Terumbu Karang dalam Ancaman Krisis Iklim, Apa Bahayanya?

Rabu, 23 Juni 2021 16:30 WIB

Terumbu Karang dalam Ancaman Krisis Iklim, Apa Bahayanya? | Foto: Webinar "Nasib Terumbu Karang di Tengah Krisis Iklim"

Terumbu karang merupakan salah satu biota laut yang paling terdampak krisis iklim. Terumbu karang bukan sekedar tempat tinggal ikan dan biota laut lainnya, melainkan juga sebagai daya tarik wisata yang amat berharga. Belum banyak yang tahu, Indonesia berada di Coral Triangle. Coral Triangle adalah pusat keanekaragaman laut dan terumbu karang yang meliputi laut Indonesia, Filipina dan Malaysia. Bisa dibilang, Indonesia Timur menjadi benteng terakhir keanekaragaman hayati laut. Sebab, sebanyak 25.000 kilometer persegi luas terumbu karang di Indonesia atau 10 persen di dunia, namun hanya tersisa 6,5 persen saja yang masuk kategori sangat baik yakni di daerah Indonesia Timur.

Perlu diketahui, kerusakan terumbu karang paling besar disebabkan karena krisis iklim. Sebanyak 55% kerusakan terumbu karang disebabkan langsung oleh kegiatan manusia. Dalam Webinar yang bertajuk “Nasib Terumbu Karang di Tengah Krisis Iklim” yang diselenggarakan Penjaga Laut, Ocean Program Manager Econusa, Wiro Wirandi mengatakan terdapat berbagai jenis ancaman yang bisa merusak terumbu karang, ancaman terbesarnya akibat krisis iklim.

“Krisis iklim menjadi ancaman terbesar dari terumbu karang secara global karena menyebabkan kepanasan. Terumbu karang hanya dapat hidup dalam suhu 26 - 28 derajat celcius. Jadi kalau lebih dari itu, dia akan kepanasan maka akan muncul warna putih (coral bleaching). Ini tandanya terumbu karang sedang sekarat.” ujar Wiro.

Selain itu, Wiro juga menjelaskan ancaman lainnya yang membahayakan terumbu karang seperti bom laut, racun laut, adanya penggusuran, terumbu karang tertutup tanah, terkena limbah minyak dan kelebihan CO2.

Ancaman terhadap terumbu karang ini muncul karena akar masalah yang belum terselesaikan. Wiro Wirandi menuturkan lima poin akar masalah yang mengancam terumbu karang yaitu akibat keinginan politik kolektif, manajemen terumbu karang, kemiskinan di pesisir pantai akibat nelayan merugi karena tidak ada ikan yang bisa ditangkap, open access (tidak adanya pembatasan akses ke terumbu karang) dan UUCK (Undang-Undang Cipta Kerja).

Advertising
Advertising

“Ini juga bahaya karena UUCK ingin kita memiliki izin usaha, jadi dengan gampangnya memberikan izin usaha sehingga kapal-kapal dapat masuk ke daerah terumbu karang, bisa bertambahnya kapal-kapal penangkapan, pembangunan di Indonesia Timur ada yang saya dengar Maluku sebagai lumbung ikan nasional nanti mau bagaimana juga belum tahu dan itu sudah menimbulkan konflik. Kemudian setelah itu pastinya overfishing musuh utamanya.” tutur Wiro.

Sejalan dengan pemikiran Wiro Wirandi, artis sekaligus aktivis lingkungan, Nadine Chandrawinata juga mengungkapkan jika terumbu karang di Indonesia mengalami ancaman kepunahan maka akan membahayakan kehidupan manusia.

“Laut dan gunung sama-sama penting untuk kehidupan kita, banyak yang belum memahami porsinya. Sebenarnya yang memberikan banyak oksigen lautan atau daratan? Dan kita negara kepulauan lho. Bumi ini 70 persen lautan yang mana 70 persen ini mengeluarkan oksigen. Kalau di daratan ada pohon untuk mengeluarkan oksigen, di lautan ada yang namanya Phytoplankton. Phytoplankton ini lah yang mengeluarkan oksigen sehingga harus dijaga rantai makanannya.” ungkap Nadine.

