Mutasi Covid-19 Lebih Menular, Epidemolog: Respon Pemerintah Harus Lebih Serius
Reporter
Egi Adyatama
Editor
Eko Ari Wibowo
Jumat, 5 Maret 2021 13:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Epidemolog dari Griffith University Dicky Budiman, mengingatkan bahwa mutasi Covid-19, yakni Sars-Cov-2 B117, dapat lebih berbahaya. Kemampuan strain baru Covid-19 itu terbukti dapat lebih menular dan mematikan.
"Pemerintah Inggris pada 22 Januari sudah mengeluarkan bahwa ini 30-40 persen lebih mematikan," kata Dicky saat dihubungi Tempo, Jumat, 5 Maret 2021.
Dicky mengatakan bila bicara dalam pemahaman epidemiologi, hal ini berarti akan lebih banyak kasus, lebih banyak orang terinfeksi, lebih banyak kasus baik ringan sampai berat, dan bisa menginfeksi semua kelompok usia.
"Dan juga artinya lebih banyak kematian. Karena apa, karena lebih cepat menular itu," kata Dicky.
Dicky menyebut hal ini juga berarti respon pemerintah harus sangat berlipat secara kualitas dan kuantitas. Ia mencontohkan Australia yang berhasil mengendalikan pandemi Covid-19. Kasus B117 di Australia, kata Dicky, terjadi pada seorang petugas kebersihan di tempat karantina. Meski Covid-19 lebih terkendali di sana, namun Dicky mengatakah pemerintah Australia menganggap serius adanya temuan ini.
Saat menemukan terdapat kasus mutasi Covid-19, pemerintah Australia langsung melakukan lockdown 3 hari di sekitar lokasi temuan, dan melakukan testing dan tracing yang masif. Sebanyak 19.125 orang dites dan 120 di antaranya dikarantina. Hasilnya, 7 orang ditemukan terpapar B117. "Ini yang dicontohkan oleh negara yang berhasil. Sehingga saat ini tak ada kasus. Makanya kita (kalau ingin) klaim kasus di Indonesia ini aman, ya harus begitu dulu. Kalau enggak itu namanya klaim tidak berdasar argumentasi," kata Dicky.
Baca: TKI dari Arab Diduga Pembawa Varian Baru Covid-19 B117 Kini Dirawat di Karawang