Kata Pengamat Soal Gagasan Surya Paloh tentang Capres Pemersatu Bangsa

Senin, 27 Juni 2022 12:03 WIB

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh saat memberikan sambutan dalam Rakernas Partai NasDem di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat, 17 Juni 2022. Mahathir Mohamad memberikan kuliah umum dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) NasDem dengan forum yang bertema 'Politik Membangun Peradaban Hubungan ASEAN dan Tantangan ke Depan'. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Trias Politika Strategi Agung Baskoro mengatakan gagasan yang disampaikan oleh Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh soal Capres-Cawapres Pemersatu Bangsa kurang produktif.

"Wacana dan perdebatan ini tampak kurang produktif bergulir karena menjadi sarana bagi elit untuk kembali menjatuhkan satu-sama lain dalam nalar keakuan ketimbang kekitaan, demi mengusung jagoannya masing-masing," ujar Agung Baskoro pada keterangan tertulisnya, Senin, 27 Juni 2022.

Menurutnya, publik kini sudah menantikan tawaran visi, misi, program, inovasi kebijakan, yang nantinya akan diberikan oleh Capres-Cawapres dalam menanggapi situasi darurat yang tengah terjadi di negeri ini, seperti soal pandemi, sampai perang antara Ukraina-Rusia yang kini mulai memberikan ekses di Indonesia. Ini berarti sangat diperlukannya cara pandang baru.


"Mesti ada cara pandang (mindset) baru dari semua kalangan bahwa platform pilpres bukan hanya untuk kebutuhan debat kandidat menimbang situasi dunia saat ini membutuhkan respon cermat yang bisa dimulai secara intensif saat-partai-partai politik atau koalisinya untuk menyiapkan platform pilpres secara komprehensip agar bisa dibumikan, dibahas, diuji, dan disimulasikan bersama rakyat Indonesia para tataran pelaksanaannya," katanya.


Platform Pilpres 2024 membuat semua pihak akhirnya diajak untuk terlibat menyelesaikan masalah-masalah kompleks kebangsaan dari awal sampai akhirnya siap, atau saat nanti muncul kembali. Seperti halnya soal kemiskinan, pengangguran, melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok, ancaman pemanasan global, perihal pandemi corona, serta hal lain yang menjadi persoalan masyarakat dalam kesehariannya. Oleh karena itu Platform Pilpres ini menjadi jantungnya perubahan.


"Jika saat pemilu esok perdebatan yang muncul hanya sebatas figur capres-cawapres tanpa desain platform yang jelas serta kesinambungannya dari pemerintahan ke pemerintahan, maka sejujurnya kita sedang merencanakan kerusakan terstruktur, sistematis, dan masif bagi bangsa ini," ujar Agung Baskoro.

Sekarang, tambahnya, daripada hanya mencari figur, platform pilpres harus mulai diberikan tempat yang sama. Pada tahap ini partai-partai ataupun yang sudah membentuk koalisi dituntut untuk menyiapkan Platform Pilpres sebagai bahan bagi capres dan cawapres yang nantinya akan diusung.

Advertising
Advertising

"Jangan sampai platform pilpres hanya menjadi komoditas elit yang selama ini eksklusif tanpa publik tahu apa yang menjadi materi utamanya," tambahnya.

Selain itu, menurut dia, kegagalan demokrasi bisa saja terjadi saat semuanya hanya mengutamakan prosedurnya dan melupakan hal substansial yang bertujuan merubah nasib warganya.

"Jangan sampai ajang 5 tahunan Pemilu hanya dijadikan ajang untuk kembali menemukan superman ketimbang superteam. Karena permasalahan bangsa ini terlalu kompleks bila hanya dibebankan kepada dwitunggal presiden-wakil presiden tanpa keterlibatan partai-partai politik untuk mendesainnya sedari awal agar tercipta ekosistem positif yang mendukung kinerja presiden beserta pembantunya," ujarnya.


Dalam konteks ini, menurutnya, ada tiga pihak yang harusnya bisa terlibat. Pertama, Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bisa melibatkan pihak kampus dalam melakukan pembentukan tim adhoc agar bedah platform nantinya bisa diterima pada masa pendaftaran Capres-Cawapres 7-23 September 2023.


"Artinya sebelum fase debat-kandidat berlangsung, bedah platform bisa diseminasikan ke kampus-kampus atau diulas oleh kelompok masyarakat sipil kredibel dan disosialisasikan ke publik secara luas," katanya.

Kedua, inisiatif dari partai atau koalisi di luar arahan formal KPU yang bertujuan agar figur pemersatu bangsa dapat ditempatkan sama penting dengan koalisi pemersatu atas nama platform pilpres. Sebab, kesuksesan platform pilpres menjadi tanggungjawan bersama sampai berhasil menyelesaikan permasalahn yang sedang dihadapi bangsa.


"Jangan sampai di balik seperti sekarang hanya menjadi domain partai atau koalisi untuk menentukan nama capres-cawapres tanpa membekali mereka dengan platform, termasuk kelak ketika sudah ada nama capres-cawapres," ujarnya.

Ketiga, partai-partai yang sedang mengusahakan untuk menutup celah berpolarisasi.

"Publik dan elit mau tak mau mesti membawa argumen, rasionaliasi, serta rekam-jejak koalisi/capres-cawapres saat platformnya diuji dan diadu, untuk memastikan koalisi atau capres yang tampil memang pantas untuk dipilih," ujarnya.

RAHMA DWI SAFITRI

Baca: Pengamat: Jika Nasdem, PKS, dan Demokrat Berkoalisi Usung Capres Bisa Jadi Kuda Hitam

Berita terkait

Gerindra Sebut Ketidakhadiran Prabowo di Halalbihalal PKS Bukan Sinyal Penolakan

1 jam lalu

Gerindra Sebut Ketidakhadiran Prabowo di Halalbihalal PKS Bukan Sinyal Penolakan

Sufmi Dasco membantah, ketidakhadiran Presiden Terpilih Prabowo Subianto dalam acara Halalbihalal yang digelar PKS merupakan sinyal penolakan

Baca Selengkapnya

Selain soal Sikap Politik, Hasto Sebut Rakernas PDIP Akan Bahas Strategi Hadapi Pilkada 2024

2 jam lalu

Selain soal Sikap Politik, Hasto Sebut Rakernas PDIP Akan Bahas Strategi Hadapi Pilkada 2024

Rakernas PDIP yang berlangsung pada 24 sampai 26 April itu akan memutuskan target di Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Prabowo Tak Hadiri Halalbihalal PKS, Pengamat Sebut Sinyal Penolakan

3 jam lalu

Prabowo Tak Hadiri Halalbihalal PKS, Pengamat Sebut Sinyal Penolakan

Pakar menduga, Prabowo belum menemukan titik temu untuk membuka komunikasi dengan PKS.

Baca Selengkapnya

Sekjen PKS Beri Sinyal Gabung ke Prabowo: Kami Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

4 jam lalu

Sekjen PKS Beri Sinyal Gabung ke Prabowo: Kami Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

PKS beri sinyal bakal bergabung dengan pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka setelah dua periode berada di luar pemerintah.

Baca Selengkapnya

Soal Sikap Usai Pilpres 2024, PDIP Akan Pertimbangkan Suara dari Bawah

5 jam lalu

Soal Sikap Usai Pilpres 2024, PDIP Akan Pertimbangkan Suara dari Bawah

Penentuan PDIP usai Pilpres 2024 nantinya akan dibahas dalam rakernas bersamaan dengan evaluasi peta politik pada pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Surya Paloh Soal Peluang PKS Ikut Merapat ke Prabowo: Pandangan Saya Baik

6 jam lalu

Surya Paloh Soal Peluang PKS Ikut Merapat ke Prabowo: Pandangan Saya Baik

Ketua Umum NasDem Surya Paloh menanggapi kemungkinan jika PKS bergabung dengan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Anies soal Kemungkinan Jadi Menteri di Pemerintahan Prabowo: Saya Tidak Berandai-andai

7 jam lalu

Anies soal Kemungkinan Jadi Menteri di Pemerintahan Prabowo: Saya Tidak Berandai-andai

Anies Baswedan mengomentari peluang bergabung dalam pemerintahan Prabowo-Gibran sebagai menteri.

Baca Selengkapnya

Belum Siapkan Nama Menteri, NasDem Fokus Dua Hal Ini

7 jam lalu

Belum Siapkan Nama Menteri, NasDem Fokus Dua Hal Ini

Prabowo belum menawarkan kursi menteri, Partai Nasdem fokus pada kepemimpinan ide dan rekonsiliasi.

Baca Selengkapnya

Akui Belum Dapat Tawaran Menteri dari Prabowo, Surya Paloh: Siapa Kita?

8 jam lalu

Akui Belum Dapat Tawaran Menteri dari Prabowo, Surya Paloh: Siapa Kita?

Prabowo belum menawarkan posisi menteri untuk Partai NasDem.

Baca Selengkapnya

5 Hal tentang Ganjar Pranowo Setelah Berakhirnya Pilpres 2024 dan Putusan MK

11 jam lalu

5 Hal tentang Ganjar Pranowo Setelah Berakhirnya Pilpres 2024 dan Putusan MK

Ganjar Pranowo menegaskan sikap politiknya untuk tidak bergabung pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo-Gibran

Baca Selengkapnya