Pemimpin Gereja Ceritakan Kronologi TNI Diduga Tembak Pendeta Yeremia di Papua

Selasa, 22 September 2020 07:02 WIB

Prajurit TNI dan Polri mengikuti upacara apel gabungan di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin 14 Oktober 2019. TNI dan Polri bersinergi untuk meningkatkan pengamanan di Wamena. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Pendeta Daniel Ronda mengatakan Pendeta Yeremia Zanambani diduga meninggal ditembak anggota TNI di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua. GKII sebelumnya menyampaikan informasi ini melalui akun Facebook-nya, GKII Pusat.

"Kami mengonfirmasi bahwa berita di Facebook itu benar, kami tidak menarik lagi pernyataan itu," kata Daniel kepada Tempo, Senin, 21 September 2020.

Daniel mengatakan GKII mendapatkan informasi dari saksi mata di lapangan dan keterangan dari pimpinan GKII wilayah Papua. Yeremia Zanambani diduga ditembak oleh TNI pada Sabtu sore pekan lalu, 19 September 2020.

"Bahwa memang diduga oknum TNI melakukan penembakan. Kami mengkonfirmasi berdasarkan laporan di lapangan," kata Daniel.

Daniel bercerita, menurut informasi yang dihimpun GKII, Yeremia sedang menuju kandang babi miliknya yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah pada Sabtu sore pekan lalu. Awalnya Yeremia pergi bersama istrinya, tetapi sang istri pulang lebih dulu ke rumah.

Advertising
Advertising

"Dia (Pendeta Yeremia) pergi, karena memang bagi orang Papua babi itu seperti emas, seperti deposito, seperti uang kita di bank, itu berharga. Istrinya ajak pulang tapi dia bilang mau tunggu sebentar karena ada urusan yang mau diselesaikan. Di situlah kejadian," kata Daniel.

Kala itu, Distrik Hitadipa memang sudah sepi lantaran adanya operasi TNI di sana. Menurut Daniel, TNI menggelar operasi karena sehari sebelumnya seorang aparat TNI dilaporkan ditembak dan senjatanya dirampas. Dalam keterangannya, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Arm Reza Nur Patria menyebut anggotanya ditembak oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB)

Pendeta Daniel mengatakan, operasi tersebut membuat rakyat dicurigai sehingga mereka ketakutan. Mereka pun meninggalkan kampung dan lari bersembunyi di hutan. Daniel mengatakan ada delapan gereja lokal dan satu sekolah alkitab yang kini kosong karena ditinggalkan para jemaat yang ketakutan.

Saat Pendeta Yeremia tertembak, kata Daniel, sang istri mendengar suara tembakan tersebut. Tokoh Suku Moni itu kemudian dikuburkan pada pukul 11.00 Ahad kemarin oleh sebagian kecil warga yang masih ada di desa.

"Begitu selesai penguburan mereka semua bubar dan hilang karena memang TNI ingin melanjutkan operasinya," kata Daniel.

Daniel pun meminta TNI melakukan investigasi secara transparan terkait peristiwa ini. GKII juga meminta pemerintah, baik Pemerintah Kabupaten Intan Jaya, pemerintah pusat, TNI, dan Kepolisian untuk bisa mengembalikan masyarakat Hitadipa kembali ke distrik mereka.

"Jangan sampai seperti kasus Nduga, masyarakat lari jauh sampai ke Wamena, ke Timika, susah kembali," ujar Daniel.

Selain itu, Daniel juga meminta perhatian Presiden Joko Widodo akan hal ini. Menurut Daniel, Presiden Jokowi pernah berjanji di depan para pemimpin gereja bahwa akan menghentikan kekerasan di tanah Papua dan melakukan pendekatan kultural.

Daniel juga meminta agar tak ada lagi korban dari warga sipil, terlebih pemimpin rohani yang sangat dicintai di Papua. Hari ini, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Pendeta Gomar Gultom juga telah menyurati Presiden Jokowi berisi permintaan serupa.

"Kami menghormati dan mengasihi Pak Jokowi, kami menghormati institusi TNI. Ini tidak ada urusan politik, ini semata-mata urusan kemanusiaan," kata Daniel.

