Catatan PSHK untuk Jokowi: 2019 Puncak Pelemahan KPK

Kamis, 19 Desember 2019 23:07 WIB

Aksi damai teaterikal massa bela KPK di Depan Kantor DPRD Kota Batam, Kamis, 19 September 2019. Massa menilai Predisen Jokowi ikut andil melemahkan KPK. (Yogi Eka Sahputa)

TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) merilis catatan akhir 2019 untuk pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Tahun ini dinilai sebagai puncak pelemahan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

"Upayanya (pelemahan) sudah panjang. Namun di 2019 terlihat konsolidasi elite yang menginginkan KPK lemah atau sekarat," kata Direktur Advokasi dan Jaringan PSHK Fajri Nursyamsi di kantornya, Jakarta, pada hari ini, Kamis, 19 Desember 2019.

Fajri menuturkan upaya pelemahan KPK sudah dimulai sejak bertahun-tahun lalu. Namun puncaknya terlihat dalam rentetan peristiwa menjelang akhir 2019.

Menyongsong 2020, Fajri mengatakan, publik perlu terus mendukung upaya pemberantasan korupsi. Namun dengan terpilihnya komisioner yang diragukan komitmennya, publik perlu mengubah arah dan strategi.

"Dukungan publik perlu lebih difokuskan pada upaya pemberantasan korupsi, bukan sekadar dukungan kepada lembaga," ujar dia.

Advertising
Advertising

Dia menerangkan bahwa pelemahan KPK tahun ini dimulai dengan komposisi Panitia Seleksi Komisioner KPK yang kontroversial karena diindikasikan dekat dengan institusi Kepolisian hingga terpilihnya sejumlah nama yang diragukan komitmennya dalam pemberantasan korupsi.

Menurut Fajri, dua peristiwa itu menimbulkan keraguan publik terhadap keberpihakan Jokowi dalam pemberantasan korupsi.

Musibah pun berlanjut dengan disahkannya revisi UU KPK dalam tempo yang sangat singkat tanpa melibatkan publik. Substansi revisi yang dinilai melemahkan KPK juga disetujui secara bulat oleh DPR dan Presiden Jokowi.

Rapor merah Jokowi dalam pemberantasan korupsi, Fajri melanjtukan, juga disumbang oleh tak kunjung tuntasnya pengungkapan kasus penyerangan penyidik KPK Novel Baswedan dan penyidik antirasuah lainnya.

Novel diserang dengan air keras oleh dua orang tak dikenal pada April 2017. Hingga kini, kasusnya belum juga terungkap.

Fajri juga menyinggung pernyataan pejabat pemerintah yang menyudutkan KPK. Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko, misalnya.

Dia menuturkan Moeldoko pernah menyebut bahwa KPK bisa menghambat investasi. Maka Fajri menilai upaya pelemahan KPK mencapai kemenangannya tahun ini karena seolah mendapatkan restu dari Istana.

"Usaha publik membela KPK dan pemberantasan korupsi hingga mengorbankan sejumlah nyawa demonstran pun hanya ditanggapi dengan retorika oleh penguasa."

Berita terkait

Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Setelah 2 Kali Mangkir, Penyidik KPK Sempat Cek ke Rumah Sakit

2 jam lalu

Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Setelah 2 Kali Mangkir, Penyidik KPK Sempat Cek ke Rumah Sakit

KPK akhirnya menahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor setelah dua kali mangkir dari pemeriksaan. Tidak dilakukan jemput paksa.

Baca Selengkapnya

KPK Akui Awal OTT Kasus Korupsi di BPPD Sidoarjo Tak Berjalan Mulus

4 jam lalu

KPK Akui Awal OTT Kasus Korupsi di BPPD Sidoarjo Tak Berjalan Mulus

KPK mengakui OTT kasus pemotongan dan penerimaan uang kepada pegawai negeri Badan Pelayanan Pajak Daerah (BPPD) Sidoarjo, awalnya tak sempurna.

Baca Selengkapnya

Ma'ruf Amin Sebut Prabowo Perlu Berupaya Lebih Keras Bikin Presidential Club

6 jam lalu

Ma'ruf Amin Sebut Prabowo Perlu Berupaya Lebih Keras Bikin Presidential Club

Wapres mengatakan presidential club ini bisa dalam bentuk konsultasi baik secara personal maupun informal, jika sulit diformalkan

Baca Selengkapnya

Jerry Sambuaga Dorong IEU-CEPA Selesai sebelum Jokowi Lengser dari Jabatan Presiden

6 jam lalu

Jerry Sambuaga Dorong IEU-CEPA Selesai sebelum Jokowi Lengser dari Jabatan Presiden

Jerry Sambuaga mengatakan baik Jerman maupun Indonesia memegang posisi penting di regional masing-masing.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan PPDS: Pendidikan Dokter Spesial Gratis, Dapat Gaji Lagi

6 jam lalu

Jokowi Resmikan PPDS: Pendidikan Dokter Spesial Gratis, Dapat Gaji Lagi

Kementerian Kesehatan membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS berbasis rumah sakit pendidikan gratis.

Baca Selengkapnya

Respons KPK soal Ayah Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Disebut Makelar Kasus

7 jam lalu

Respons KPK soal Ayah Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Disebut Makelar Kasus

KPK buka suara soal kabar ayah Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali, Kiai Agoes Ali Masyhuri, sebagai makelar kasus Hakim Agung Gazalba Saleh.

Baca Selengkapnya

Terkini: Viral Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta Ini Tanggapan Bea Cukai, Kata Jokowi soal Pabrik Sepatu Bata yang Tutup

8 jam lalu

Terkini: Viral Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta Ini Tanggapan Bea Cukai, Kata Jokowi soal Pabrik Sepatu Bata yang Tutup

Bea Cukai menanggapi unggahan video Tiktok yang mengaku mengirim cokelat dari luar negeri senilai Rp 1 juta dan dikenakan bea masuk Rp 9 juta.

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Tarik Dana Insentif Melalui Peraturan Bupati, Total Capai Rp 2,7 Miliar

8 jam lalu

KPK Sebut Gus Muhdlor Tarik Dana Insentif Melalui Peraturan Bupati, Total Capai Rp 2,7 Miliar

Motif korupsi Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor bermula dari adanya aturan yang dibuat sebagai dasar pencairan dana insentif pajak daerah bagi pegawai BPPD.

Baca Selengkapnya

Daftar 12 Laboratorium di Indonesia Digital Test House yang Diresmikan Jokowi Hari Ini

8 jam lalu

Daftar 12 Laboratorium di Indonesia Digital Test House yang Diresmikan Jokowi Hari Ini

Indonesia Digital Test House menjadi laboratorium uji perangkat digital terbesar di Asia Tenggara. Simak pesan peresmian Jokowi.

Baca Selengkapnya

Pabrik Bata di Purwakarta Ditutup, Ini Komentar dari Jokowi hingga Pj. Gubernur Jabar

9 jam lalu

Pabrik Bata di Purwakarta Ditutup, Ini Komentar dari Jokowi hingga Pj. Gubernur Jabar

Presiden Jokowi menilai tutupnya pabrik sepatu Bata karena pertimbangan efisiensi dan tidak menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya