Perhimpunan Dokter Patologi Rapid Test Corona Harus Jeli, Sebab..

Reporter

Friski Riana

Sabtu, 21 Maret 2020 08:00 WIB

Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKLIn) meminta semua pihak berhati-hati dalam deteksi dini Rapid Test Corona.

“Apabila untuk screening (deteksi dini), harus diinterpretasi dengan sangat hati-hati,” demikian keterangan tertulis PDS PatKLIn.

Sekretaris Jenderal PDS PatKLIn Marina Maria Ludong mengizinkan Tempo mengutip dokumen tersebut pada hari ini, Jumat, 20 Maret 2020.

Perhimpunan Dokter Patologi menjelaskan, para ahli sebenarnya merekomendasikan tes menggunakan metode real time Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 sebagai penyebab Covid-19. Kemudian, tes dilanjutkan dengan sequencing untuk mengkonfirmasi diagnosis infeksi Corona.

Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik menuturkan urutan tingkat kepercayaan untuk deteksi berbagai patogen dari yang tertinggi adalah kultur, molekular (DNA atau RNA), antigen, dan yang terendah antibodi (IgM/IgG/IgA anti pathogen tersebut).

Mereka mengatakan rapid test hanya mengukur antibodi seseorang. Sehingga, Perhimpunan melihat belum ada penjelasan kinetika terkait deteksi antibodi terhadap Covid-19 dengan metode rapid test.

Menurut Perhimpunan Dokter Patologi, antibodi tak langsung terbentuk ketika virus masuk ke dalam tubuh. Ada waktu tunggu sampai antibodi terbentuk. Di sisi lain, belum ada penjelasan atau referensi berapa lama terbentuknya antibodi virus Corona di dalam tubuh.

Antibodi terhadap SARS-CoV-2 juga belum terbukti dapat menentukan infeksi akut sehingga belum direkomendasikan untuk diagnostik.

Berbagai rapid test tersebut belum diketahui validitasnya, antigen, dan prinsip pemeriksaan yang digunakan, variasi waktu pengambilan spesimen, limit deteksi masing-masing rapid test, interferens, berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hasil false positive, dan false negative.

Selain itu, Perhimpunan Dokter Patologi berpendapat, belum diketahui izin edar resmi Rapid Test Corona.

Perhimpunan juga menjelaskan bahwa hasil positif pada tes tersebut tidak bisa memastikan bahwa betul terinfeksi Corona atau Covid-19. Sedangkan hasil negatif juga tidak bisa menyingkirkan fakta adanya infeksi Covid-19. “Sehingga tetap berpotensi menularkan pada orang lain.”

Para dokter spesialis patologi menyatakan false positive dan false negative perlu dipertimbangkan untuk deteksi antibodi karena validitas yang belum diketahui (sensitivitas dan spesifitas diagnostik yang bervariasi). Itu sebabnya kondisi tersebut menyulitkan interpretasi.

PDS PatKLIn menjelaskan ada berbagai hal yang dapat menyebabkan hasil rapid test false positive, yaitu kemungkinan cross reactive antibodi dengan berbagai virus lain (coronavirus, dengue virus), dan infeksi lampau dengan virus Corona.

Adapun berbagai hal yang dapat menyebabkan hasil rapid test false negative, di antaranya belum terbentuk antibodi saat pengambilan sampel (masa inkubasi), dan pasien dengan gangguan pembentukan antibodi atau immunocompromised.

Berdasarkan hal tersebut, apabila menemukan hasil Rapid Test Corona positif, Perhimpunan meminta harus dikonfirmasi kembali dengan pemeriksaan PCR. Apabila ditemukan hasil negatif maka harus dilakukan pengambilan sampel ulang 7-10 hari kemudian.

Meski begitu, PDS PatKLIn menilai pemeriksaan Rapid Test Coronaa masih dapat dipertimbangkan untuk menunjukkan paparan infeksi. “Sehingga dapat digunakan untuk surveilans atau studi epidemiologi lebih lanjut.”

Berita terkait

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

50 hari lalu

4 Tahun Pandemi Covid-19, TPU di Jakarta sempat Kehabisan Tempat Penguburan Korban Virus Corona

Di Jakarta, setidaknya ada dua TPU yang jadi tempat permakaman korban saat pandemi Covid-19, yakni TPU Tegal Alur dan Pondok Ranggon.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

51 hari lalu

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

WHO tetapkan 11 Maret 2020 sebagai hari pertama pandemi global akibat wabah Covid-19. Kini, 4 tahun berlalu, masihkan patuhi protokol kesehatan?

Baca Selengkapnya

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

56 hari lalu

Pria Ini Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 217 Kali, Apa Dampaknya?

Seorang pria di Jerman mendapat suntikan Vaksin Covid-19 sebanyak 217 kali dalam waktu 29 bulan.

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

57 hari lalu

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

Genap 4 tahun pasca kasus Covid-19 teridentifikasi pertama kali di Indonesia pada 2 Maret 2020 diikuti sebaran virus yang terus meluas.

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 Melonjak 200 Persen, Wali Kota Depok Terbitkan Surat Edaran Berisi 8 Imbauan

6 Januari 2024

Kasus Covid-19 Melonjak 200 Persen, Wali Kota Depok Terbitkan Surat Edaran Berisi 8 Imbauan

Wali Kota Depok menerbitkan surat edaran berisi delapan poin imbauan. Hal yang mendasari SE ini karena kasus Covid-19 di Depok melonjak.

Baca Selengkapnya

Ragam Istilah Ketika Pandemi Covid-19, Masih Ingat dengan Social Distancing?

6 Januari 2024

Ragam Istilah Ketika Pandemi Covid-19, Masih Ingat dengan Social Distancing?

Kendati Covid-19 tidak lagi berstatus pandemi jadi endemi Covid-19, tapi masyarakat diimbau agar tetap waspada. Ini istilah saat Covid-19 mewabah.

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 Naik Lagi 75 Persen, Singapura Minta Warganya Kembali Pakai Masker

16 Desember 2023

Kasus Covid-19 Naik Lagi 75 Persen, Singapura Minta Warganya Kembali Pakai Masker

Kementerian Kesehatan Singapura meminta warganya kembali menggunakan masker di tempat-tempat ramai seiring meningkatnya kasus COVID-19.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UI Desak Pemerintah Perkuat Surveilans Kasus Covid-19

14 Desember 2023

Guru Besar UI Desak Pemerintah Perkuat Surveilans Kasus Covid-19

Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama mendesak pemerintah memperkuat surveilans untuk merespons peningkatan kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya

Kasus Covid-19 di Malaysia Naik 57 Persen, Menpar Minta Jangan Panik

7 Desember 2023

Kasus Covid-19 di Malaysia Naik 57 Persen, Menpar Minta Jangan Panik

Malaysia mencatatkan kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan. Dalam beberapa hari terakhir, Covid-19 di Malaysia naik hingga 57 persen.

Baca Selengkapnya

Jokowi Klaim RI Masuk 5 Negara yang Sukses Tangani Corona dan Pulihkan Ekonomi

8 Oktober 2023

Jokowi Klaim RI Masuk 5 Negara yang Sukses Tangani Corona dan Pulihkan Ekonomi

Presiden Jokowi, mengatakan Indonesia dinilai sebagai satu di antara lima negara di dunia yang berhasil menangani virus corona dan pulihkan ekonomi

Baca Selengkapnya