Kala Manusia Modern 'Terjebak' dengan Keberadaan Plastik

Jumat, 23 September 2022 15:25 WIB

INFO NASIONAL – Ada yang berbeda dari pandangan Profesor Emeritus dari Universitas Manitoba, Kanada Vaclav Smill dari orang kebanyakan. Jika saat ini elit dunia memfokuskan diri untuk produk ramah lingkungan dan energi hijau, Smill, melalui buku terbarunya “How the World Really Works: The Science How We Get Here and Where We Going” mengingatkan kembali empat pilar penting terbentuknya peradaban manusia modern, yakni: semen, baja, plastik dan amoniak (ammonia).

“Buku ini memiliki pertanyaan utama yang menggelitik Smill, yakni mengapa kebanyakan orang dalam masyarakat modern memiliki pengetahuan yang dangkal tentang bagaimana dunia benar-benar bekerja?” kata Chair, Nusantara Circular Economy and Sustainability Initiatives (N-CESI) Yusra Abadi baru-baru ini

Urbanisasi dan kehidupan yang mekanis, kata Yusra, telah menjadi dua alasan penting atas defisit pemahaman ini. Masyarakat urban yang hidup dari industri jasa, telah terputus dari proses produksi bagaimana pangan untuk manusia itu dibuat, terputus dari pengetahuan mengenai cara-cara memproduksi permesinan dan peralatan atau perkakas lainnya.

Yusra mengatakan, Smill mengingatkan pada tahun 2019 dunia memproduksi semen sekitar 4,5 miliar ton, baja 1,8 miliar ton, plastik 370 juta ton dan amoniak sebesar 150 juta ton. Dengan skala produksi yang sangat besar tersebut, mencari produk pengganti untuk keempat produk tersebut karenanya adalah pekerjaan yang maha sulit.

Dengan jumlah produksi 370 ribu ton per tahun, plastik menjadi material yang paling kontroversial yang diperlukan oleh peradaban modern. Karena sifatnya yang tidak mudah terurai, plastik dianggap sampah yang paling banyak mencemari kehidupan manusia. “Sayangnya manusia modern, menurut Vaclav Smill tidak bisa menghindari keberadaan plastik. Sebagai produk dari energi fosil, manusia modern harus membayar mahal segala kepraktisan yang melekat pada plastik.”

Advertising
Advertising

Tidak ada bahan yang dapat menandingi kombinasi kelenturan, daya tahan, dan bobot ringan yang ditawarkan oleh berbagai jenis plastik. Plastik menjadi material yang sangat dicari oleh para tenaga kesehatan ketika pandemi Covid 19, dan plastik telah menemukan peran yang paling tak tergantikan dalam perawatan kesehatan secara umum dan dalam perawatan rumah sakit untuk penyakit menular pada khususnya.

Yusra menuturkan, kehidupan modern sekarang dimulai (di ruang bersalin) dan berakhir (di unit perawatan intensif) dikelilingi oleh benda-benda terbuat dari plastik. Orang-orang yang tidak memiliki pemahaman sebelumnya tentang peran plastik dalam perawatan kesehatan modern mendapat pelajaran berkat COVID-19.

“Pandemi telah mengajari kita hal ini dengan cara yang seringkali drastis, ketika dokter dan perawat di Amerika Utara dan Eropa kehabisan alat pelindung diri (APD)—sarung tangan sekali pakai, pelindung wajah, penutup kepala, maupun sepatu bot yang semuanya berasal dari plastik. Saat ini bahan-bahan plastik di rumah sakit terutama dibuat dari bahan PVC. Tabung fleksibel, kateter, kantong darah, selimut termal dan banyak peralatan lain di rumah sakit yang umumnya terbuat dari plastik jenis PVC.”

Dalam pertanian modern, lanjut Yusra, plastik juga dipergunakan. Plastik alternatif untuk membangun rumah kaca (glass greenhouses) dengan harga murah. Rumah kaca plastik yang terletak di bagian paling selatan provinsi Almería, Spanyol adalah area budidaya komersial produk terluas di dunia: sekitar 40.000 hektar atau seluas 20 km × 20 km persegi. Di bawah lautan plastik ini, para petani Spanyol dan pekerja lokal dan imigran Afrika mereka memproduksi setiap tahun hampir 3 juta ton sayuran dan mengekspor sekitar 80 persennya ke negara-negara Uni Eropa (UE).

