Ingin Pulang, Rizieq Shihab Mengaku Telah Minta Bantuan KBRI
Reporter
Juli Hantoro
Editor
Endri Kurniawati
Senin, 2 Desember 2019 09:28 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab menuding pemerintah telah berbohong mengenai posisinya di Arab Saudi saat ini. Rizieq mengatakan pemerintah seakan ingin memposisikan dirinya tidak pernah meminta tolong Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Arab Saudi, saat tak bisa pulang ke Indonesia.
Dalam rekaman video yang disiarkan di aksi reuni 212, yang digelar di Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Senin, 2 Desember 2019, Rizieq menegaskan telah mengontak duta besar Indonesia untuk Arab Saudi di Riyadh. Ia mengaku melakukannya tak lama setelah mendapat surat pencegahan ke luar negeri dari pemerintah Arab Saudi. "Bahkan duta Besar RI yang berkedudukan di Kota Riyadh, mengrim seorang utusan secara resmi. Yakni ketua Pos Badan Intelejen Negara (BIN) yang ada di KBRI Riyadh ke rumah saya di Kota Suci Mekkah," kata Rizieq dalam video itu.
Petugas itu, ujar Rizieq, meminta keterangan dan meminta sejumlah berkas keimigrasian dalam bentuk fotokopi. Ia telah memberikan paspor hingga visanya. Rizieq mengaku sempat berbicara dengan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi melalui ponsel petugas itu. "Saya sempat menawarkan Pak Dubes untuk mampir ke datang ke Mekkah. Bahkan saya ucapkan terima kasih sudah mengirim petugas. Saat itu Pak Dubes juga mengingatkan saya, agar memberikan keterangan yang selengkap lengkapnya."
Ucapan Rizieq ini bertolak belakang dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, yang mengatakan Rizieq belum meminta bantuan pemerintah Indonesia untuk kepulangannya. Mahfud juga membantah tudingan Rizieq bahwa pemerintah telah meminta pemerintah Arab Saudi untuk mencekal Rizieq.
Rizieq membantah dan menegaskan bahwa ia betul-betul dicekal oleh pemerintah Arab Saudi atas permintaan Indonesia. Ia mendasarkan argumennya pada ucapan dua Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, yang mengatakan ada negosiasi antar pejabat tinggi dua negara terkait kepulangannya.
Atas dasar itu, ia menilai pemerintah telah berbohong dan merasa dirinya sebagai korban pengasingan dari pemerintah Indonesia. "Jadi permintaan saya, stop kebohongan. Bangsa ini sedang membutuhkam kejujuran pemimpinya," kata Rizieq Shihab.