Sebelumnya Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kapen Kogabwihan) III, Kolonel Czi IGN Suriastawa menyebut Pendeta Yeremia meninggal ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua. Suriastawa menuding KKB menyebar fitnah bahwa TNI yang melakukan penembakan.

"Mereka sedang mencari momen menarik perhatian di Sidang Umum PBB akhir bulan ini," kata Suriastawa dalam keterangan tertulis, Ahad, 20 September 2020.

Di sisi lain, Kepala Penerangan Pangdam Cenderawasih XVII Letnan Kolonel Reza Patria mengaku belum mendapat informasi detail terkait peristiwa tersebut. Reza mengakui ada dua versi informasi yang beredar ihwal pelaku penembakan. "Kami masih melakukan pendalaman," kata Reza kepada Tempo, Senin, 21 September 2020.

Berita terkait

Polisi Sebut KKB Serang Jemaat Gereja yang Sedang Ibadah Minggu di Pegunungan Bintang Papua

12 jam lalu

Polisi Sebut KKB Serang Jemaat Gereja yang Sedang Ibadah Minggu di Pegunungan Bintang Papua

Polisi menyebut Kelompok Kriminal Bersenjata menyerang jemaat gereja yang tengah ibadah minggu di Distrik Borme, Pegunungan Bintang Papua.

Baca Selengkapnya

Taman Doa Our Lady of Akita PIK 2 Resmi Dioperasikan, Jadi Destinasi Wisata Rohani

14 jam lalu

Taman Doa Our Lady of Akita PIK 2 Resmi Dioperasikan, Jadi Destinasi Wisata Rohani

Taman doa yang berlokasi di Kawasan Osaka PIK 2 yang menjadi destinasi wisata rohani ini di desain sama persis dengan gereja aslinya di Akita, Jepang.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

22 jam lalu

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

Menurut Sebby Sambom, penambahan pasukan itu tak memengaruhi sikap TPNPB-OPM.

Baca Selengkapnya

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

1 hari lalu

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

Aleksander Parapak tewas ditembak kelompok bersenjata TPNPB-OPM saat penyerangan Polsek Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

1 hari lalu

Usai Serangan TPNPB-OPM, Polda Papua Tambah Personel dan Kirim Helikopter untuk Pengamanan di Intan Jaya

Polda Papua akan mengirim pasukan tambahan setelah penembakan dan pembakaran SD Inpres oleh TPNPB-OPM di Distrik Homeyo Intan Jaya.

Baca Selengkapnya

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

1 hari lalu

Kopassus dan Brimob Buru Kelompok TPNPB-OPM Setelah Bunuh Warga Sipil dan Bakar SD Inpres di Papua

Aparat gabungan TNI-Polri kembali memburu kelompok TPNPB-OPM setelah mereka menembak warga sipil dan membakar SD Inpres di Intan Jaya Papua.

Baca Selengkapnya

Alasan TNI Pakai Computer Assisted Tes BKN dalam Penerimaan Calon Taruna 2024

2 hari lalu

Alasan TNI Pakai Computer Assisted Tes BKN dalam Penerimaan Calon Taruna 2024

Tes Kompetensi Dasar (TKD) Penerimaan Calon Taruna Akademi TNI 2024 menggunakan computer assisted test (CAT) Badan Kepegawaian Negara (BKN)

Baca Selengkapnya

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

2 hari lalu

Ketua KPU Akui Sistem Noken di Pemilu 2024 Agak Aneh, Perolehan Suara Berubah di Semua Partai

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengakui sistem noken pada pemilu 2024 agak aneh. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

2 hari lalu

Komnas HAM Papua Rekomendasikan Pasukan Tambahan ke Intan Jaya Bukan Orang Baru

Komnas HAM Papua berharap petugas keamanan tambahan benar-benar memahami kultur dan struktur sosial di masyarakat Papua.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

2 hari lalu

5 Fakta Bentrok TPNPB-OPM vs TNI-Polri di Intan Jaya, SD Dibakar Hingga Warga Pogapa Diusir

TPNPB-OPM mengaku bertanggung jawab atas pembakaran SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya pada Rabu lalu,

Baca Selengkapnya