Afrika itu bakal tergerus.
"Jangan lagi sebut Bandung sebagai ibukota negara Asia-Afrika jika bangunan bersejarah terus dihancurkan," kata Kepala Museum Konferensi Asia-Afrika Isman Pasha di kantornya, Rabu (25/3).
Menurut Isman, sejumlah gedung di sekitar Gedung Merdeka punya arti sejarah karena dipakai atau disinggahi delegasi serta panitia Konferensi Asia-Afrika 1955. Selain hotel-hotel di Jalan Asia Afrika, Bandung, juga Pasar Baru yang kini dibangun modern. Begitu pula sepanjang Jalan Braga. "Itu dulu mall-nya para delegasi. Mereka minum-minum juga di sana," ujarnya.
Dari pantauan Tempo, sejumlah bangunan di Jalan Braga banyak yang tutup usaha. Kini sedikitnya ada tiga bangunan yang dipasangi pengumuman untuk dijual. Kondisi gedung yang rusak dan kotor itu tampak mengenaskan.
Tempat lain yang menjadi bagian sejarah KAA adalah sejumlah villa di daerah Bandung Utara. Disana, imbuhnya, sejumlah kepala negara menginap. Sementara Hotel Surabaya menjadi tempat bermukim sementara para seniman dan penyanyi konferensi. Karena itu, dia menyayangkan jika pemerintah daerah tidak sungguh-sungguh melestarikan bangunan-banguna tua di penjuru kota.
Isman mendesak pemerintah daerah untuk mewajibkan bangunan tua apalagi bernilai sejarah yang telah dibongkar untuk dikembalikan lagi ke bentuk semula oleh pemiliknya. Bangunan tua di Bandung, katanya, memiliki daya tarik pariwisata yang tinggi. Dia mengaku pernah menerima utusan kepala negara Aljazair yang tertarik menjalin kerjasama wisata cagar budaya di Bandung.