Pakar: Tinggi Awan Hujan Penyebab Banjir Jabodetabek Capai 15 KM

Rabu, 8 Januari 2020 11:36 WIB

Sejumlah Prajurit TNI AU memukul tabung penampung garam atau console dengan palu saat menyemai garam pada awan dalam Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan menggunakan Pesawat CN 295 di sekitar wilayah Perairan Selat Sunda, Selasa, 7 Januari 2020. Operasi yang sudah dilakukan sejak 3 Januari 2020 tersebut bertujuan mengurangi curah hujan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar Meteorologi dan Klimatologi Edvin Aldrian mengatakan tinggi awan hujan yang terjadi pada 31 Desember 2019 sampai 1 Januari 2020 itu mencapai 15 kilometer.

"Tanggal 1 Januari itu luar biasa tinggi awannya 15 kilometer. Itu kalau gunung Everest, Himalaya tuh dua kalinya," kata Edvin kepada Tempo di Landasan Udara Halim Perdanakusuma pada Selasa, 7 Januari 2020.

Edvin yang juga seorang Profesor bidang Meteorologi dan Klimatologi di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menegaskan awan kumulonimbus setinggi 15 kilometer itulah yang menyebabkan tingginya curah hujan di Jabodetabek sampai menyebabkan banjir di sejumlah wilayah.

Ia pun menjelaskan bahwa hujan itu bukanlah hujan kiriman melainkan hujan lokal. Ditambah lagi, angin dari Cina Selatan menuju ke selatan cenderung kering. "Jadi udara terkumpul menumpuk terus. Jadi memang luar biasa itu. Sebelum tahun baru itu kan berapa hari terang sekali, jadi energi yang terkumpul besar sekali," kata Edvin.

Edvin mengatakan informasi tersebut ditemukannya melalui sebuah website dan aplikasi asal luar negeri yang menampilkan pergerakan atmosfer cuaca secara realtime hingga memaparkan pertumbuhan awan di suatu daerah beserta ketinggiannya. Aplikasi itu juga memberi alarm ketika cuaca berpotensi memburuk.

Advertising
Advertising

Menurut lulusan program master dari Institute for Hydrospheric and Atmospheric Science, Universitas Nagoya Jepang itu, informasi rinci seperti itu menjadi menarik jika bisa dijadikan peringatan dini adanya awan-awan yang tidak normal atau terlalu tinggi.

Menurut Edvin, hal itu penting untuk dijadikan peringatan dini khususnya daerah berpotensi longsor dan banjir. "Nah itu menjadi pelajaran buat kita, kalau misalanya pertumbuhannya tidak wajar, ketinggiannya juga tidak wajar itu adalah suatu peringatan yang sangat bagus sekali," ujarnya.

Pertumbuhan awan itu bisa dipantau dan diprediksi dalam hitungan jam. Untuk itu, Edvin berharap Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG maupun Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bisa mempertimbangkan pemberian akses informasi serupa kepada masyarakat sebagai bentuk peringatan dini. "Jadi bagusnya sih ada warning buat daerah, tiba-tiba awannya mencapai ketebalan yang sangat luar biasa itu dikasih warning dari BMKG atau dari Lapan. Karena kedua instansi itu yang bertanggung jawab pada tupoksi tersebut," ujarnya.

Berita terkait

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

7 jam lalu

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

Jokowi mengatakan CEO dari perusahaan teknologi global, yakni Tim Cook dari Apple dan Satya Nadela dari Microsoft telah bertemu dengan dia di Jakarta.

Baca Selengkapnya

BMKG: Gempa Bumi di Pacitan Akibat Deformasi Batuan Lempeng Indo-Australia

8 jam lalu

BMKG: Gempa Bumi di Pacitan Akibat Deformasi Batuan Lempeng Indo-Australia

Dari analisis BMKG, gempa bumi dengan magnitudo M4.8 di Pacitan akibat deformasi batuan lempeng Indo-Australia.

Baca Selengkapnya

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

9 jam lalu

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.

Baca Selengkapnya

Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter, BMKG Peringatkan Kapal Nelayan dan Tongkang

10 jam lalu

Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter, BMKG Peringatkan Kapal Nelayan dan Tongkang

Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada.

Baca Selengkapnya

BNPB Salurkan Dana Siap Pakai Rp 2,5 Miliar untuk Banjir di Sulawesi Selatan

14 jam lalu

BNPB Salurkan Dana Siap Pakai Rp 2,5 Miliar untuk Banjir di Sulawesi Selatan

BNPB menyalurkan dana siap pakai sebesar Rp 2,15 miliar kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk penanganan darurat banjir dan tanah

Baca Selengkapnya

BNPB Kirim Helikopter dan Pesawat Caravan untuk Bantu Korban Banjir di Sulawesi Selatan

14 jam lalu

BNPB Kirim Helikopter dan Pesawat Caravan untuk Bantu Korban Banjir di Sulawesi Selatan

BNPB minta masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi curah hujan, khususnya pada wilayah yang masih terdampak banjir dan tanah longsor.

Baca Selengkapnya

BNPB: Banjir Wajo Renggut Satu Warga

16 jam lalu

BNPB: Banjir Wajo Renggut Satu Warga

Lebih dari 3.800 unit rumah terdampak banjir di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

Baca Selengkapnya

Ada Bibit Siklon 91P, BMKG Prakirakan Hujan Guyur Mayoritas Kota Besar

16 jam lalu

Ada Bibit Siklon 91P, BMKG Prakirakan Hujan Guyur Mayoritas Kota Besar

Bibit siklon tropis 91P berdampak hujan sedang hingga lebat dan angin kencang di sekitar wilayah bibit siklon tersebut.

Baca Selengkapnya

Mayoritas Jakarta Diprakirakan Berawan, Hujan Ringan Malam Hari

17 jam lalu

Mayoritas Jakarta Diprakirakan Berawan, Hujan Ringan Malam Hari

Seluruh wilayah DKI Jakarta diprakirakan cerah berawan pada pagi harinya dan sebagian besar berawan pada siang hari.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Teluk Kendari Mendangkal, Meteor Sporadis Terlihat di Yogya, Penyebab Suhu Panas

19 jam lalu

Top 3 Tekno: Teluk Kendari Mendangkal, Meteor Sporadis Terlihat di Yogya, Penyebab Suhu Panas

Topik tentang Teluk Kendari di Kota Kendari mengalami pendangkalan yang dramatis menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya