Terpopuler Nasional: Novel Baswedan Tolak Seluruh Hasil TWK dan Survei Ganjar

Reporter

Tempo.co

Jumat, 28 Mei 2021 06:44 WIB

Penyidik Senior KPK Novel Baswedan menyapa wartawan saat tiba di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin, 24 Mei 2021. Perwakilan 75 pegawai KPK yang dinyatakan tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) didampingin beberapa lembaga hukum melakukan pengaduan terkait dugaan pelanggaran HAM pada asesmen TWK. TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Dua berita terpopuler dan paling banyak dibaca pada Kamis kemarin di antaranya, Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, mengatakan menolak seluruh hasil Tes Wawasan Kebangsaan. Yang kedua, hasil survei kembali menyebutkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memiliki elektabilitas capres paling tinggi dibandingkan tokoh lainnya. Berikut rangkumannya:

1. Novel Baswedan: Jika Saya Masuk 24 Orang yang Lulus, Saya Menolak

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, mengatakan menolak seluruh hasil Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). “Saya pun jika masuk 24 nama itu, akan menolak,” kata dia di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis, 27 Mei 2021.

Novel mengatakan tidak peduli apakah dia masuk daftar 51 orang yang dianggap berwarna merah atau masuk daftar 24 yang dianggap masih bisa dijadikan Aparatur Sipil Negara dengan syarat ikut pembinaan.

Sebelumnya, KPK, BKN dan sejumlah kementerian mengadakan rapat penentuan nasib 75 pegawai KPK yang tidak lolos TWK. Dari hasil rapat itu ditentukan bahwa 51 pegawai KPK diberi cap merah dan sudah tidak bisa dibina. Mereka akan diberhentikan dari KPK pada 1 November 2021.

Advertising
Advertising

Sementara, 24 sisanya dianggap masih bisa dibina. KPK menyatakan mereka masih bisa diangkat menjadi ASN asalkan lolos dalam pendidikan wawasan kebangsaan dan bela negara.

Novel menilai kedua klasifikasi yang dibuat oleh pimpinan KPK bersama Badan Kepegawaian Negara itu sama-sama penghinaan.

Terlebih, kata dia, proses Tes Wawasan Kebangsaan tidak memiliki standar yang jelas dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan juga tidak relevan. “Apabila orang distigma seolah-olah tidak Pancasilais dan segala macam itu kan menghina,” kata Novel Baswedan.


2. Survei: Elektabilitas Ganjar 20,2 Persen Ditempel Prabowo, Puan Hanya 0,7 Persen

Hasil survei yang dilakukan oleh Y-Publica menunjukkan elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tertinggi dibandingkan tokoh lainnya bahkan Puan Maharani yang hanya menempati urutan ke-12. "Elektabilitas Ganjar terus melaju hingga berhasil tembus 20,2 persen," kata Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono dalam siaran persnya, Rabu 27 Mei 2021.

Elektabilitas Ganjar pada survei kali ini melampaui Prabowo Subianto yang selama ini unggul di puncak elektabilitas. Elektabilitas Prabowo sebesar 16,7 persen dan dibayangi oleh Ridwan Kamil sebesar 15,9 persen. Sementara itu, Puan Maharani turun elektabilitasnya di bawah 1 persen, yaitu 0,7 persen.

Menurut Rudi, hal menarik jika melihat pernyataaan elite PDIP lainnya belakangan ini yang terkesan menyindir Ganjar. Ganjar dinilai terlalu berambisi menjadi calon presiden dengan lebih banyak tampil di media sosial dibandingkan bekerja di lapangan. Pada kenyataannya, kata dia, posisi kepala daerah memang cenderung semakin strategis, khususnya sejak pandemi COVID-19 melanda.

Tidak hanya Ganjar, tetapi juga Ridwan Kamil dan Anies Baswedan turut melambung elektabilitasnya, yang notabene sama-sama kepala daerah.

Selain itu ada pula mantan walikota Surabaya Tri Rismaharini yang kini menjabat Mensos serta Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Di sisi lain, kata Rudi, Puan yang digadang-gadang sebagai penerus dalam regenerasi internal PDIP tak pernah beranjak dari posisi papan bawah. "Posisi empat besar capres masih dikuasai oleh Ganjar, Prabowo, RK, dan Anies," kata Rudi.