Yusra menuturkan, perbincangan mengenai amoniak, baja, semen dan plastik sangat penting ketika dari semuanya sangat bergantung pada pembakaran bahan bakar fosil, dan beberapa dari sumberdaya fosil ini merupakan bahan baku itu sendiri, yakni amoniak (pupuk sintetis) dan untuk produksi plastik. Peleburan bijih besi di tanur tinggi membutuhkan kokas yang terbuat dari batu bara (dan juga gas alam); energi untuk produksi semen sebagian besar terdiri dari batu bara, kokas minyak bumi, dan bahan bakar minyak berat, dan semuanya adalah energi fosil.

Keinginan dunia untuk dekarbonisasi pada tahun 2045 diakui Yusra sangat sulit atau mustahil untuk tercapai. “Kita sulit menghindari produksi semen yang produksinya memerlukan batubara, produksi pupuk sintetis menggunakan gas alam, peleburan baja memerlukan kokas dan plastik merupakan ko-produk dari kilang minyak yang merupakan material dari hidrokarbon,” kata Yusra.

Keinginan untuk melakukan dekarbonisas, lanjut dia, merupakan bentuk antitesa dari terbentuknya peradaban modern saat ini yang sangat dipengaruhi oleh material dari sumberdaya fosil. Peradaban modern tidak dapat menghindari dirinya dari energi fosil. (*)

Berita terkait

KKP Apresiasi Stakeholder Pemanfaatan Ruang Laut

6 jam lalu

KKP Apresiasi Stakeholder Pemanfaatan Ruang Laut

Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas kepatuhan dan peran aktif mitra Ditjen PKRL dalam penyelenggaraan KKPRL sekaligus sebagai wujud nyata dukungan terhadap keberlanjutan pemanfaatan ruang laut.

Baca Selengkapnya

Safari Silaturahmi, Golkar Banten Bertemu Empat Parpol

6 jam lalu

Safari Silaturahmi, Golkar Banten Bertemu Empat Parpol

Golkar Banten diperintahkan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) agar melakukan silaturahmi dengan seluruh parpol di Banten.

Baca Selengkapnya

NMC Deklarasikan Dukungan untuk Nikson Cagub Gubsu

7 jam lalu

NMC Deklarasikan Dukungan untuk Nikson Cagub Gubsu

Nikson Nababan merupakan simbol perubahan. Selain itu, sebagai perwujudan dari konsep pluralisme Sumatera Utara. Dia juga dipandang sebagai pemimpin yang berasal dari kalangan rakyat dan mengalami proses dari bawah.

Baca Selengkapnya

Bersiap Maju Pilkada, Bupati Petahana Buru Selatan Ambil Formulir ke Partai

1 hari lalu

Bersiap Maju Pilkada, Bupati Petahana Buru Selatan Ambil Formulir ke Partai

Pengambilan formulir ke PKB, Nasdem, hingga PSI.

Baca Selengkapnya

Bank Mandiri Pastikan Komitmen Keberlanjutan melalui BMSG on Preference

1 hari lalu

Bank Mandiri Pastikan Komitmen Keberlanjutan melalui BMSG on Preference

Acara ini bertujuan meningkatkan kesadaran, serta peran pegawai Mandiri untuk menerapkan ESG dalam operasional perseroan.

Baca Selengkapnya

Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

1 hari lalu

Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

Dividen sebesar Rp 178,50 per lembar saham tersebut akan diberikan pada 17 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Bamsoet Ingatkan Sisi Gelap Kemajuan Teknologi

1 hari lalu

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Bamsoet Ingatkan Sisi Gelap Kemajuan Teknologi

Hasil survei Digital Civility Index oleh Microsoft tahun 2020, menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling 'tidak sopan' di kawasan Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

1 hari lalu

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

Penambahan pupuk subsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton telah mendapat persetujuan dari presiden.

Baca Selengkapnya

Paritrana Award BPJS Ketenagakerjaan Masuk Tahap Wawancara Nasional

1 hari lalu

Paritrana Award BPJS Ketenagakerjaan Masuk Tahap Wawancara Nasional

Paritrana Award merupakan apresiasi untuk mendorong terwujudnya universal coverage perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan.

Baca Selengkapnya

Helldy: Aspal Plastik di Cilegon Bisa Jadi Percontohan

1 hari lalu

Helldy: Aspal Plastik di Cilegon Bisa Jadi Percontohan

Aliansi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi akan berkunjung ke Kota Cilegon. Penggunaan aspal plastik dapat menjadi contoh implementasi pengolahan sampah.

Baca Selengkapnya