Suara Mahasiswa tentang Kebebasan Berekspresi: Sikap Kritis Tidak Dilindungi

Reporter

Tempo.co

Minggu, 22 Agustus 2021 17:16 WIB

Massa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) melakukan aksi unjuk rasa di kawasan Kuningan Persada, Jakarta, Rabu, 16 Juni 2021. ANTARA/M Risyal Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Kebebasan berekspresi di kampus terberangus lagi. Belum lama ini Dekanat Universitas Bengkulu (Unib) membekukan kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) periode 2021-2022. Dekan FH Unib pun tidak menjelaskan alasan pembekuan tersebut.

Pembekuan itu terjadi setelah BEM FH Bengkulu melayangkan serangkaian kritik kepada pihak kampus. Melalui akun instagramnya, @bem.fhunib mengkritik birokrasi pelayanan mahasiswa di kampus, seperti masalah administrasi dan akademik yang berbelit, dan transparansi pendanaan kegiatan organisasi mahasiswa.

Kejadian yang sama juga terjadi di Universitas Indonesia (UI). Seusai mengkritik Presiden Joko Widodo, sejumlah pengurus BEM UI dipanggil oleh Rektrorat UI. Langkah pemanggilan ini pun mendapat kritik dari sejumlah pihak, mulai dari politisi, LSM, akademisi, hingga mahasiswa.

Pemimpin Redaksi Suara Mahasiswa UI, Nada Salsabila menyayangkan kejadian yang mencederai kebebasan ekspresi di kampus masih terus terjadi belakangan ini. Menurutnya, pembekuan BEM di Universitas Bengkulu dan pemanggilan BEM UI oleh rektorat itu bakal membahayakan iklim demokrasi di kampus.

Sebagai mahasiswa UI, Nada melihat adanya penurunan kualitas kebebasan berekspresi di kampusnya. Ia menyebut pemanggilan fungsionaris BEM UI terkait postingan kritik sebagai salah satu contohnya. Menurutnya, pemanggilan itu tidak dapat dibiarkan karena seharusnya kampus menjamin hak-hak mahasiswanya, termasuk hak berekspresi.

Advertising
Advertising

Tanggapan serupa juga disampaikan oleh Zaadila Muftial Mabrur, perwakilan Aliansi Mahasiswa UGM. Menurutnya, tindakan yang dilakukan oleh Dekanat FH Unib dan Rektorat UI mencerminkan sikap anti-kritik dan terkesan otoriter.

Mufti pun menyayangkan kecendrerungan pihak kampus yang membatasi, bahkan tidak melindungi hak mahasiswanya dalam berekspresi. “Budaya kritis bukan saja tidak dijunjung, bahkan sekadar dilindungi pun tidak,” kata Mufti.

Sementara itu, Annisa Nurul Hidayah, aktivis Gerakan Perempuan (Gerpuan) UNJ mempertanyakan sikap politik birokrat kampus yang otoriter. Pasalnya, pembekuan tersebut tidak berdasarkan argumentasi yang jelas. Ia menilai sikap otoriter tersebut bakal mematikan budaya kritis dan memberangus hak berekspresi mahasiswanya.

Perempuan yang akrab dipanggil Nisyu ini juga menyoroti kecenderungan pihak kampus yang berupaya menjaga nama baik kampus. Sayangnya, kecenderungan ini membuat banyak kampus yang anti-kritik dan melarang mahasiswanya vokal terhadap isu-isu terkait kebijakan kampus. Misalnya, isu uang kuliah, kekerasan seksual, dan kritik terhadap pemerintah.

“Nama baik kampus bisa dijaga apabila kultur kritik dan otokritik tetap ada. Seharusnya kampus menjaga hak-hak mahasiswanya, termasuk hak berekspresi,” kata Nisyu kepada Tempo.co melalui pesan WhatsApp. Nisyu berharap tindakan memalukan yang mencederai marwah pendidikan seperti ini tidak dilakukan lagi oleh institusi pendidikan.

Senada dengan Nisyu, Nada berpendapat bahwa kampus harusnya dapat memelihara iklim demokrasi dengan melindungi kebebasan berekspresi. Ia menambahkan, seharusnya kampus bisa menjadi pengawas jalannya pemerintahan. “Saya harap seluruh kampus di Indonesia tidak bertindak sebagai perpanjangan tangan otoritas dan selalu sejalan dengan kepentingan pemerintah saja,” kata Nada.

Sementara itu, Mufti berharap adanya kebebasan berekspresi, pikiran dan ruang dialog yang terbuka di kampus. Hal ini agar pihak kampus bisa untuk menerima kritik dan mengakui kesalahan sebagai hal yang wajar. “Sehingga tidak perlu ada cara atau gestur yang mengancam mahasiswa. Sebab, mahasiswa bersuara bukan mencari keributan, tetapi mencari kepastian,” kata Mufti, menegaskan.

M. RIZQI AKBAR

Baca: Mahasiswa Surabaya Khawatirkan Kemunduran Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi

Berita terkait

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

7 jam lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

12 jam lalu

Polisi Philadelphia Tolak Permintaan Kampus UPenn untuk Serbu Demo Dukung Palestina

Kepolisian Philadelphia menolak permintaan Universitas Pennsylvania untuk membubarkan paksa perkemahan mahasiswa pendukung demo Palestina

Baca Selengkapnya

Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

13 jam lalu

Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) di Kampus UGM diikuti sebanyak 18.726 peserta.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

14 jam lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

20 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

21 jam lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

21 jam lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

1 hari lalu

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya

70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

1 hari lalu

70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

1 hari lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya