Kemenhan AS Temui Prabowo Subianto Bahas Program Alutsista
Reporter
Antara
Editor
Aditya Budiman
Senin, 7 Desember 2020 23:22 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyatakan Indonesia berkeinginan mengadakan beberapa alat utama sistem pertahanan atau alutsista buatan Amerika Serikat melalui program Foreign Military Sales (FMS).
Ia mengatakan hal itu saat menerima kunjungan kehormatan Pejabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Christopher C. Miller, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin, 7 Desember 2020. Namun, dia tidak merinci apa saja sistem persenjataan yang akan dibeli dari Amerika Serikat itu.
FMS merupakan program dari pemerintah Amerika Serikat tentang bantuan keamanan bagi negara-negara yang diizinkan untuk membeli sistem kesenjataan. Tak hanya itu, FMS meliputi kerja sama militer, pendidikan dan pelatihan dengan Amerika Serikat di bawah Akta Kendali Ekspor Persenjataan (AECA).
Melalui FMS, Amerika Serikat dan negara mitra akan melaksanakan kesepakatan melalui mekanisme Surat Penawaran dan Persetujuan (Letter of Offer and Acceptance/LOA). Adalah menteri luar negeri Amerika Serikat yang menentukan negara yang bisa menerima FMS, sementara menteri pertahanan yang melaksanakan programnya.
FMS bisa dibiayai oleh dana negara penerima ataupun dana dari pemerintah Amerika Serikat. Pertemuan tersebut diawali kunjungan kehormatan yang dilanjutkan dengan pertemuan bilateral antara delegasi Amerika Serikat dan Kementerian Pertahanan yang dipimpin Prabowo.
Prabowo Subianto menyebutkan Amerika Serikat adalah negara yang dekat dengan Indonesia, bahkan hubungan strategis kedua negara telah berjalan sangat baik. Ketua Umum Partai Gerindra ini berharap dapat menjaga dan mengembangkan hubungan pertahanan yang erat dan senantiasa saling menghargai dan menjaga kepentingan negara masing-masing seperti saat ini.
<!--more-->
Pada 1989, sebagai contoh, modernisasi kekuatan udara nasional ditempuh melalui Proyek Peace Bima Sena I sehingga Indonesia menjadi salah satu negara ASEAN pertama yang mengoperasikan pesawat tempur F-16A/B Fighting Falcon Block 15OCU buatan General Dinamics yang kemudian diakuisisi Lockheed Martin.
Kerja sama ini dilanjutkan lagi dengan Proyek Peace Bima Sena II yang semuanya tuntas pada Desember 2017, dimana 24 unit F-16C/D Fighting Falcon Block 52ID telah hadir di Tanah Air.
Prabowo Subianto berharap dapat meningkatkan kerja sama pertahanan di bidang pendidikan dan pelatihan dengan mengirim taruna-taruna Akademi Militer untuk belajar di Akademi Militer Amerika Serikat di West Point. Tujuannya sebagai investasi hubungan kerja sama pertahanan di masa mendatang.
Miller menjelaskan Indonesia adalah negara pertama yang dikunjungi dalam lawatan ke negara-negara di kawasan Indo Pasifik dalam masa jabatannya ini. "Hal ini karena hubungan baik kedua negara dan potensi kerja sama di masa mendatang, serta pentingnya posisi Indonesia di kawasan dan hubungan erat dengan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto," kata Miller.
Ia menyatakan hubungan kerja sama antara Indonesia dan Amerika Serikat telah berlangsung sangat lama dan memiliki ikatan yang kuat.
Dalam Dialog Keamanan Indonesia-Amerika Serikat (IUSSD) ke-18 yang belum lama dilaksanakan, kerja sama pertahanan kedua negara mengalami kemajuan seiring prioritas di bidang peningkatan kemampuan pertahanan Indonesia. Kerja sama itu tentang sistem kesenjataan, dan peningkatan profesionalisme personel pertahanan melalui pendidikan dan pelatihan.
Miller memuji kepemimpinan Prabowo yang mengedepankan membangun ikatan emosional antara perwira TNI dan perwira Angkatan Bersenjata Amerika Serikat melalui pendidikan dan pelatihan bersama demi kelancaran kerjasama pertahanan di masa mendatang.