NasDem dan PKS Ingin RKUHP Dibahas Lagi di DPR

Senin, 4 November 2019 20:16 WIB

Sejumlah mahasiswa dari universitas se-Bekasi menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung DPRD, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis 26 September 2019. Mereka menolak Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dan meminta Presiden Joko Widodo untuk mencabut UU KPK hasil revisi yang sudah disahkan DPR. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi NasDem Taufik Basari mengatakan partainya menginginkan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau RKUHP dibahas kembali. Taufik mengatakan, partainya ingin revisi UU peninggalan kolonial itu tak malah bertentangan dengan asas legalitas dan memuat pasal-pasal karet yang malah akan merugikan masyarakat.

"NasDem ingin tetap dibuka ruang pembahasan agar tidak bertentangan dengan asas legalitas," kata Taufik di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 4 November 2019.

Taufik mengatakan, NasDem menginginkan dilakukan pembahasan dengan metode sinkronisasi asas di RKUHP Buku pertama. Setelah itu, kata dia, perlu dilakukan simulasi bagaimana penerapan pasal-pasal dalam aturan tersebut.

Taufik mengatakan pembahasan itu bukannya menafikan pekerjaan yang telah dilakukan Komisi Hukum DPR periode 2014-2019. Namun dia mengklaim NasDem tak ingin tujuan revisi KUHP untuk dekolonialisasi itu malah tak tercapai.

"Kalau kita biarkan, produk ini bisa lebih kolonial lagi. Kenapa? Karena pasal-pasal karet ini," kata dia.

Advertising
Advertising

Anggota Komisi Hukum dari Partai Keadilan Sejahtera Nasir Djamil menyampaikan hal senada. Nasir mengusulkan agar RKUHP dibahas kembali terutama pada pasal-pasal kontroversial. Dia membuka peluang pembahasan hingga pada norma dan pasal, bukan hanya rumusan atau penjelasan.

"Kami pikir itu memang harus diulang kembali hal-hal yang menimbulkan kontroversi," kata Nasir secara terpisah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 4 November 2019.

Senada dengan Taufik Basari, Nasir juga menyarankan dilakukan simulasi terhadap pasal-pasal yang ada dalam RKUHP itu. Dia menekankan pembahasan kembali beserta simulasi ini diperlukan sebab RKUHP akan menjadi payung hukum bagi sistem hukum pidana di Indonesia.

Selain itu, Taufik dan Nasir sepakat DPR perlu mengantisipasi agar undang-undang itu tak diuji materi ke Mahkamah Konstitusi jika sudah disahkan nantinya. Menurut Taufik, uji materi terhadap UU, apalagi jika dikabulkan oleh MK, menunjukkan adanya masalah dalam pembahasan oleh DPR.

"Tentu kami ingin agar jangan sampai ada ketentuan UU yang secara substansi itu bermasalah dengan konstitusi, menimbulkan ketidakpastian hukum.

Kami sebisa mungkin pastikan tidak ada celah untuk itu. Agar jadi pembelajaran, tidak sedikit-sedikit biarkan uji materi," ujar Taufik.

Pandangan Fraksi NasDem dan PKS ini berbeda dengan Fraksi Gerindra dan Partai Persatuan Pembangunan. Kedua fraksi itu sebelumnya menyatakan tak perlu dibuka lagi pembahasan menyangkut substansi dan politik hukum RKUHP. Kalau pun ada perbaikan atau perubahan, kedua fraksi sepakat hanya membahas rumusan atau penjelasan saja.

"Kemauan politik DPR itu bukan untuk membongkar dan membahas ulang atas hal-hal yang sudah disetujui sebagai politik hukum dan substansi pengaturan," kata anggota Komisi Hukum DPR Arsul Sani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 4 November 2019.

Wakil Ketua Komisi Hukum DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Desmond J. Mahesa menyampaikan hal senada. Desmond mengatakan, RKUHP dan RUU Pemasyarakatan sudah disepakati dan disahkan di tingkat I. Dua rancangan itu tinggal dibawa ke rapat paripurna Dewan untuk disahkan.

Dia pun mewanti-wanti aturan itu tak bisa dibongkar lagi sebab justru akan melanggar ketentuan pembuatan peraturan perundang-undangan.

"Kalau bongkar lagi, putusan di tingkat I-nya bermasalah. Masalah itu. Kalau menurut saya enggak boleh dibongkar," kata Desmond di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 4 November 2019.

Berita terkait

Nasdem dan Gerindra Berkoalisi Usung Petahana Aep Syaepuloh di Pilkada Karawang

19 jam lalu

Nasdem dan Gerindra Berkoalisi Usung Petahana Aep Syaepuloh di Pilkada Karawang

Bakal calon bupati pendamping Aep Syaepuloh di Pilkada Karawang akan ditentukan oleh Gerindra.

Baca Selengkapnya

Nasdem Sebut Penambahan Kementerian Tak Lewat Perppu atau Putusan MK, Ini Alasannya

1 hari lalu

Nasdem Sebut Penambahan Kementerian Tak Lewat Perppu atau Putusan MK, Ini Alasannya

Nasdem menyatakan penambahan kementerian melalui revisi UU Kementerian Negara menciptakan partisipasi publik.

Baca Selengkapnya

Youtuber Ridwan Hanif Daftar Penjaringan Bakal Calon Bupati Klaten 2024 di PKS

1 hari lalu

Youtuber Ridwan Hanif Daftar Penjaringan Bakal Calon Bupati Klaten 2024 di PKS

Youtuber, Ridwan Hanif mendaftarkan diri mengikuti penjaringan sebagai bakal calon bupati (cabup) dalam Pilkada Klaten 2024 melalui PKS

Baca Selengkapnya

Ditemui Golkar, PKS Buka Peluang Koalisi di Pilkada Jakarta

2 hari lalu

Ditemui Golkar, PKS Buka Peluang Koalisi di Pilkada Jakarta

Kolaborasi yang dimaksud Mabruri, ialah PKS tak mampu bekerja sendirian untuk membangun Jakarta lebih baik lagi ke depannya.

Baca Selengkapnya

Bahas RUU Kementerian Negara Bersama Pemerintah, DPR Tunggu Surpres Jokowi

2 hari lalu

Bahas RUU Kementerian Negara Bersama Pemerintah, DPR Tunggu Surpres Jokowi

Baleg DPR siapa menteri yang ditunjuk presiden untuk membahas RUU Kementerian Negara.

Baca Selengkapnya

Ogah Komentar soal Hanan Supangkat, Syahrul Yasin Limpo: Sudah ya, Doain Saya

2 hari lalu

Ogah Komentar soal Hanan Supangkat, Syahrul Yasin Limpo: Sudah ya, Doain Saya

Syahrul Yasin Limpo enggan berkomentar soal hubungannya dengan CEO PT Mulia Knitting Factory sekaligus Wabendum NasDem Hanan Supangkat.

Baca Selengkapnya

PKS Bakal Umumkan Nama yang Diusung di Pilkada Jakarta pada Juni

2 hari lalu

PKS Bakal Umumkan Nama yang Diusung di Pilkada Jakarta pada Juni

PKS bakal mengumumkan nama yang mereka usung di Pilkada Jakarta sekitar satu sampai dua bulan lagi.

Baca Selengkapnya

Seperti PDIP, PKS Setujui Revisi UU Kementerian Negara dengan Catatan

3 hari lalu

Seperti PDIP, PKS Setujui Revisi UU Kementerian Negara dengan Catatan

Hari ini, Rapat pleno Baleg DPR menyepakati pengambilan keputusan atas hasil penyusunan revisi UU Kementerian Negara menjadi usul inisiatif DPR.

Baca Selengkapnya

Profil Indira Chunda Thita, Putri Syahrul Yasin Limpo yang Minta Rp 21 Juta ke Kementan untuk Beli Sound System

4 hari lalu

Profil Indira Chunda Thita, Putri Syahrul Yasin Limpo yang Minta Rp 21 Juta ke Kementan untuk Beli Sound System

Indira Chunda Thita, putri Syahrul Yasin Limpo, memulai karir politik di PAN sebelum melompat ke Partai NasDem.

Baca Selengkapnya

PKS Menjelang Pilkada 2024, Membuka Peluang Koalisi hingga Berikrar di Depok

4 hari lalu

PKS Menjelang Pilkada 2024, Membuka Peluang Koalisi hingga Berikrar di Depok

Menjelang Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada 2024, Partai Keadilan Sejahtera atau PKS mempersiapkan calon-calon yang akan diusung

Baca Selengkapnya