Seorang petugas Fogging dari Puskesmas, melakukan tindakan pengasapan (fogging) untuk membasmi nyamuk Aedes Aegypti, di kawasan Kampung Baru I, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu, 11 April 2020. Pemerintah meminta masyarakat untuk mewaspadai mewabahnya Demam Berdarah Dengue, karena jumlah kasus ini di Indonesia telah mencapai 16 ribu jiwa, dari periode Januari - April, sebanyak 254 orang meninggal, di tengah kasus mewabahnya pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, meminta masyarakat waspada demam berdarah dengue (DBD).
"Pada bulan-bulan ini ada peningkatan kasus demam berdarah karena memang musim pancaroba," kata Yurianto saat konferensi video di Jakarta, Sabtu, 2 Mei 2020.
Ia mengatakan demam berdarah berkaitan erat dengan pengendalian nyamuk yang menjadi faktor penyakit tersebut.
Oleh sebab itu, masyarakat diminta untuk terus memberantas sarang nyamuk. Apabila cara tersebut dilakukan secara rutin, maka pemerintah menyakini DBD juga bisa diatasi.
"Mari kita menjadi teladan untuk keluarga masing-masing. Hal itu termasuk menyelamatkan tetangga, lingkungan dan bangsa," kata Yuri yang juga Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19.
Sementara itu, Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan hingga 30 April 2020 tercatat 50.112 kasus DBD terjadi di Tanah Air dan 315 orang di antaranya meninggal.
Berdasarkan data infografis mingguan yang disusun Kemenkes tercatat lima kabupaten dan kota kasus Demam Berdasarh Dengue tertinggi. Pertama Kabupaten Buleleng, Bali sebanyak 2.057 kasus, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur 1.624, Bandung 1.355, Kota Denpasar, Bali 858, dan Kabupaten Pringsewu, Lampung 844 kasus.