Celakanya, dengan berbagai ancaman yang dihadapi terumbu karang, kemungkinan terburuk dari krisis iklim ini, pada tahun 2100 diprediksi sudah tidak ada lagi terumbu karang. Lalu, pada 2050 akan lebih banyak sampah daripada ikan. Yang paling merasakan dampak ini nantinya adalah nelayan dan masyarakat pesisir pantai yang perekonomiannya akan semakin rendah karena tidak adanya pekerjaan. Lebih dari itu, dampak paling besar adalah pada kelangsungan hidup manusia.

Oleh karena itu, Penjaga Laut mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melakukan aksi nyata guna mengurangi dampak krisis iklim dan ancaman kepunahan terumbu karang. Caranya dengan mengurangi penggunaan sampah plastik sebanyak mungkin (zero waste), tidak meledakkan bom dan meracuni laut, tidak menginjak-injak terumbu karang, melakukan pembatasan wisata bahari, melakukan upaya perbaikan atau konservasi terumbu karang, dll.

Berita terkait

Tiga Aspek Membangun Pendidikan Ala Marten Taha

1 jam lalu

Tiga Aspek Membangun Pendidikan Ala Marten Taha

Pembangunan sumber daya manusia menjadi prioritas Wali Kota Gorontalo Marten Taha. Program serba gratis sejak lahir hingga meninggal, dari sekolah sampai kesehatan.

Baca Selengkapnya

PLN Bantu Nelayan Bangka Belitung Pangkas Biaya Operasional Lewat Electrifying Marine

1 jam lalu

PLN Bantu Nelayan Bangka Belitung Pangkas Biaya Operasional Lewat Electrifying Marine

PT PLN (Persero) menyalurkan bantuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) lewat program Electrifiying Marine kepada nelayan di Desa Suak Gual.

Baca Selengkapnya

Dirut PLN Paparkan Kesiapan Ekosistem Kendaraan Listrik

1 jam lalu

Dirut PLN Paparkan Kesiapan Ekosistem Kendaraan Listrik

PLN mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di tanah air

Baca Selengkapnya

KKP Apresiasi Stakeholder Pemanfaatan Ruang Laut

18 jam lalu

KKP Apresiasi Stakeholder Pemanfaatan Ruang Laut

Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas kepatuhan dan peran aktif mitra Ditjen PKRL dalam penyelenggaraan KKPRL sekaligus sebagai wujud nyata dukungan terhadap keberlanjutan pemanfaatan ruang laut.

Baca Selengkapnya

Safari Silaturahmi, Golkar Banten Bertemu Empat Parpol

18 jam lalu

Safari Silaturahmi, Golkar Banten Bertemu Empat Parpol

Golkar Banten diperintahkan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) agar melakukan silaturahmi dengan seluruh parpol di Banten.

Baca Selengkapnya

NMC Deklarasikan Dukungan untuk Nikson Cagub Gubsu

19 jam lalu

NMC Deklarasikan Dukungan untuk Nikson Cagub Gubsu

Nikson Nababan merupakan simbol perubahan. Selain itu, sebagai perwujudan dari konsep pluralisme Sumatera Utara. Dia juga dipandang sebagai pemimpin yang berasal dari kalangan rakyat dan mengalami proses dari bawah.

Baca Selengkapnya

Bersiap Maju Pilkada, Bupati Petahana Buru Selatan Ambil Formulir ke Partai

1 hari lalu

Bersiap Maju Pilkada, Bupati Petahana Buru Selatan Ambil Formulir ke Partai

Pengambilan formulir ke PKB, Nasdem, hingga PSI.

Baca Selengkapnya

Bank Mandiri Pastikan Komitmen Keberlanjutan melalui BMSG on Preference

1 hari lalu

Bank Mandiri Pastikan Komitmen Keberlanjutan melalui BMSG on Preference

Acara ini bertujuan meningkatkan kesadaran, serta peran pegawai Mandiri untuk menerapkan ESG dalam operasional perseroan.

Baca Selengkapnya

Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

1 hari lalu

Hasil RUPST: Telkom Bagikan Dividen 17,68 Triliun Rupiah

Dividen sebesar Rp 178,50 per lembar saham tersebut akan diberikan pada 17 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Bamsoet Ingatkan Sisi Gelap Kemajuan Teknologi

1 hari lalu

Sosialisasi Empat Pilar MPR, Bamsoet Ingatkan Sisi Gelap Kemajuan Teknologi

Hasil survei Digital Civility Index oleh Microsoft tahun 2020, menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling 'tidak sopan' di kawasan Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya