Pengamat Politik Anggap Sekarang Waktu yang Tepat untuk Buat Koalisi Baru
Reporter
M. Faiz Zaki
Editor
Juli Hantoro
Rabu, 6 Juli 2022 12:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan, sekarang ini waktu yang tepat untuk mendeklarasikan koalisi baru. Dia melihat kemungkinan poros yang bakal terbentuk dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Gerindra melalui Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, serta poros Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat.
“Ini waktu yang tepat untuk mendeklarasikan resmi koalisi atau kembali menjajaki komunikasi dengan partai lainnya agar kans masing-masing ketua umum atau capres rekomendasinya dapat maju dalam Pilpres semakin besar,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu, 6 Juli 2022.
Selain itu, kata Agung, sudah ada tarikan antara aspirasi publik dengan kepentingan elite partai politik perihal pencalonan presiden. Ada pula anggapan elite yang mengatakan belum tepat untuk bicara koalisi atau koalisi yang ada masih rapuh.
Menurut Agung, anggapan tersebut hanya tepat pada posisi PDI Perjuangan yang sejak awal sudah memenuhi Presidential Threshold 20 persen dan bisa mengusung calon presiden dan wakil presiden sendiri. Jika rujukan belum tepat oleh tiga poros yang menonjol untuk menanti pergerakan PDI Perjuangan, justru dinilai merugikan.
“Karena situasi masing-masing partai atau koalisi yang dibangun berbeda. Alih-alih hanya pasif, momentum saat ini adalah waktu yang tepat untuk melahirkan terobosan,” ujarnya.
Momentum Koalisi Jangan Terlambat
Dia berpendapat momentum saat ini untuk berkoalisi jangan sampai terlambat dieksekusi. Efek bagi partai hanya akan menjadi pelengkap dalam koalisi yang sudah ada, ketika tidak tercapai kesepakatan koalisi baru.
Pada penghujung waktu, kata Agung, koalisi partai politik hanya seperti pemandu acara bagi capres-cawapres yang diusung “Acapkali semakin mengafirmasi bahwa partai tak ubahnya event organizer bagi capres-cawapres yang diusung ketimbang institusi politik yang memiliki peranan strategis dalam menentukan arah pembangunan bangsa dan nasib rakyat selama lima tahun ke depan,” tuturnya.
Bagi bakal calon presiden seperti Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menghadirkan gebrakan untuk meyakinkan rakyat dan elite partai politik. Sebab Anies bukanlah orang partai politik dan Ganjar bukan elite politik yang posisinya kuat.
Selanjutnya: Jangan berlebihan manfaatkan jabatan...
<!--more-->
Namun begitu, Agung berpendapat jangan sampai pemanfaatan jabatan mereka saat ini justru malah berlebihan. “Jangan sampai karena Pilpres semakin dekat atau masa jabatan akan berakhir fokus teralihkan dengan selebrasi pencitraan yang berlebihan,” tuturnya.
Menurutnya, partai politik dan kandidat calon presiden bisa memiliki daya tawar masing-masing. Bila partai dan koalisinya memiliki tiket masuk Pilpres, maka Capres-Cawapres yang memiliki elektabilitas, punya magnet figur untuk menghadirkan efek ekor jas (coattail effect) bagi partai saat Pileg nanti.
Artinya, masing-masing pihak mesti aktif berkomunikasi sebelum berkolaborasi, supaya panggung Pilpres memiliki legitimasi kuat untuk menggapai simpati elite politik dan publik. Maka pihak partai dan bakal capres-cawapresnya mesti bisa saling melengkapi.
“Jangan sampai yang terjadi malah persepsi mempertentangkan atau meniadakan salah satunya, karena bila tak cermat akan berimbas fatal bagi raihan elektoral partai sekaligus capres-cawapres yang diusung,” tutur Agung.
Baca juga: Cerita Ketua DPW NasDem Aceh soal Respons Anies Baswedan jadi Kandidat Capres
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini