Proses Pascaproduksi Penyebab Kandungan BPA dalam Galon Bermigrasi
Kamis, 15 September 2022 16:53 WIB
INFO NASIONAL -- Proses pascaproduksi seperti transportasi dan penyimpanan air minum dalam kemasan (AMDK) galon, dari pabrik menuju konsumen melalui berbagai media dan ruang yang tidak sesuai prosedur, diduga menjadi penyebab kandungan BPA dalam kemasan galon polikarbonat bermigrasi dalam air
Hal itu disampaikan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Medan, Martin Suhendri dalam acara forum tatap muka bertema “Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat Melalui Regulasi Pelabelan Bisphenol A (BPA) pada Air AMDK”, 12 September 2022 lalu. “Sebagai contoh, galon yang terkena panas atau dibanting-banting,” kata dia
Di lapangan, BPOM menemukan bahwa kandungan BPA dalam AMDK di enam kota, yakni, Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tenggara, telah melebihi ambang batas yang ditentukan, yakni 0,6 bagian per sejuta (ppm) per liter. Ditemukan juga bahwa kandungan BPA dalam air di galon bisa mencapai 0,9 ppm per liter.
Hasil uji migrasi BPA pada AMDK yang melebihi 0,6 ppm, kata dia, menunjukkan 3,4 persen di antaranya ditemukan pada sarana distribusi dan peredaran. Sementara hasil uji migrasi BPA yang mengkhawatirkan, 0,05-0,6 ppm, menyebutkan 46,97 persen di sarana distribusi dan peredaran serta 30,19 persen di sarana produksi. Adapun uji kandungan BPA pada AMDK melebihi 0,01 ppm, 5 persen di sarana produksi serta 8,6 persen di sarana distribusi dan peredarannya.
Proses pascaproduksi, seperti transportasi dan penyimpanan AMDK galon dari pabrik menuju konsumen melalui berbagai media dan ruang yang tidak sesuai prosedur, diduga menyebabkan kandungan BPA dalam kemasan galon polikarbonat bermigrasi dalam air. Sebagai contoh, kata dia, galon yang terkena panas atau dibanting-banting. ”Awalnya kandungnya BPA-nya zero, tetapi di lapangan meningkat karena penanganan yang kurang baik,” kata Martin.
Di forum yang sama, Evi Naria dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara mengatakan, dari produksi 21 miliar liter air minum per tahun, sebanyak 22 persen diantaranya diproduksi dalam wadah kemasan galon. Galon guna ulang berbahan BPA terbukti sangat dominan, karena jumlahnya mencapai 96,4 persen. Menurutnya, padahal banyak negara sudah melarang penggunaan BPA. “Seperti Perancis, Negara Bagian California di Amerika Serikat, Denmark, Malaysia, Australia, dan Swedia,” kata Evi
Dia pun merekomendasikan pengendalian BPA dengan pembentukan prosedur operasi standar penanganan produk, pelabelan produk, pemeriksaan kode daur ulang pada wadah plastik, hingga penghindaran produk dari paparan suhu tinggi.
Bahaya BPA
BPA mudah ditemui dalam perlengkapan yang digunakan sehari-hari. BPA bisa ditemukan di dalam AMDK galon polikarbonat, tempat makan plastik, dan pada wadah apapun yang terbuat dari plastik tanpa keterangan “bebas BPA
Menurut FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat, BPA bisa mudah masuk ke dalam tubuh jika wadah plastik dipanaskan, tergores, atau rusak. Bahkan, BPA juga bisa merembes di pipa air, cat, mainan, hingga lensa kacamata.
BPA dianggap berbahaya, karena keberadaannya bisa mengganggu fungsi endokrin yang berperanan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan, metabolisme tubuh, pengaturan suasana hati, dan juga berkaitan dengan fungsi seksual dan reproduksi
Dokter spesialis anak sekaligus anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Irfan Dzakir Nugroho menyebutkan, BPA diketahui dapat memengaruhi hormon endokrin seperti estrogen, androgen, dan tiroid
Selain itu, paparan BPA yang berlebih bisa menyebabkan gangguan homeostasis metabolik pada anak, gangguan struktur dan fungsi otak, efek kesehatan di usia selanjutnya pada anak. Sedangkan pada usia dewasa atau usia produktif, BPA bisa memengaruhi produktivitas dan bisa juga menyebabkan gangguan pada saat kehamilan dan persalinan, termasuk menyebabkan obesitas dan beberapa penyakit metabolik.
Lebih jauh, Irfan menguatkan penjelasan bahwa kontaminasi BPA dapat membahayakan ibu hamil, karena mengganggu kerja endokrin, dan mampu meniru hormon estrogen.
Pada laporan yang terbit pada 2008 oleh Program Toksikologi Nasional AS, disimpulkan adanya efek pada otak, perilaku, dan kelenjar prostat pada janin, bayi serta anak-anak akibat paparan BPA yang masuk melalui plasenta, ASI, pemberian susu botol, dan pemberian makanan atau minuman yang telah terkontaminasi BPA
Dampak BPA bukan hanya pada bayi, BPA juga dapat menimbulkan bahaya pada kelompok usia anak-anak, di antaranya, menyebabkan gangguan tumbuh kembang, perilaku depresif, ansietas, dan hiperaktif. Di samping memengaruhi perilaku emosional dan kekerasan pada anak, BPA juga bisa memengaruhi senyawa yang dihasilkan oleh otak seperti dopamine, serotonin, acetylcholine, dan hormon thyroid. (*)