Pendistribusian Air Galon Harus Diperhatikan
Kamis, 28 Juli 2022 22:22 WIB
INFO NASIONAL -- Sinar matahari, guncangan dan gesekan terus menerus pada air dalam kemasan galon isi ulang berbahan plastik keras polikarbonat berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Galon polikarbonat yang terpapar sinar matahari dalam waktu lama, dengan rantai perjalanan dari sejak pendistribusian awal hingga proses transportasi menuju lokasi penurunan, hingga berpindah ke tangan penjual dan konsumen, sangat potensial menyebabkan pelepasan senyawa kimia Bisphenol-(BPA) sehingga air dalam kemasan galon polikarbonat terkontaminasi.
“Kalau proses pendistribusian air galon tidak diperhatikan, maka senyawa kimia BPA berpotensi cepat terlepas dan bisa membahayakan kesehatan masyarakat,” kata Prof. Andri Cahyo Kumoro, Guru Besar bidang Pemrosesan Pangan Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro baru-baru ini. Menurut dia, produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) tidak boleh lalai menjaga kualitas air kemasan di dalam galon. “Proses pendistribusian pun harus lebih diperhatikan, agar kualitas air tetap terjaga
Badan Pengawas Obat dan Makanan(BPOM) Amerika Serikat (FDA) menyebut BPA pada kadar yang rendah tidak berbahaya. Tetapi pada tingkat yang lebih tinggi dan terus menerus dikonsumsi, BPA berpotensi sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. BPA diketahui menjadi pemicu munculnya gangguan pada perkembangan otak janin, dapat memengaruhi perilaku anak, menyebabkan gangguan reproduksi pada laki-laki dan perempuan, diabetes, ginjal, gangguan jantung, hingga kanker
Sebelumnya, BPOM secara terbuka telah menyatakan ditemukannya bahaya kandungan BPA pada sebagian produk air minum dalam kemasan. Dalam revisi terbaru Peraturan Badan POM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, produsen air minum yang menggunakan kemasan plastik polikarbonat diwajibkan mencantumkan label 'Berpotensi Mengandung BPA'.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Prof. Junaidi Khotib mengatakan, praktik distribusi galon isi ulang yang tidak dikelola dengan baik bisa memperburuk pelepasan BPA. "Pelepasan senyawa kimia ini sangat tergantung pada suhu dan tingkat keasaman. Ketika dalam proses distribusi dan produksi, kemasan galon air minum yang terpapar cahaya matahari langsung suhunya akan meningkat, maka tentunya akan sangat cepat terjadi migrasi," kata Junaidi.
Sebagian besar negara di dunia, lanjut dia, telah mengatur penggunaan BPA melalui regulasi. Regulasi diperlukan, mengingat bagaimana mudahnya partikel BPA masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman, “akibat terjadi pelepasan atau migrasi partikel BPA ke makanan atau minuman yang bersinggungan langsung dengan kemasan primer,” katanya
“Konsentrasi BPA dalam darah dan urin sangat erat dengan berbagai penyakit yang berkaitan dengan gangguan endokrin, yaitu gangguan pada hormonal sistem, perkembangan saraf, dan mental pada anak-anak.” Dia pun bersama tim dari beberapa Fakultas di lingkungan Universitas Airlangga, yaitu Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Sains dan Teknologi, telah menemukan dampak paparan BPA pada perkembangan otak dan gangguan perkembangan mental pada anak-anak
Karenanya, Junaidi sepakat apabila diterapkan regulasi yang mengatur bagaimana acceptable daily intake penggunaan kemasan plastik agar bisa terus diturunkan secara progresif. Dia mengatakan perlunya dilakukannya edukasi dan peningkatan kesadaran pada masyarakat untuk memilih produk makanan dan minuman yang kemasan plastiknya bebas BPA
“Selain itu, perlu dilakukan pendampingan terhadap produsen makanan dan minuman dalam meningkatkan customer awareness untuk menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan. Produsen makanan yang memiliki ijin edar juga diwajibkan berkomitmen dan bertanggungjawab dalam menjamin keamanan produknya dengan melakukan studi pharmacovigilance atau studi pasca edar terkait migrasi BPA,” katanya.(*)