Budi Gunadi Ungkap Tren Berbeda Covid-19 Varian Omicron BA.4 dan BA.5 di Tanah Air

Reporter

Fajar Pebrianto

Editor

Amirullah

Senin, 4 Juli 2022 15:22 WIB

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menggelar diskusi bersama media di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Rasuna Said, Jakarta, Rabu, 29 Juni 2022/Mutia Yuantisya

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan tren perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia yang berbeda dibandingkan negara lain. Kasus baru Covid-19 di Tanah Air kini terus meningkat di tengah subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, tapi trennya sudah melandai menjelang puncak penularan.

"Pelandaian mulai terjadi di Jakarta maupun di Indonesia," kata dia usai rapat terbatas PPKM di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 4 Juli 2022.

Budi Gunadi menyebut puncak kasus biasanya terjadi kalau dominasi satu varian sudah tinggi. Sebanyak 80 persen kasus di Indonesia sekarang didominasi oleh kedua subvarian tersebut, bahkan di DKI Jakarta sudah 100 persen. "Nah, pertanyaannya sekarang kenapa Indonesia bisa landai dengan jumlah kasus yang jauh lebih rendah?" kata dia.

Perkembangan kasus baru di Indonesia saat ini hanya 4 sampai 5 persen saja dari puncak kasus sebelumnya. Sedangkan di negara lain, kata dia, puncak kasus akibat varian ini sudah mencapai 30 persen dari puncak kasus sebelumnya.

"Hal yang bisa mejelaskan adalah karena memang Sero Survei terarakhir di bulan Maret menunjukkan antibodi kita masih tinggi," kata dia.

Advertising
Advertising

Akhir tahun lalu, pemerintah merilis hasil survei serologi Covid-19 di Indonesia pada November-Desember 2021. Survei ini bertujuan untuk mengetahui estimasi populasi masyarakat yang mempunyai antibodi SARS-Cov-2 alias virus yang menyebabkan infeksi pernapasan Covid-19, berdasarkan umur, jenis kelamin, dan wilayah.

Berdasarkan hasil survei, pemerintah memperkirakan 86,6 persen penduduk usia 1 tahun ke atas di Indonesia sudah mempunyai antibodi. Ini adalah angka antibodi rata-rata dari masyarakat yang sudah divaksin maupun yang belum divaksin.

"Jadi ini angka yang besar," kata epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia Iwan Ariawan dalam paparan rilis di Kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Jumat, 18 Desember 2022.

Setelah itu, Kementerian Kesehatan dan FKM Universitas Indonesia kembali melakukan survei serologi pada Maret 2022. Maret lalu. Hasil survei tersebut menunjukkan antibodi Covid-19 masyarakat Jawa-Bali meningkat menjadi 99,2 persen.

Dua Penyebab Antibodi Tinggi

<!--more-->

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, survei ini dilakukan di 21 kabupaten kota yang terdapat di 7 Provinsi di Pulau Jawa-Bali. Sampel diambil sebanyak 100 orang per wilayah, total ada 2.100 sampel.

"Ditemukan dua faktor penyebab peningkatan antibodi ini, yakni karena peningkatan vaksinasi dan akibat infeksi alami yang sangat tinggi, khususnya dari varian Omicron," ujar Maxi dalam konferensi pers daring, Rabu, 20 April 2022.

Oleh karena itu, kata Budi, pemerintah akan kembali mengelar survei mulai hari ini untuk bisa mengambil kebijakan yang tepat. Terutama di Agustus hingga September karena juga ada momen HUT RI. "Diharapkan dalam sebulan hasilnya bisa keluar hingga kami bisa mengambil kebijakan yang tepat mengenai protokol kesehatan dan juga vaksinasi," kata Budi.

Di sisi lain, Budi juga telah meneliti kenaikan kasus di seluruh dunia bersama Epidemiolog. Kesimpulan mereka, kenaikan kasus di negara-negara lain terjadi akibat kurangnya kewaspadaan dan terlalu buru-buru melonggarkan protokol kesehatan hingga vaksinasi.

Ia menyebut di luar negeri, puncak kasus terjadi 30 sampai 40 hari sejak kasus ditemukan. Indonesia sejauh ini sudah melewatinya sekitar 30 hari. "Jadi mungkin masih ada waktu satu atau dua minggu ke depan, kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain, seharusnya puncaknya sudah terjadi," kata dia.

Prediksi soal puncak kasus juga disampaikan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, yang disebutnya akan terjadi minggu kedua dan ketiga Juli ini. Sejumlah pengetatan aturan mulai diberlakukan menghadapi kenaikan ini. "Kami akan mengevaluasi kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat)," kata dia dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 4 Juli 2022.

Evaluasi dilakukan karena angka kasus baru Covid-19 per 3 Juli sudah mencapai 1.614. Di sisi lain, angka vaksinasi booster atau dosis ketiga baru mencapai 24,5 persen. "Saya kita ini terus kita dorong," kata dia.

Jokowi lalu meminta Kapolri, Panglima TNI, Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggenjot vaksinasi booster. Terutama, di kota-kota dengan interaksi masyarakat yang tinggi.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengumumkan pemerintah sepakat memperpanjang PPKM luar Jawa Bali dari 5 Juli sampai 1 Agustus. Kebijakan perpanjangan PPKM di periode yang sama juga berlaku untuk daerah Jawa Bali.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Kemenkes Buka Enam Prodi di RS Pendidikan Atasi Kekurangan Dokter Spesialis

14 jam lalu

Kemenkes Buka Enam Prodi di RS Pendidikan Atasi Kekurangan Dokter Spesialis

Salah satu masalah lagi yang ada di Indonesia adalah distribusi dokter spesialis. Hampir 80 tahun Indonesia merdeka belum pernah bisa terpecahkan.

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

1 hari lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

2 hari lalu

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

Komnas HAM menggunakan 127 indikator untuk mengukur pemenuhan kewajiban negara dalam pelaksanaan HAM.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

3 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

8 hari lalu

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

Ada sejumlah persoalan yang membuat banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

8 hari lalu

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut RI Ketergantungan Impor Produk Farmasi dan Alat Kesehatan

10 hari lalu

Jokowi Sebut RI Ketergantungan Impor Produk Farmasi dan Alat Kesehatan

Presiden Jokowi mengharapkan industri kesehatan dalam negeri makin diperkuat.

Baca Selengkapnya

Hari Demam Berdarah Nasional, Ini 4 Cara Mencegah DBD

12 hari lalu

Hari Demam Berdarah Nasional, Ini 4 Cara Mencegah DBD

22 April ditetapkan sebagai Hari Demam Berdarah Nasional oleh Kemenkes, meningkatkan kesadaran wargauntuk dapat mencegah penyakit DBD.

Baca Selengkapnya