TEMPO Interaktif, Jakarta:Sekretaris Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran memaparkan untuk 34,96 juta jiwa penduduk miskin (15.42 persen dari total penduduk) anggarannya hanya Rp 5,1 triliun. "Asumsi besar layanan kesehatan Rp 145/org/tahun," ungkap Sekretaris Jenderal FITRA Yuna Farhan di Jakarta Senin (5/1)
Besarnya anggaran ini diperparah dengan alokasi gizi buruk yang hanya 3 persen dari total anggaran (Rp 489 milyar). Padahal ada 33 juta balita penderita gizi buruk (data Badan Pusat Statistik 2007). Maka alokasinya, Yuna melanjutkan hanya Rp 14.818/kasus balita/tahun.
"Tidak mengherankan kasus gizi buruk meningkat dan alokasinya menurun," keluhnya. Anggaran Gizi buruk 2008 memang turun dari 2007 yang sebesar 3,8 persen dari total anggaran (Rp 667,5 milyar). Total anggaran kesehatan 2008 sendiri hanya 2,5 persen dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (Rp 18.8 triliun) dan itupun masih melingkupi Rp 1,5 triliun dana asing.
Seharusnya anggaran kesehatan 15 persen dari total anggaran. "Ini sesuai Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs)," tambah Yuna.
Situasi pada 30 daerah dalam penelitian FITRA menunjukkan anggaran kesehatan hanya 3,8 persen (setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus). "Agak mengembirakan karena biaya langsung lebih besar," ujar Divisi Resource Center FITRA M. Maulana. Proporsi belanja langsung sebesar 54,1 persen biasanya digunakan untuk membeli obat-obatan dan alat kesehatan.
DIANING SARI
Besarnya anggaran ini diperparah dengan alokasi gizi buruk yang hanya 3 persen dari total anggaran (Rp 489 milyar). Padahal ada 33 juta balita penderita gizi buruk (data Badan Pusat Statistik 2007). Maka alokasinya, Yuna melanjutkan hanya Rp 14.818/kasus balita/tahun.
"Tidak mengherankan kasus gizi buruk meningkat dan alokasinya menurun," keluhnya. Anggaran Gizi buruk 2008 memang turun dari 2007 yang sebesar 3,8 persen dari total anggaran (Rp 667,5 milyar). Total anggaran kesehatan 2008 sendiri hanya 2,5 persen dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (Rp 18.8 triliun) dan itupun masih melingkupi Rp 1,5 triliun dana asing.
Seharusnya anggaran kesehatan 15 persen dari total anggaran. "Ini sesuai Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs)," tambah Yuna.
Situasi pada 30 daerah dalam penelitian FITRA menunjukkan anggaran kesehatan hanya 3,8 persen (setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus). "Agak mengembirakan karena biaya langsung lebih besar," ujar Divisi Resource Center FITRA M. Maulana. Proporsi belanja langsung sebesar 54,1 persen biasanya digunakan untuk membeli obat-obatan dan alat kesehatan.
DIANING SARI