Ganjar dan RK cenderung terus meningkat elektabilitasnya, sementara Prabowo mulai stabil dan Anies cenderung menurun.

Jika melihat tren dalam setahun terakhir, Rudi menambahkan Ganjar dan RK berpeluang menjadi pesaing kuat Prabowo. Pernyataan sejumlah elite Gerindra mengarah pada pencapresan kembali Prabowo pada Pilpres 2024 mendatang.

Survei Y-Publica dilakukan pada 1-10 Mei 2021 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilakukan melalui sambungan telepon kepada responden yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2018. Margin of error ±2,89 persen, tingkat kepercayaan 95 persen.

Berikut adalah elektabiltias capres:
Ganjar Pranowo 20,2 persen
Prabowo Subianto 16,7 persen
Ridwan Kamil 15,9 persen
Anies Baswedan 7,6 persen
Sandiaga Uno 7,3 persen
Tri Rismaharini 5,0 persen
Erick Thohir 4,1 persen
Agus Harimurti Yudohoyono 3,2 persen
Khofifah Indar Parawansa 2,4 persen
Giring Ganesha 2,1 persen
Mahfud MD 1,0 persen
Puan Maharani 0,7 persen
Airlangga Hartarto 0,5 persen
Susi Pudjiastuti 0,4 persen
Moeldoko 0,3 persen
Lainnya 0,8 persen
Tidak tahu/tidak jawab 11,8 persen

Baca: Pegawai KPK Lolos TWK Surati Pimpinan Minta Pelantikan sebagai ASN Ditunda

Berita terkait

Respons Politikus PDIP soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club

3 jam lalu

Respons Politikus PDIP soal Keinginan Prabowo Bentuk Presidential Club

Politikus Senior PDIP, Andreas Hugo Pareira, merespons soal keinginan Prabowo Subianto yang membentuk presidential club atau klub kepresidenan.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

4 jam lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

5 jam lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Gagasan Presidential Club Prabowo Disebut Bisa Cegah Tumbuhnya Brutus di Sekeliling Presiden

5 jam lalu

Gagasan Presidential Club Prabowo Disebut Bisa Cegah Tumbuhnya Brutus di Sekeliling Presiden

Partai Demokrat menyoroti mimpi SBY setahun lalu yang serupa dengan keinginan Prabowo membuat presidential club.

Baca Selengkapnya

Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

8 jam lalu

Nurul Ghufron Permasalahkan Masa Daluwarsa Kasusnya, Eks Penyidik KPK: Akal-akalan

Eks penyidik KPK, Yudi Purnomo Harahap, menilai Nurul Ghufron seharusnya berani hadir di sidang etik Dewas KPK jika merasa tak bersalah

Baca Selengkapnya

NasDem dan PKB Dukung Prabowo, Zulhas: Biasa Saja, Masyarakat Jangan Baper

9 jam lalu

NasDem dan PKB Dukung Prabowo, Zulhas: Biasa Saja, Masyarakat Jangan Baper

Zulhas menganggap dukungan dari NasDem dan PKB ke Prabowo sebagai sesuatu yang biasa saja. Ia mengimbau masyarakat tak baper.

Baca Selengkapnya

Prabowo Ingin Bentuk Presidential Club, Demokrat: Gagasan Politik Tingkat Tinggi

9 jam lalu

Prabowo Ingin Bentuk Presidential Club, Demokrat: Gagasan Politik Tingkat Tinggi

Politikus Demokrat anggap gagasan Prabowo Subianto yang ingin membentuk Presidential Club sebagai politik tingkat tinggi.

Baca Selengkapnya

Ulas Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pakar Khawatir Hukum Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat

10 jam lalu

Ulas Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pakar Khawatir Hukum Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat

Ni'matul Huda, menilai pernyataan hakim MK Arsul Sani soal dalil politisasi bansos tak dapat dibuktikan tak bisa diterima.

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

10 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Zulhas Dukung Presidential Club Usulan Prabowo

12 jam lalu

Zulhas Dukung Presidential Club Usulan Prabowo

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan alias Zulhas mendukung usulan pembentukan presidential club dari presiden terpilih Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya