Penyidik senior KPK, Novel Baswedan usai melakukan pertemuan dengan Advocacy Manager Amnesty International Asia-Pacific, Francisco Bencosme, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 26 April 2019. Dalam menjalankan tugasnya untuk membasmi korupsi di Indonesia, Novel Baswedan harus rela kehilangan sebelah matanya karena disiram air keras oleh pelaku yang hingga kini tidak ditemukan. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan curiga dua pelaku penyerangannya hanya orang suruhan. Ia menduga ada dalang atau otak intelektual yang meminta kedua pelaku menyerangnya pada 11 April 2017.
"Kalau dia mengatakan saya pengkhianat ini berarti dia utusan atau suruhan orang. Saya memberantas korupsi untuk bangsa tapi dibilang pengkhianat. Berarti dia orang suruhan karena ada yang kepentingannya terganggu," kata Novel kepada Tempo pada Rabu, 1 Januari 2020. Baca cerita selengkapnya di Majalah Tempo yang akan terbit pada Sabtu, 4 Januari 2020.
Polisi telah menetapkan dua orang pelaku penyerangan terhadap Novel. Mereka adalah Ronny Bugis dan Rahmat Kadir Mahulette. Keduanya merupakan polisi aktif dari Korps Brimob.
Polisi membidik keduanya menggunakan pasal penganiayaan. Rahmat diduga merupakan orang yang menyiramkan air keras ke Novel. Sementara itu, menurut polisi, Ronny Bugis bertugas mengantarkan Rahmat.
Saat akan dipindahkan dari tahanan Polda Metro Jaya ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Rahmat mengatakan motifnya menyerang Novel. "Tolong dicatat, Novel adalah pengkhianat," kata dia.
7 Tahun Lalu Penyidik Senior KPK Novel Baswedan Disiram Air Keras, Ini Kronologi Teror yang Dihadapinya
24 hari lalu
7 Tahun Lalu Penyidik Senior KPK Novel Baswedan Disiram Air Keras, Ini Kronologi Teror yang Dihadapinya
Selasa subuh, 11 April 2017, tujuh tahun lalu eks penyidik senior KPK Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang tak dikenal. Begini kronologinya.