Hari Ini Tahun 1969, Aktivis Soe Hok Gie Meninggal di Semeru

Reporter

Tempo.co

Editor

Dwi Arjanto

Kamis, 16 Desember 2021 17:36 WIB

Soe Hok Gie. (net)

TEMPO.CO, Jakarta -Hari ini 52 tahun lalu atau tepatnya 1969, aktivis Soe Hok Gie pergi untuk selamanya di ketinggian Semeru.

Bagi mahasiswa tak asing dengan nama Soe Hok Gie yang menjadi ikon idealisme angkatan 66 dan awal Orde Baru. Seorang aktivis yang gemar mengkritik pemerintah melalui tulisan-tulisannya yang tajam. Berikut profil singkatnya.

Soe Hok Gie merupakan sosok yang dikenal karena pemikiran kritisnya saat rezim orde lama dan orde baru. Gie lahir pada 17 Desember 1942 di Jakarta. Gie merupakan putra dari pasangan Soe Lie Pit dan Nio Hoe An.

Anak keempat dari lima bersaudara ini sudah dekat dengan sastra sejak kecil. Melihat ayahnya adalah seorang novelis. Serta, hobi kecilnya mengunjungi perpustakaan umum bersama Soe Hok Djin, kakak Gie.

Setelah lulus dari SMA Kolese Kanisius jurusan sastra, ia meneruskan kuliah di Universitas Indonesia dengan mengambil jurusan sejarah, fakultas sastra. Selama berkuliah, ia sering memberikan tulisan-tulisan kritis terhadap kepemimpinan Presiden Soekarno.

Tak luput dari kritiknya, Partai Komunis Indonesia (PKI) juga turut menjadi objek bahasan karena sebagai partai yang berkembang di Indonesia saat itu.

Peserta aksi 121 membawa poster berisi kutipan Soe Hok Gie saat melakukan demo untuk menuntut pemerintah mencabut keputusan menaikkan harga berbagai bahan pohok di depan Istana Merdeka, Jakarta, 12 Januari 2016. TEMPO/Subekti

Selain masa orde lama, Gie merupakan orang pertama yang memberikan kritikan pedas rezim Orde Baru. Seperti pada karya-karyanya mengenai pembantaian massal anggota PKI setelah G30S.

Advertising
Advertising

Mengutip buku “Catatan Seorang Demonstran” yang diterbitkan oleh LP3ES, Gie kerap kali melayangkan kritikan pada penguasa negara karena ingin menolong rakyat yang tertindas.

Gie terus menulis kritik tersebut walaupun mendapat banyak caci makian dari berbagai pihak. Bahkan Gie sering mendapat cemooh dengan membawa keturunannya.

Gie sering menulis dan dimuat pada media massa seperti Kompas, Indonesia Raya, Mahasiswa Indonesia, Harian Kami, dan Cahaya Keinginan.

Gie juga telah merilis beberapa buku, seperti pada 1983 dengan tajuk “Catatan Seorang Pengunjuk Rasa”, pada 1995 dengan buku bertajuk “Jaman Perubahan”, pada 1997 dengan buku bertajuk “Beberapa Orang di Persilangan Kiri Jalan”, dan pada 1999 dengan buku bertajuk “Di Bawah Lentera Merah”.

Gie meninggal pada 16 Desember 1969 ketika mendaki Gunung Semeru. Ia meninggal karena menghirup asap beracun dari kawah gunung. Gie meninggal bersama Idhan Dhanvantari Lubis, teman mendakinya. Ia dimakamkan pada 24 Desember 1969 di Menteng Pulo. Kemudian, dipindahkan ke Pekuburan Kober Tanah Abang.

Namun, Pekuburan Kober dibongkar oleh Ali Saikin pada 1975 sehingga harus dipindahkan. Akan tetapi, keluarga dan kerabatnya menolak, serta memilih untuk dikremasi. Akhirnya jasad Soe Hok Gie dibakar serta abunya disebar di Gunung Pangrango. Semeru menjadi lokasi embusan nafas terakhir, dan Pangrango adalah ujung perabukannya.

JACINDA NUURUN ADDUNYAA
Baca juga : Top 3 Tekno Berita Kemarin: Sebab Covid-19 Menurun, Ancaman Lain di Semeru

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Longsor dan Banjir di Wilayah Gunung Semeru: 3 Tewas, 17 Jembatan Rusak, Akses Lumajang-Malang Terputus

7 hari lalu

Longsor dan Banjir di Wilayah Gunung Semeru: 3 Tewas, 17 Jembatan Rusak, Akses Lumajang-Malang Terputus

Bencana banjir dan longsor yang dipicu intensitas hujan yang tinggi di wilayah Gunung Semeru menimbulkan korban jiwa dan merusak sejumlah fasilitas

Baca Selengkapnya

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

7 hari lalu

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

Tie Soeharto menggagas dibangunnya TMII sebagai proyek mercusuar pemerintahan Soeharto. Proses pembangunannya menuai pro dan kontra.

Baca Selengkapnya

Setidaknya 11 Jembatan di Lumajang Rusak Akibat Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

7 hari lalu

Setidaknya 11 Jembatan di Lumajang Rusak Akibat Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

Setidaknya ada 11 jembatan di Lumajang yang dilaporkan rusak akibat banjir lahar dingin Gunung Semeru.

Baca Selengkapnya

3 Orang Meninggal Akibat Longsor dan Lahar Dingin di Kawasan Gunung Semeru

7 hari lalu

3 Orang Meninggal Akibat Longsor dan Lahar Dingin di Kawasan Gunung Semeru

Satu warga meninggal akibat tertimbun material longsor dan dua warga meninggal akibat terbawa arus lahar dingin Gunung Semeru

Baca Selengkapnya

Selain Erupsi Gunung Ruang, Aktivitas Lewotobi Laki-laki sampai Semeru dan Gamalama Sedang Naik

8 hari lalu

Selain Erupsi Gunung Ruang, Aktivitas Lewotobi Laki-laki sampai Semeru dan Gamalama Sedang Naik

Aktivitas gunung berapi tidak hanya terjadi pada Gunung Ruang , tapi juga Lewotobi Laki-laki sampai Gamalama dan Semeru.

Baca Selengkapnya

Jembatan yang Dilintasi Mendadak Putus, Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Lahar Dingin Gunung Semeru

8 hari lalu

Jembatan yang Dilintasi Mendadak Putus, Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Lahar Dingin Gunung Semeru

Sepasang suami-istri menjadi korban lahar dingin Gunung Semeru. Mereka jatuh ke sungai saat jembatan yang mereka lintasi terputus.

Baca Selengkapnya

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

8 hari lalu

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

Lahar dingin dari Gunung Semeru meningkatkan debot air daerah Sungai Regoyo di Lumajang. Warga sekitar mengungsi mandiri.

Baca Selengkapnya

Warga Lumajang Evakuasi Mandiri Pasca Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

8 hari lalu

Warga Lumajang Evakuasi Mandiri Pasca Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

Banjir lahar dingin itu menyebabkan debit air Daerah Aliran Sungai (DAS) Regoyo meluap hingga merendam permukiman warga pada Kamis, pukul 19.30 WIB.

Baca Selengkapnya

64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

10 hari lalu

64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang masih eksis sampai saat ini.

Baca Selengkapnya

Aktivitas Gunung Semeru Semakin Intens, Warga Diminta Waspadai Awan Panas, Guguran Lava dan Lahar

10 hari lalu

Aktivitas Gunung Semeru Semakin Intens, Warga Diminta Waspadai Awan Panas, Guguran Lava dan Lahar

Badan Geologi masih mempertahankan status aktivitas Gunung Semeru berada di Level III atau Siaga dengan penambahan rekomendasi.

Baca Selengkapnya