Pemilu 2024, Surya Paloh: Indonesia Butuh Pemimpin yang Bisa Bangkit

Reporter

Mutia Yuantisya

Editor

Juli Hantoro

Kamis, 16 Juni 2022 10:19 WIB

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh saat menyampaikan pidato dalam Apel Siaga Baret Garda Pemuda NasDem di Parkir Timur Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu, 15 Juni 2022. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengatakan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang bisa bangkit pascapandemi, mampu menjaga eksistensi negeri ini di tengah gelombang perubahan dunia.

“Untuk itulah, pada kesempatan ini saya ingin menegaskan, kita harus tetap konsisten dengan semangat partai yang mampu menentukan arah perjalanan untuk bangsa yang kita cintai, kita memang semestinya menjaga harmonisasi dengan seluruh institusi politik,” kata Paloh dalam pembukaan Rakernas NasDem di JCC Senayan, Rabu malam, 15 Juni 2022.

Menurutnya, dalam menentukan calon untuk berlaga di Pilpres 2024, hal paling prinsip, yaitu NasDem sebagai partai yang merdeka menentukan arah.

“Ini yang kita miliki, maka pada rakernas ini, saya berharap seluruh aspirasi dalam memilih calon pemimpin nasional pada Pemilu 2024 yang akan datang, lakukanlah tanpa tekanan dan itu adalah hak saudara dan kedaulatan dalam Partai NasDem,” ujarnya.

Dia percaya, NasDem masih memiliki calon terbaik dari yang baik. Dari beberapa nama akan berproses menjadi tiga nama yang akan mendapat rekomendasi dan diajukan kepada dirinya sebagai ketua umum partai.

Advertising
Advertising

“Tentu saya harus kontemplasi, tingkat rasional obyektivitas, dan untuk itu kita akan mempertaruhkan segala risiko untuk membangun. Tetaplah jalankan rakernas dan disiplin diri untuk membuktikan partai ini memiliki kemampuan yang memiliki ketangguhan dan etos diri yang kuat untuk memberi sesuatu yang berarti,” ucapnya.

Selain itu, Paloh mengatakan pengalaman pada dua pemilihan umum sebelumnya sebagai pelajaran bahwa Pemilu adalah amanah konstitusi bukan ajang adu domba, apalagi pecah belah.

“Justru terlalu jika berkuasa 5-10 tahun, kita mengorbankan apa yang telah kita capai dalam kurun waktu yang panjang, bangunan keutuhan bangsa. Masa ini adalah masa pemulihan bukan hanya dari persaingan politik, tetapi juga dampak pandemi Covid yang tidak menyerang aspek kesehatan tapi ekonomi dan sosial,” katanya.

Menurutnya, persoalan-persoalan identitas bukan lagi persoalan ancaman. Sebab, sudah bersatu menjadi Indonesia. Mengingat, pendiri bangsa sudah mendirikan bangsa untuk semua bukan untuk satu orang.

“Tidak ada lagi kami dan kalian, tidak ada lagi kelompokku dan kelompokmu, hanya ada satu kata, kita Indonesia. Mereka pun Indonesia, kita cinta bangsa dan negara ini, mereka pun tak kalah juga cintanya untuk negara ini,” kata Paloh.

Baca juga: Surya Paloh: Partai NasDem Tidak Selalu Membebek Survei dalam Menentukan Capres

MUTIA YUANTISYA

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Relawan Tak Menolak Partai Pendukung Anies Gabung ke Pemerintahan Prabowo

2 jam lalu

Relawan Tak Menolak Partai Pendukung Anies Gabung ke Pemerintahan Prabowo

Relawan tak menolak jika partai pendukung Anies-Muhaimin ingin bergabung dengan pemerintahan baru Prabowo - Gibran.

Baca Selengkapnya

Soal Pesan Luhut ke Prabowo, Pengamat Sebut 'Orang Toxic' Bisa Menyasar Siapapun

2 jam lalu

Soal Pesan Luhut ke Prabowo, Pengamat Sebut 'Orang Toxic' Bisa Menyasar Siapapun

Menurut Adi, menteri toxic yang dimaksud Luhut bisa menjadi racun bagi presiden dan merugikan pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Alasan Cak Imin Ingin Koalisi Perubahan Berlanjut di Pilkada Aceh

4 jam lalu

Alasan Cak Imin Ingin Koalisi Perubahan Berlanjut di Pilkada Aceh

Koalisi Perubahan dapat mengusung calon gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada Aceh.

Baca Selengkapnya

Soal Partai di Luar KIM Gabung Koalisi Prabowo, Gerindra Sebut Tak Pernah Punya Masalah dengan PKS

19 jam lalu

Soal Partai di Luar KIM Gabung Koalisi Prabowo, Gerindra Sebut Tak Pernah Punya Masalah dengan PKS

Politikus Gerindra mengatakan belum ada komunikasi langsung dari PKS untuk bergabung dengan koalisi Prabowo.

Baca Selengkapnya

Pakar Ulas Sengketa Pilpres: MK Seharusnya Tidak Berhukum secara Kaku

1 hari lalu

Pakar Ulas Sengketa Pilpres: MK Seharusnya Tidak Berhukum secara Kaku

Ahli Konstitusi UII Yogyakarta, Ni'matul Huda, menilai putusan MK mengenai sengketa pilpres dihasilkan dari pendekatan formal legalistik yang kaku.

Baca Selengkapnya

NasDem dan PKB Dukung Prabowo, Zulhas: Biasa Saja, Masyarakat Jangan Baper

1 hari lalu

NasDem dan PKB Dukung Prabowo, Zulhas: Biasa Saja, Masyarakat Jangan Baper

Zulhas menganggap dukungan dari NasDem dan PKB ke Prabowo sebagai sesuatu yang biasa saja. Ia mengimbau masyarakat tak baper.

Baca Selengkapnya

Menang Telak di Aceh saat Pilpres 2024, Anies: Terima Kasih Orang-orang Pemberani

2 hari lalu

Menang Telak di Aceh saat Pilpres 2024, Anies: Terima Kasih Orang-orang Pemberani

Anies Baswedan mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Aceh karena telah memberi dukungan di Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Nasdem, PKS, dan Perindo Jajaki Koalisi pada Pilkada 2024 di Sulsel

2 hari lalu

Nasdem, PKS, dan Perindo Jajaki Koalisi pada Pilkada 2024 di Sulsel

Nasdem Sulsel menyatakan komunikasi politik tetap terbuka dengan partai lain guna menghadapi Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

CekFakta #258 Energi Positif yang Palsu selama Pilpres 2024

2 hari lalu

CekFakta #258 Energi Positif yang Palsu selama Pilpres 2024

Toxic Positivity; Energi Positif yang Palsu selama Pilpres 2024

Baca Selengkapnya

Sidang Sengketa Pileg, Hakim Arief Hidayat Bingung Tanda Tangan Surya Paloh Beda

2 hari lalu

Sidang Sengketa Pileg, Hakim Arief Hidayat Bingung Tanda Tangan Surya Paloh Beda

Hakim MK Arief Hidayat menyinggung tanda tangan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh yang berbeda di suratarie kuasa dan KTP.

Baca Selengkapnya