Kisah di Balik Hengkangnya Akhyar Nasution dari PDIP ke Demokrat
Reporter
Maya Ayu Puspitasari
Editor
Eko Ari Wibowo
Senin, 27 Juli 2020 07:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana tugas Wali Kota Medan Akhyar Nasution memilih berpindah partai setelah tidak mendapat rekomendasi dari PDIP untuk maju dalam pilkada Medan 2020.
Sekretaris Badan Pemenangan Pemilihan Umum Demokrat Kamhar Lakumani mengatakan ada 2 pertimbangan yang disampaikan Akhyar saat berpindah partai. Yaitu, ia tidak mendapat ruang untuk maju dalam pilkada Kota Medan. "Ketika tidak ada saluran atau ruang politik tidak diberikan, tentu dia mencari saluran alternatif untuk tampil sebagai calon wali kota," katanya, Minggu 26 Juli 2020.
Tak hanya itu, menurut Kamhar, Akhyar sudah tidak nyaman dengan mekanisme kaderisasi dalam PDIP. Ia memanfaatkan hubungan baiknya dengan Partai Demokrat untuk cari jalan untuk bisa maju pilkada. "Dia memilih tempat baru yang dipandang lebih kondusif untuk memperkuat potensinya," ujarnya.
Kepindahan Akhyar dari PDIP ke Partai Demokrat bermula dari kunjungan Bappilu Partai Demokrat pada Juni lalu. Di hadapan pengurus Bappilu, Akhyar menyatakan kesiapan bergabung dan membuat kartu tanda anggota dengan catatan Demokrat mau mengusungnya menjadi calon wali kota Medan.
Mendapat kader potensial, pengurus Demokrat langsung bersepakat untuk mengusungnya di pilkada Medan. Akhyar dianggap kuat karena posisinya saat ini adalah pelaksana tugas Wali Kota Medan. Di sisi elektoral, elektabilitas Akyar di Medan paling tinggi dibandingkan kader Demokrat lainnya.
Tulisan lengkapnya baca Koran Tempo